Thursday, June 21, 2018

√ Faktor Sosial-Komunikasi Petani Dalam Perjuangan Tani


MAKALAH PENGANTAR USAHA TANI
“FAKTOR SOSIAL-KOMUNIKASI PETANI DALAM USAHA TANI”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga dikala ini masih belum sanggup memperlihatkan hasil yang maksimal kalau dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, kiprahnya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya hingga dikala ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa kemudian bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.


1.2  Tujuan
a)      Agar mahasiswa mengetahui wacana interaksi sosial dan komunikasi petani
b)     Agar mahasiswa mengetahui wacana imbas interaksi dan proses sosialisasi petani pada perkembangan administrasi perjuangan tani
c)      Agar mahasiswa mengetahui wacana pengembangan kelembagaan
d)     Agar mahasiswa mengetahui wacana faktor sosial dan komunikasi petani dalam berusaha tani




BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Interaksi Sosial dan Komunikasi Petani
Interaksi sosial ialah kekerabatan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, dan merupakan bentuk yang paling umum dari proses sosial. Bentuk lain dari proses osial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada dikala itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk acara sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh lantaran masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh contohnya bau keringat, minyak wangi, bunyi berjalan, dan sebagainya. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok insan terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok insan terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
a)      Interaksi Sosial dan Komunikasi Antar Petani
                        Salah satu tujuan utama dalam sistem usahatani ialah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga wacana corak usahatani, bagaimana petani menentukan kombinasi pembudayaan tumbuhan dengan ternak, teknik dan taktik apa yang harus diterapkan. Kaprikornus petani membutuhkan interaksi sosial terhadap petani lain.
Dengan adanya interaksi sosial, petani bisa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan wacana cara bertani dari petani lain. Hal ini tentu saja menjadi pelajaran terpenting bagi petani lantaran dengan adanya interaksi antar sesama petani, diharapkan nantinya petani bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan wacana cara bertani yang baik dan benar sehingga petani sanggup mengkaji dan menerapkannya dalam sistem pertanian mereka semoga didapatkan produktivitas hasil pertanian mereka yang maksimal.
b)      Interaksi Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Penyuluh
Penyuluh pertanian merupakan suatu forum sosial yang bergerak dalam bidang pertanian dimana penyuluh pertanian ini bertugas memperlihatkan informasi dan keterampilan wacana pertanian kepada para petani. Selain itu, Penyuluh disini bertugas menampung seluruh aspirasi dan permasalahan yang ada pada petani wacana pertanian mereka. Mulai dari permasalahan dalam bercocok tanam, serangan hama dan penyakit, serta permasalahan dalam pemilihan bibit unggul. Jika petani tidak sanggup memecahkan masalahnya maka produktivitas hasil pertanian mereka tidak dapat  menghasilkan secara maksimal.
Dengan adanya banyak sekali permasalahan tersebut, interaksi sosial dan komunikasi para petani dengan penyuluh pertanian sangat penting adanya semoga banyak sekali permasalahan wacana pertanian sanggup terpecahkan sehingga produktivitas hasil pertanian para petani sanggup maksimal dan kesejahteraan petani sanggup terwujud.
c)      Interaksi Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Keluarga
Sebelum petani melaksanakan proses sosialisasi dengan masyarakat pertanian lainnya, interaksi sosial akan terlebih dahulu terjadi di keluarga petani tersebut. keluarga disini tampat keluh kesah petani dalam kehidupannya. Mulai dari problem dari segi psikis, ekonomi, dll keluargalah yang membantu petani dalam menuntaskan masalahnya.
d)     Interaksi Sosial dan Komunikasi Antara Petani dengan Kelembagaan
Lembaga merupakan ialah pelaku atau wadah untuk menjalankan satu atau lebih kelembagaan, mempunyai struktur yang tegas dan diformalkan. Adanya forum disini berfungsi untuk memberi pedoman pada msyarakat bagaimana harus berbuat dalam menghadapi permasalahan di masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok manusia, menjaga keutuhan masyarakat, memperlihatkan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control) yang merupakan pengawasan masyarakat terhadap sikap anggotanya.
Dengan adanya fungsi dari forum tersebut, interaksi sosial dan komunikasi para petani dengan forum tersebut perlu adanya. Misalnya, Lembaga sosial menyerupai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga masyarakat ini bertujuan untuk menampung seluruh aspirasi masyarakat yang nantinya banyak sekali permasalah yang ada sanggup terpecahkan.

