Monday, October 1, 2018

√ Hasilnya Hidayah Itu Tiba Juga

Profesor Jeffrey Lang Temukan Hidayah melalui Perantaraan Mahasiswanya
Profesor matematika yang pernah menentukan tak beragama alias atheis ini kesudahannya lebih menentukan Islam sebagai pihan terakhirnya





Hidayatullah.com—Perjalanan setiap orang menuju Islam beraneka ragam caranya dan punya keunikan masing-masing. Seperti Prof Jeffrey Lang, kisah keislamnnya tergolong unik dan menarik. Profesor Matematika ini mendapat hidayah melalui perantaraan mahasiswa bimbingannya di kampus University of San Fransisco, AS. Dia sempat dihadiahi sebuah mushaf Quran yang diakuinya sebagai kitab suci yang sangat mengagumkan. Satu hari, secara tak terduga ia menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah gereja dekat kampus. Rupanya ruangan itu digunakan oleh para mahasiswanya yang Islam untuk shalat lima waktu. Nah, di ruangan kecil itu pula kesudahannya ia bersyahadah. Berikut kisah lengkapnya.

ooo

Prof. Dr. Jeffrey Lang, nama lengkapnya. Sehari-hari ia bekerja sebagai dosen dan peneliti bidang Matematika di Universitas Kansas, salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat. Gelar master dan doktor matematika diraihnya dari Purdue University tahun 1981. Prof. Jeffrey dilahirkan dalam sebuah keluarga penganut paham Kristen Roma di Bridgeport, Connecticut pada 30 Januari 1954.

Pendidikan dasar sampai menengah dijalani di sekolah berlatar Kristen Roma. "Hampir 18 tahun lamanya kuhabiskan masa kecil di sekolah yang berlatar belakang aliran Katolik. Selama itu pula saya menyisakan banyak pertanyaan tak berjawab wacana Tuhan dan filosofi aliran Kristen," tutur dia.

Jeffrey, dalam catatan hariannya wacana perjalanannya mencari Islam, menulis:"Seperti kebanyakan belum dewasa lain di kisaran tahun 1960-an sampai awal 1970-an kulewati masa kecil yang penuh keceriaan. Bedanya pada masa itu saya sudah mulai banyak bertanya-tanya wacana nilai-nilai kehidupan, baik itu secara politik, sosial dan keagamaan. Aku bahkan sering bertengkar dengan banyak kalangan, termasuk di dalamnya pemuka gereja Katolik."

Beranjak remaja, di usianya yang ke-18, Prof. Jeffrey mengaku sudah jadi atheis alias tak percaya lagi adanya tuhan. "Jika Tuhan itu ada, dan Dia punya belas kasih dan sayang, kemudian kenapa ada begitu banyak penderitaan di atas bumi ini? Kenapa Dia tidak masukkan saja kita semua ke dalam syurga? Kenapa juga ia membuat orang-orang di atas bumi ini dengan aneka macam penderitaan?" kisah Jeffrey muda wacana kegelisahan hatinya kala itu. Selama bertahun-tahun pertanyaan-pertanyaan menyerupai itu terus menggelayuti pikirannya.

Ketemu mahasiswa muslim

Akhirnya Prof. Jeffrey mendapat tanggapan awal di kota San Francisco. Ceritanya, dikala itu ia diangkat sebagai salah seorang ajun dosen di Jurusan Matematika, Universitas San Francisco. Jeffrey menemukan Tuhan itu ada dan nyata dalam kehidupan ini. Tapi bagaimana cara ia menemukannya? Ternyata petunjuk itu didapatnya dari beberapa mahasiswanya yang beragama Islam!

"Saat pertamakali memberi kuliah di Universitas San Francisco, saya ketemu dengan seorang mahasiswa muslim yang mengambil mata kuliah Matematika. Akupun eksklusif dekat dengan mahasiswa ini, begitu pula dengan keluarganya. Agama, dikala itu belum jadi topik perbincangan kami, sampai satu ketika saya diberi hadiah sebuah kitab suci Alquran," dongeng dia.

Mahmoud Qadeel, nama mahasiswa tersebut. Dia berasal dari Arab Saudi. Mahmoud, dongeng Prof Jeffrey, telah memberi banyak masukan baginya wacana hal ihwal Islam. Menariknya, semua diskusi mereka menyangkut dengan sains dan teknologi. "Aku pernah diskusi dengan Mahmoud wacana riset kedokteran dan ia menjawab dengan tepat sekali. Bahasa Inggrisnya juga bukan main. Aku dibentuk terpana oleh Mahmoud, yang di negaranya yakni seorang mayor polisi," lanjut Prof. Jeffrey kagum.

Hadiah Alquran

Satu ketika, berlangsung program perpisahan. Semua dosen dan mahasiswa turut hadir dalam program yang diadakan di sebuah daerah di luar kampus itu."Aku benar-benar terkejut dikala Mahmoud memberiku hadiah sebuah mushaf Alquran. Mahmoud juga menghadiahiku beberapa buku Islam," kata Prof. Jeffrey.

Atas inisiatifnya sendiri, ia pun mempelajari isi Quran itu. Bahkan buku-buku Islam tersebut dibacanya sampai tuntas. Dia mengaku kagum dengan Alquran. Dua juz pertama dari Quran yang sempat dipelajarinya telah membuat ia bagai terhipnotis.

