Thursday, July 5, 2018

√ Pertanian Organik


            Pertanian organik sebagai istilah dari budidaya tumbuhan tanpa memakai pestisida kimia dan pupuk konvensional yang tidak ramah lingkungan. Pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pengelolahan ekologi produksi untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, biologi, dan siklus kegiatan biologi tanah. Hal ini menurut pada penggunaan input off farm yang minimal dan memperbaiki manajemen, mempertahankan dan meningkatkan harmoni ekologi. Pengertian pertanian organik di atas tidak berbeda dengan pengertian dari pertanian berlanjut. Penelitian ihwal pertanian organik yang dilakukan selama beberapa dekade telah mengungkapkan beberapa karakteristik yang bekerjasama dengan pertanian berlanjut, yaitu (1) abrasi tanah berkurang (2) rendahnya konsumsi materi bakar dari fosil (3) kurangnya pembersihan nitrat (4) perembesan karbon secara besar-besaran (5) dan sedikit atau tidaknya penggunaan pestisida.
            Ada beberapa prinsip yang menjadi ciri menarik dari pertanian organik yang bersertifikat yaitu mereka termasuk keanekaragaman hayati, integrasi, keberlanjutan tanaman, nutrisi tumbuhan alami , administrasi alami dan integritas. Sebagai hukum umum, keberagaman ekosistem di alam mempunyai tingkat stabilitas lebih tinggi dibandingkan hanya dengan beberapa spesies saja. Pertanian dengan memakai tumbuhan yang bermacam-macam sanggup menguntungkan organisme yang membantu dalam penyerbukan dan pengendalian hama. Keanekaragaman dalam tanah juga mengatakan keragaman tanah ibarat menyediakan nutrisi yang lebih baik, hasil panen, dan juga fiksasi nitrogen.
            Filosofi nutrisi tumbuhan organik dimulai dengan perawatan yang sempurna dan nutrisi tersebut bertanggungjawab untuk proses pencernaan organisme tanah. Petani organik percaya ini yaitu yang terbaik yang dilakukan dengan menghindari bahan-bahan kimia yang beracun dan persiapan lahan yang berlebihan yang tentunya akan berbahaya bagi organisme tanah, serta adanya penambahan materi organik dan batuan mineral alami. Dari perspektif organik, pendekatan konvensional mempunyai beberapa kelemahan, yaitu (1) menerapkan dalam jumlah besar pupuk untuk panen hanya untuk satu hingga tiga kali per musim, sehingga terjadi ketidakseimbangan gizi yang nantinya mengarah pada penyakit tanaman, benjol serangga, dan mengurangi kualitas masakan (2) terjadinya penurunan alasannya yaitu adanya kegagalan dalam merawat tanah dengan praktek-praktek lain yang sanggup merusak. Akibatnya tumbuhan kehilangan nutrisi, hasil panen berkurang, dan tanah menjadi tergantung pada input-input kimia (3) fertilisasi konvensional cenderung berkonsentrasi pada jumlah makronutrien yang terbatas meskipun kebutuhannya untuk 13 mineral diharapkan (4) penerapan jumlah nutrisi yang besar sanggup bermasalah pada spesies gulma tertentu (5) nutrisi yang larut terutama nitrat rentan terhadap pencucian, hal itu sanggup menjadikan lingkungan dan kesehatan bermasalah.
           

Sumber http://kickfahmi.blogspot.com