2.2    Pengaruh Interaksi dan Proses Sosialisasi Petani pada Perkembangan Manajemen Usaha Tani
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut kekerabatan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosialadalah suatuinteraksi atau kekerabatan timbal balik atau saling mempengaruhi antar insan yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam amasyarakat. Proses sosial diartikan sebagai cara-cara bekerjasama yang sanggup dilihat kalau individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk kekerabatan sosial.
Padainteraksi sosial terjalin kekerabatan erat yang akan membuat keselarasan sosial. Oleh lantaran itu, interaksi social kuat besar terhadap terbentuknya keselarasan social masyarakat yang bersangkutan. Melalui interaksi sosial, insan saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun, dan gotong royong. Sikap-sikap tersebut bisa membuat keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang mendorong munculnya keselarasan sosial. Keteraturan sosial merupakan suatu kondisi yang sendi-sendi kehidupan bermasyarakatnya berjalan tertib dan teratur sehingga tujuan kehidupan bermasyarakat sanggup tercapai


Berikut beberapa imbas akhir adanya interaksi dan proses sosialisasi terhadap perkembangan petani dan masyarakat
·                                                      Amalgamasi
Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat yang lebih peduli terhadap inovasi-inovasi gres yang mendorong majunya pertanian mereka sehingga memungkinkan terpecahnya banyak sekali problem pertanian seperti: hama dan penyakit tumbuhan melalui obat-obat kimia modern yang sanggup meningkatkan hasil panen mereka. Kaprikornus perbedaan kebudayaan di desa ringinanyar yang terjadi akhir heterogennya tempat asal penduduk, menimbulkan inovasi-inovasi gres dari saling bertukarnya pengalaman diantara mereka.Kemudian timbulah kebudayaan gres diantara mereka sebagai perjuangan meningkatkan hasil pertanian di desanya.
·      Asimilasi
Dari kelompok  buruh tani yang beranggotakan masyarakat dari banyak sekali desa dengan  kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda, petani ini berusaha untuk mengurangi perbedaan dengan saling toleransi dan menghormati sehingga terbentuklah suatu kelompok sosial yang dinamis. Demi tercapainya tujuan bersama, yaitu memajukan pertanian di desa mereka.
·                                                                            Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh tani di banyak sekali desa mengalami suatu konflik baik yang bersifat individual maupun kelompok.Konflik yang bersifat individu biasanya terjadi lantaran adanya perselisihan personal diantara mereka.Sebagai teladan yaitu perebutan pengairan diladang sawah mereka yang biasanya terjadi di isu terkini kemarau, problem ini biasanya sanggup menimbulkan konflik diantara petani yang juga sanggup terbawa di dalam kelompok sosial mereka.Di dalam kelompok biasanya mereka saling menjatuhkan dan mencari mitra dalam kelompok yang bisa menimbulkan konflik yang lebih besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok sosial mereka.Itulah dampak negatif yang bisa timbul dari adanya kelompok sosial. Tidak jarang juga konflik tersebut diakibatkan lantaran adanya desosialisasi antar petani desa maupun masyarakat desa. Proses desosialisasi menimbulkan antar petani saling hirau tak acuh.

