Monday, January 2, 2017

√ Panduan Umum Ternak Sapi Perah

Memulai perjuangan ternak sapi perah di Indonesia gampang-gampang susah. Pasalnya negeri kita beriklim tropis namun jenis sapi perah yang beredar kebanyakan dari tempat sub tropis. Sehingga perlu kiat-kiat tertentu semoga perjuangan ternak sapi perah berjalan sukses.


Tujuan perjuangan ternak sapi perah ialah mengambil susu. Mengingat sifat produknya, ternak sapi perah harus mengedepankan sanitasi, baik itu sanitasi sangkar maupun sanitasi ternaknya itu sendiri. Berbeda halnya dengan ternak sapi potong yang berfokus pada pembesaran.


Di Indonesia, budidaya sapi perah lebih cocok dilakukan di dataran tinggi yang mempunyai iklim sejuk. Karena kebanyakan jenis sapi perah yang produktif merupakan sapi dari tempat sub tropis yang beriklim dingin. Sapi perah masih sanggup dibudidayakan di dataran rendah yang panas, namun produksi susunya tidak maksimal.


Perkandangan sapi perah


Untuk memelihara sapi perah sangkar harus benar-benar disiapkan denganbaik. Selain kebersihannya terjaga, peru juga mempertimbangkan kenyamanan sapi. Karena untuk mendapat hasil susu yang banyak sapi perah dilarang stress, harus dalam keadaan nyaman. Semakin nyaman keadaan sapi, semakin tinggi produktivitas susunya.


Tinggi sangkar yang dianjurkan untuk memelihara sapi perah sekitar 4-4,5 meter. Struktur sangkar harus dibentuk dari materi yang kuat, sanggup besi, kayu ataupun bambu. Lantai sangkar sebaiknya terbuat dari materi yang kuat, higienis dan tidak membahayakan sapi. Lantai harus nyaman digunakanan untuk rebahan. Lantai tanah sangat tidak dianjurkan untuk memelihara spai perah.


Tempat makan dan minum harus didesain semoga sapi mudah mengaksesnya namun tidak sanggup menginjak-nginjaknya. Kemudian saluran drainase atau pembuangan air dan kotoran. Sapi perah menuntut pencucian sangkar setiap waktu. Oleh sebab itu saluran pembuangan air dan kotororan harus benar-benar lancar.


Memulai perjuangan ternak sapi perah di Indonesia mudah √ Panduan umum ternak sapi perah

Peletakan tempat makan dan minum semoga tidak terinjak. (alamtani.com)


Memilih bakalan ternak sapi perah


Di Indonesia, jenis sapi perah yang mempunyai produktiviitas tinggi ialah Frisien Holstein (FH). Bila tidak menemukan bakalan murninya, di pasaran banyak tersedia Peranakan Frisien Holstein (PFH) yaitu hasil persilangan antara FH dengan sapi betina lokal menyerupai sapi madura dan sapi jawa. Untuk mengetahui lebih detail, silahkan baca artikel Mengenal jenis-jenis sapi perah.


Secara umum ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan bakalan untuk ternak sapi perah, diantaranya:



  • Sapi harus sehat, tubuh tidak cacat, kulit mulus, bebas parasit.

  • Usahakan untuk mengetahui riwayat bakalan tersebut, lengkap dengan silsilahnya.

  • Mata bening cerah tidak kusam, tidak lembap atau tidak terdapat kotoran mata.

  • Tidak banyak keluar lendir dari hidungnya, napasnya anggun tidak ada tanda-tanda batuk.

  • Kuku-kuku bagus, bentuknya sempurna, tidak ada gejala-gejala bengkak, bila diraba suhunya tidak terasa panas.

  • Tidak ada tanda-tanda mencret pada sekitar duburnya.


Penempatan sapi di sangkar harus ditata semoga mudah dibersihkan. Untuk ternak skala kecil, sekitar 1-10 ekor sbeiknya sapi diletakan dalam susunan satu baris, menghadap pada arah yang sama. Untuk skala besar penempatan akan lebih kompleks lagi.


Pemberian minum & pakan


Untuk menghasilkan 1 kg susu dibutuhkan sekitar 4-5 kg air. Oleh sebab itu, air minum harus disediakan secara tidak terbatas. Biarkan sapi minum sebanyak-banyaknya. Usahakan semoga air minum dan tempatnya selalu bersih.


Pemberian pakan sangat berperan besar memicu produktivitas susu. Sapi harus mendapat pakan yang seimbang dalam arti semua unsur nutrisinya terpenuhi. Pakan yang baik harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Tipe pakan untuk sapi perah sanggup dibedakan kedalam:



  • Pakan hijauan. Pakan hijuan terdiri dari materi berserat menyerupai rumput-rumputan, leguminosa, jerami padi, daun kacang tanah, jerami jagung, dan pucuk tebu. Sapi perah membutuhkan hijauan sebanyak 30-50 kg per ekor per hari, atau 10% dari bobot tubuhnya. Pakan hijauan sebaiknya diberikan siang hari, biasanya sesudah pemerahan.

