Sakit fisik itu biasa, sakit mental itu luar biasa.
Anonymous, 2018
"NO SAKIT MENTAL" (Laura, 2018)
Bagaimana bisa mencicipi perasaan, bahagia murung dan perasaan lainnya kalau mental kita sendiri saja sedang sakit?
Seperti yang dikatakan Laura di Acara Dopamination Fakultas Psikologi UGM, 21 Oktober 2018. Saat fisik sakit, kemungkinan kita untuk bertahan akan tetap ad ajika dan hanya jikalau mental kita sehat. Akan terjadi sebaliknya apabila fisik kita sehat tapi mental kita sedang dalam keadaan ndak baik-baik saja, percuma! Kita ndak bakal bisa melaksanakan apa-apa, boro-boro ingin melaksanakan acara yang menghasilkan dan berguna, melaksanakan hal-hal sederhana menyerupai makan saja mungkin susah.
Sebelumnya maaf alasannya ialah saya ndak akan menceritakan pengalaman yang dialami oleh Laura yang menjadikan Ia kini ndak bisa jalan. Tapi saya percaya, bahwa meskipun kisah ini ndak lengkap tapi tetap bisa menguatkan dan menyemangati teman-teman semuanya.
Laura sempat merasa sulit mendapatkan kenyataan bahwa ia ndak bisa berjalan menyerupai orang-orang normal lainnya, ndak bisa menyerupai dulu lagi ketika ia masih normal.
Depresi, it’s real guys! Itu terjadi pada seorang Laura. Menyakiti diri sendiri, banting barang disana-sini. Semua ia lakukan alasannya ialah ia merasa kecewa, sedih, DEPRESI!
Jika kau merasa sudah ndak besar lengan berkuasa lagi menanggung segalanya sendiri, berceritalah. Jika kau ndak cukup tegar buat menghadapi semua masalahmu sendirian, carilah orang dan menangislah padanya. Saya kira semua itu bisa sedikit menenangkan hatimumu yang sedang mencicipi sakit yang teramat sangat.
Pernah saya menyampaikan ini sebelumnya, saya selalu dikuatkan oleh perkataan sahabat saya yang menyerupai ini
“sharing adalah awal pemulihan, jangan takut, just tell me, tell him or just tell someone whose near to you. Jangan tunda hingga rasa sesak itu ndak bisa kau bendung lagi. Jangan takut dianggap lemah atau apalah. Bapa baik alasannya ialah menghadirkan seseorang sepertimu, kau istimewa”
Itu juga dialami oleh Laura, disaat-saat terendahnya, ia mempunyai seorang mama yang begitu luar biasa. Mama Wayan nama beliau. Siap dan sigap dengan segala kondisi yang kemungkinan terjadi pada Laura. Sebagai seorang mama, ia begitu sabar dalam menghadapi Laura. Saat Laura berontak dan melaksanakan apapun yang ia inginkan, mama tetap membisu dan terus memantaunya. Saat Laura mulai tenang, mama siap mendengarkan semua kalimat dan kisah dari Laura.
Dari kisah singkat itu, sesungguhnya kita bisa menarik beberapa poin.
Saat kau merasa depresi, sadari bahwa:
- Salurkan emosimu pada wadah yang tepat. Makara emosimu ndak sekedar jadi emosi saja, tapi bisa mendorongmu untuk menjadi seseorang yang lebih besar lengan berkuasa dari sebelumnya dan tentunya lebih bermanfaat buat orang lain.
- Berceritalah kepada seseorang. Meskipun ndak bisa pribadi hilang, setidaknya masalahmu bisa kau bagikan ke orang lain dan sedikit lebih ringan bebannya.
- Dalam keadaan apapun Tuhan akan selalu mendampingi kita. Buktinya, hingga kini kita masih diijinkan untuk tetap menghirup udara, melihat matahari, bunga, mendengar burung berkicau, bertemu dengan orang-orang terdekat kita.
- Tuhan mengijinkan kita mengalami semua problem yang ada, itu berarti Tuhan ingin mempersiapkan kita untuk masalah-masalah yang lebih besar lagi dibandingkan problem yang sedang kita hadapi.
- Selalu percaya bahwa Tuhan memberi kita segalanya yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Segalanya sudah dicukupkan oleh-Nya.
Saat ada orang di sekitar yang mengalami depresi:
- Diam. Seseorang yang depresi hanya butuh didengarkan, mereka ndak butuh kita mengomentari mereka, mereka ndak butuh saran kita, solusi kita bahkan problem kita sendiri. Cukup diam, jangan bandingkan dengan problem kita. Bebannya sudah berat, jangan ditambahi lagi
- Dengarkan. Beri perhatian penuh dan dengarkan kisah mereka. Usahakan memperlihatkan suasana nyaman buat mereka.
- Amati. Tetap pantau mereka untuk mengantisipasi ada hal-hal yang ndak diinginkan terjadi.
- Jangan ikutan nangis. Jangan baperan, ini bukan ketika yang tepat. Kamu harus jadi seseorang yang besar lengan berkuasa untuk jadi sandarannya yang ketika ini sedang sangat rapuh. Tahan dulu hingga dia sudah ndak bersama kau lagi, pada dasarnya jangan luapkan emosi didepan mereka.
Sumber http://moonlightrocks.blogspot.com