2.3    Pengembangan Kelembagaan
Lembaga di pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosialmasyarakatnya. Sifatnya tidak linier, namun cenderung merupakan kebutuhanindividu anggotanya, berupa : kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman,kebutuhan kekerabatan sosial, pengakuan, dan pengembangan pengakuan.Manfaat utama forum ialah mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai kontrol sosial, sehingga setiap orang sanggup mengatur perilakunya berdasarkan kehendak masyarakat.


Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi oleh suatu kelembagaan petani agartetap eksis dan berkelanjutan ialah :
  1. Prinsip otonomi (spesifik lokal).Pengertian prinsip otonomi disini sanggup dibagi kedalam dua bentuk yaitu :
a)         Otonomi individu.
Pada tingkat rendah, makna dari prinsip otonomi ialah mengacu padaindividu sebagai perwujudan dari hasrat untuk bebas yang menempel pada diri insan sebagai salah satu anugerah paling berharga dari sang pencipta. Kebebasan inilah yang memungkinkan individu-individu menjadi otonom sehingga mereka sanggup mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara optimal. Individu-individu yang otonom ini selanjutnya akan membentuk komunitas yuang otonom, dan jadinya bangsa yang sanggup berdiri diatas kaki sendiri serta unggul.
b)         Otonomi desa (spesifik lokal).
Pengembangan kelembagaan di pedesaan diubahsuaikan dengan potensidesa itu sendiri (spesifik lokal). Pedesaan di Indonesia, disamping bervariasi dalam kemajemukan sistem, nilai, dan budaya; juga mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang dan bermacam-macam pula. Kelembagaan, termasuk organisasi, dan perangkat-perangkat aturan danhukum memerlukan penyesuaian sehingga peluang bagi setiap warga masyarakat untuk bertindak sebagai subjek dalam pembangunan yang berintikan gerakan sanggup tumbuh di semua bidang kehidupannya. Disamping itu, harus juga memperhatikann elemen-elemen tatanan yang hidup di desa, baik yang berupa elemen lunak (soft element)seperti insan dengan sistem nilai, kelembagaan, dan teknostrukturnya, maupun yang berupa elemen keras (hard element) menyerupai lingkungan alam dan sumberdayanya, merupakan identitas dinamis yang senantias beradaptasi atau tumbuh dan berkembang

2.4    Faktor Sosial dan Komunikasi Petani dalam Berusaha Tani
        Masyarakat desa masih mempunyai sosial budaya yang sangat kental. Oleh lantaran itu pada acara sehari hari mereka selalu berkomunikasi dengan baik lantaran mereka ialah kumpulan insan yang saling membutuhkan satu sama lainnya.
        Masyarakat desa kebanyakan berprofesi sebagai petani. Baik petani yang mengolah lahannya sendiri maupun sebagai petani buruh. Keadaan inilah yang membuat mereka selalu mempunyai kekerabatan yang erat lantaran seprofesi. Interaksi antarpetani sering terjadi diantara mereka. Ketika mereka sedang melaksanakan kegiatan usahatani, banyak sekali informasi-informasi yang saling mereka tukar, baik informasi mengenai pertanian maupun non-pertanian. Adanya pertukaran informasi dalam berusahatani ini membawa dampak yang positif. Kegiatan usahatani sanggup lebih berkembang lantaran adanya informasi-informasi gres yang berasal dari individu petani yang sanggup memajukan kegiatan usahatani mereka. Pertukaran informasi ini merupakan sebuah pembelajaran bagi masyarakat petani, sehingga semakin sering dan intens mereka berinteraksi dan berkomunikasi, semakin banyak hal-hal gres yang sanggup mereka pelajarai, sehingga akan berdampak positif terhadap kegiatan usahatani mereka.