  • Pakan konsentrat. Pakan konsentrat atau sering juga disebut penguat sanggup berupa biji-bijian, umbi-umbian, atau limbah olahan pertanian menyerupai ampas tahu atau bungkil kedelai.  Pakan konsentrat sanggup diberikan sebanyak 1-2% dari bobot sapi. Pemberiannya sebaiknya pagi hari sebelum pemerahan atau sore hari.

  • Pakan tambahan. Pakan tamabahan biasanya berupa vitamin, mineral, hormon, enzim atau antibiotik. Pakan ini biasanya buatan pabrik, diberikan sesuai dengan hukum pertolongan dari masing-masing pakan tersebut.


Khusus untuk sapi yang tengah menyusui atau dalam masa laktasi (masa pemerahan) kebutuhan makanannya ditambah sekitar 25% lebih bayak. Begitu juga dengan kebutuhan minumnya.


Mengawinkan sapi perah


Sapi betina mengalami masa birahi relatif pendek, sekitar 15-18 jam. Waktu birahi lenjutnya akan tiba sesudah 21 hari. Jadi, bila peternak terlambat mengetahui masa birahi, harus menunggu kedatangan masa birahi berikutnya. Ada pun ciri-ciri sapi betina yang mengalami birahi ialah sebagai berikut:



  • Nafsu makan menurun.

  • Tampak gelisah.

  • Sering melengguh dan mendekati sapi jantan.

  • Sering menaiki spai lain, bila dinaiki akan diam.

  • Vulva tampak merah dan mengeluarkan cairan.


Sementara itu, masa birahi yang dialami sapi jantan cukup sering. Dalam jangka waktu 2-3 hari sapi jantan sanggup mengalami siklus birahi.


Terdapat dua cara mengawinkan sapi perah, yakni secara alami dan kawin suntik atau inseminasi buatan.



  • Kawin alami, mengawinkan sapi jantan dan betina secara langsung. Seekor sapi jantan sanggup mengawini 25-30 ekor sapi betina. Untuk peternakan susu kecil, perkawinan biasanya dilakukan dalam satu kandang. Dimana ada satu betina dan satu jantan yang keduanya sedang mengalami birahi.

  • Kawin suntik, dilakukan dengan memasukkan sperma sapi jantan memakai peralatan tertentu ke dalam v@gin@ spai betina. Kawin suntik ini mempunyai banyak keunggulan. Lebih praktis, tidak perlu membawa sapi jantan ke sapi betina. Sperma bahkan sanggup didapatkan dari penyedia sperma unggul, tanpa peternak mempunyai spai pejantannya.


Masa laktasi dan pemerahan


a. Masa laktasi


Sapi perah betina sudah sanggup beranak sesudah 2,5 tahun. Setelah melahirkan anaknya, sapi sanggup diperah selama 10 bulan. Di masa-masa awal, sekitar satu ahad sesudah melahirkan susu yang dihasilkan berwarna kekuningan dan agak kental. Susu ini disebut kolostrum yang banyak mengandung gizi. Kolostrum biasanya diberikan kepada bayi sapi.


Setelah itu sapi akan mengeluarkan susu dengan jumlah yang fluktuatif. Pertama-tama volumenya agak sedikit semakin hari semakin banyak sampai risikonya menurun kembali hingg pada bulan ke-10. Selama masa laktasi berat tubuh sapi akan mengalami turun naik.


Sapi perah betina sanggup beranak setahun sekali. Biasanya sapi dikeringkan terlebih dahulu 2 bulan menjelang melahirkan.


Sapi perah betina akan terus produktif sampai usia 10 tahun. Puncak produktivitasnya ada pada umur 7-8 tahun. Setelah melewati umur 10 tahun produksi susu akan berkurang drastis.


b. Pemerahan


Pemerahan susu biasa dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Masing-masing proses pemerahan berlangsung selama 5-7 menit saja. Ada bebrapa hal yang harus diperhatikan dalam memerah susu, antara lain:



  • Kandang dan peralatan perah harus benar-benar bersih.

  • Badan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu, tidak ada kotoran yang melekat pada penggalan belakang sapi.

  • Pemerah susunya pun harus dalam keadaan bersih, sebab susu mudah meyerap bau-bauan.

  • Ambing susu dicuci terleih dahulu dengan air hangat, untuk meminimalkan pencemaran oleh bakteri.


Perawatan lainnya


Beberapa perawatan rutin yang harus dilakukan dalam ternak sapi:



  • Pemberian vaksin dan obat cacing.

  • Pembersihan sangkar dari kotoran selama 1-2 kali sehari.

  • Sapi dimandikan setiap hari semoga senantiasa bersih.


Referensi



  • Cahyo Saparinto. 2013. Panduan simpel beternak 10 konsumsi ternak terkenal di pekarangan. Penerbit Andi, Yogyakarta.

  • Kusuma Diwyanto. Pengkajian Sistem Budidaya Sapi Perah untuk Meningkatkan Produktivitas. Laporan Baglan Proyek Rekayasa Teknologi Peternakan ARMP-H Th. 1999-2000.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com