"Tiap malam muncul beraneka macam pertanyaan dalam diriku. Tapi entah kenapa jawabannya segera kutemukan esok harinya. Seakan ada yang membaca pikiranku dan menuliskannya di setiap baris Alquran. Aku seakan menemukan diriku di tiap halaman Alquran...," tukas Jeffrey lagi.

Bersyahadah di mushallah kampus

"Sekitar tahun 80-an belum banyak pelajar muslim yang studi di Universitas San Francisco. Waktu itu sanggup jumpa dengan mahasiswa Islam sangat surprise," saya Prof. Jeffrey.

Ada dongeng menarik tatkala ia sedang menelusuri kampus, secara tak terduga saya menemukan sebuah ruangan kecil di lantai bawah sebuah gereja. "Rupanya ruang itu digunakan oleh beberapa mahasiswa Islam untuk shalat lima waktu," lanjut ia lagi.

Kepalanya dipenuhi tanda tanya dan rasa ingin tahunya membuncah. Dia pun bersegera masuk ke daerah shalat tersebut. Waktu itu pas masuk waktu shalat zuhur dan ia pun diajak untuk ikut shalat oleh para mahasiswanya. Dia bangun persis di belakang salah seorang mahasiswa dan mengikuti setiap gerakannya. Air matanya terlihat menetes.

"Kami berdiskusi wacana problem agama. Aku utarakan semua bertanyaan yang selama ini tersimpan dalam kepalaku. Dan, sungguh luar biasa, saya benar-benar terkejut sekali dengan cara mereka menjelaskan. Masuk nalar dan gampang dicerna. Ternyata jawabannya ada dalam aliran Islam," tutur dia. "Tahu tidak, sesudah keluar dari mushallah itu, saya telah mengucapkan dua kalimah syahadah!," tutur Prof Jeffrey.

Kenapa kita shalat, Ayah?

Prof Jeffrey secara rutin menunaikan shalat lima waktu dan mencicipi ketentraman jiwa luar biasa. Shalat subuh, menyerupai diakuinya, yakni salah satu ritual yang sangat indah dalam Islam dan ia mencicipi kesan mendalam dari shalat subuh.

Satu hari Jeffrey ditanya oleh Jameelah, anak perempuannya yang kala itu berumur delapan tahun, selepas ia shalat Zuhur. "Ayah, kenapa kita harus shalat?," tanya anaknya polos.

"Aku terhenyak dengan pertanyaannya. Aku benar-benar tidak menduga seorang anak berumur delapan tahun akan bertanya menyerupai itu. Ingin kuceritakan padanya bagaimana kelebihan dan kenikmatan shalat. Tapi apa ia sanggup mengerti? Akhirnya kujawab bahwa kita shalat alasannya yakni itu perintah Allah," tukas sang professor.

"Tapi ayah, apa yang sanggup kita peroleh dengan shalat?," tanya sang anak lagi masih penasaran."Anakku, hal ini masih sulit untuk kau pahami. Satu hari nanti, jikalau kau sudah istiqamah dengan shalat lima waktu, ayah yakin kau niscaya akan dapatkan jawabannya," pungkas Prof Jeffrey bijak.

"Apakah shalat sanggup bikin kita senang ayah?." lanjut Jameelah kecil.

"Sayangku, shalat yakni salah satu obat penenang jiwa. Sekali kita bersentuhan dengan kasih sayang Allah di dalam shalat, maka itulah kenikmatan yang luar biasa. Satu waktu, selepas lelah sehabis kerja, ayah mencicipi semua rasa lelah itu hilang dikala mengerjakan shalat," imbuhnya lagi meyakinkan sang anak.

Itulah kisah sang profesor yang juga meraih karir manis di bidang matematika. Dia mengaku sangat terinspirasi dengan matematika. "Matematika itu logis dan berisi fakta-fakta berupa data real untuk mendapat tanggapan konkret," tutur dia.

"Dengan cara menyerupai itulah saya bekerja. Adakalanya saya frustrasi ketika ingin mencari sesuatu tapi tidak mendapat tanggapan yang konkret. Islam, bagiku, semuanya rasional, masuk nalar dan gampang dicerna," tukasnya.

Prof Jeffrey dikala ini ditunjuk oleh fakultasnya sebagai pembina organisasi Asosiasi Mahasiswa Islam guna menjembatani para pelajar muslim dengan universitas. Tak hanya itu, ia bahkan ditunjuk untuk memperlihatkan mata kuliah agama Islam oleh pihak rektorat.

Prof Jefrey menikah dengan seorang wanita Arab Saudi berjulukan Raika tahun 1994. Mereka dikaruniai tiga buah hati yakni Jameelah, Sarah dan Fattin. Jeffrey juga penulis buku yang handal. Selain ratusan artikel ilmiah bidang matematika, ia juga telah menulis beberapa buku Islam yang menjadi tumpuan komunitas muslim Amerika. "Even Angels ask; A Journey to Islam in America" yakni salah satu buku best sellernya. Dalam buku itu ia menulis kisah perjalanan spiritualnya sampai memeluk Islam
Sumber http://frequencia89.blogspot.com