2.5     Perkembangan Teknologi Dan Informasi Petani
Dalam hal ini, kami menyebutnya dalam kelompok  Late Majority. Yaitu kelompok yang lambat dalam hal mendapatkan informasi ataupun teknologi terbaru. Sehingga mereka tetap berada disitu saja, tidak berjalan maju ke depan. Tetapi kelompok ini lebih skeptic dan lambat dalam hal mengadopsi sesuatu hal gres yang absurd bagi mereka, meskipun mereka punya kemauan untuk mengadopsi atau menerapkan suatu teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti teknologi yang gres kalau telah disetujui oleh pendapat umum dan telah diterapkan oleh kebanyakan orang. Rendahnya tingkat pendidikan petani mengakibatkan kemampuan dalam menyerap informasi dan mengadopsi teknologi relatif sangat terbatas sehingga menghasilkan produk yang berkualitas rendah.  Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani  berakibat pada rendahnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya.
Rendahnya soft skill (kemampuan petani dalam bekerja sama dan kurangnya motivasi untuk meningkatkan mutu/nilai tambah produk yang dihasilkannya) mendorong rendahnya kinerja pembangunan pertanian secara keseluruhan. Petani yang semula dijadikan obyek dalam pembangunan, sudah sepantasnya untuk dikala ini dijadikan sebagai subyek pembangunan.  Fokus pembangunan pertanian yang diarahkan pada petani tidak terlepas dari tuntutan perubahan pola pikir petani dalam berusaha tani maupun santunan dari biro pembaharuan dan kiprah pemerintah yang secara tidak eksklusif mendukung pola perjuangan tani semoga sanggup bersaing dalam iklim global. 
Dengan demikian taktik komunikasi pembangunan pertanian memakai model komunikator pendukung pembangunan (Development Support Communicator) memusatkan pada penyusunan posisi-posisi yang sejajar, tidak memusatkan pada penyusunan posisi-posisi yang sejajar, tidak memusatkan pada media, sebaliknya membuatkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Komunikator berperan sebagai perantara antara tenaga mahir dan pemanfaat pembangunan, sehingga kesenjangan informasi antara tenaga mahir dengan pemanfaat pembangunan sanggup dikurangi.

2.6    Strategi Komunikasi
Komunikasi ialah salah satu kunci penting yang menentukan berhasil tidaknya penyuluh dalam memberikan materi-materi wacana pertanian di masrayakat pedesaan. Seringkali, penyuluh hanya mempresentasikan apa yang ada di dalam pikirannya, mempresentasikan suatu materi dengan banyak goresan pena dan kata-kata yang sulit dimengerti oleh petani pada umumnya. Materi yang dipresentasikan pun terkadang sulit diterima oleh sasaran penyuluh, lantaran materi yang disampaikan kurang memperhatikan aspek psikologis dan akademis. Untuk itu, semoga materi-materi yang berisi temuan-temuan teknologi gres mengenai pertanian sanggup diterima sesuai sasarannya, hendaknya  penyuluh memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Bahasa yang dipakai tidak harus baku atau gampang dimengerti.
Petani (target penyuluh) akan lebih menghargai penyuluh apabila bisa memakai bahasa yang gampang dimengerti oleh petani, menyerupai bahasa tempat di tempat tersebut. Tutur kata yang halus disertai canda tawa ialah hal yang paling disukai petani, sehingga nantinya diharapkan petani sanggup mengerti mengenai materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh.
2.      Memperhatikan strata sosial suatu masyarakat pedesaan dalam melaksanakan penyuluhan. 
Dalam mempresentasikan suatu temuan-temuan baru, penyuluh hendaknya memperhatikan, kepada siapa temuan-temuan tersebut dipresentasikan. Bila dipresentasikan kepada kaum petani, hendaknya penyuluh memakai bahasa lokal yang gampang dimengerti, sehingga memudahkan petani untuk memahami dan mengadopsi temuan-temuan gres tersebut. Bila dipresentasikan kepada kaum berakal di desa tersebut, penyuluh sanggup memakai bahasa-bahasa ilmiah dalam memberikan temuan-temuannya tersebut, lantaran kaum berakal bisa memahami bahasa-bahasa ilmiah yang disampaikan oleh penyuluh.
3.      Materi presentasi sebaiknya lebih banyak berupa visual daripada tulisan.
Umumnya, penyuluh hanya mempresentasikan suatu materi/ temuan-temuan barunya dengan lebih banyak goresan pena daripada gambar, sehingga terkadang petani merasa bosan dengan materi tersebut. Berawal dari rasa bosan, petani menjadi tidak tertarik dengan materi/ temuan tersebut, walaupun bahwasanya materi/temuan tersebut sangat bagus. Dengan memakai metode visual presentation yg lebih banyak berupa gambar, petani akan lebih tertarik dan memahami mengenai temuan-temuan gres tersebut, sehingga pada jadinya petani menjadi yakin untuk mengadopsi temuan-temuan gres yang disampaikan oleh penyuluh.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Petani merupakan pemilik modal yang utama dalam memproduksi suatu komoditas pertanian, namun justru petani yang seringkali menanggung resiko paling besar.Ketika isu terkini panen tiba, produksi melimpah, sehingga mengakibatkan harga komoditas turun, petani tidak bisa menjual hasil produksi dengan harga yang lebih tinggi.Kelemahan daya tawar petani mengakibatkan perjuangan tani tidak memperlihatkan laba yang memadai, terlebih lagi luas areal perjuangan tani yang sempit mengakibatkan perjuangan tani kurang efisien.
Baik petani maju maupun petani berkembang sama-sama membutuhkan banyak sekali informasi pertanian menyerupai informasi wacana peningkatan produksi dan mutu komoditas; ketersediaan sarana produksi dan permodalan; lokasi pemasaran dan harga komoditas; teknologi pengolahan hasil pertanian, dan metode analisis usahatani. Perbedaannya hanya dalam hal tingkat kebutuhan untuk masing-masing jenis informasi pertanian, lantaran tingkat kesadaran akan pentingnya informasi dan tingkat motivasi petani maju dalam berusahatani lebih tinggi daripada petani berkembang. Jenis informasi yang paling tinggi tingkat kebutuhannya ialah informasi wacana metode analisis usahatani dimana informasi ini sangat dibutuhkan pada tahap perencanaan usahatani.
Sempitnya lahan sawah yang dikuasai oleh petani, seringkali mengakibatkan kurang efisien dalam berusaha tani, dengan demikian berkelompok merupakan alternatif untuk mengatasi kurang efisien dalam perjuangan tani.Untuk itu diharapkan santunan sumberdaya insan yang berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok tani yang sanggup mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian.Melalui kelompok, kelompok tani sanggup difungsikan sebagai unit belajar, unit kerjasama, unit produksi, dan unit perjuangan bisnis.Sumberdaya insan (SDM) petani anggota kelompok tani perlu ditingkatkan kemampuannya.
Melalui Gapoktan, skala perjuangan ekonomi sanggup diperbesar, diharapkan petani melalui Gapoktan bisa berperan dalam bisnis hasil pertanian maupun industri hasil pertanian, mempunyai daya tawar yang memadai dalam berbisnis.
Kemampuan Gapoktan harus terus ditingkatkan semoga sanggup berfungsi sebagai unit perjuangan tani, unit perjuangan pengolahan, unit perjuangan sarana dan prasarana produksi, unit perjuangan pemasaran, dan unit perjuangan keuangan mikro, serta unit jasa penunjang lainnya, sehingga menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri.
Semakin kuat keyakinan diri kelompok bisa berhasil maka semakin tinggi keberhasilan kelompok sebagai unit bisnis.Semakin kuat interaksi anggota kelompok maka semakin tinggi keberhasilan kelompok sebagai unit bisnis, dan semakin baik kepemimpinan kelompok maka semakin tinggi tingkat keberhasilan kelompok sebagai unit perjuangan bisnis.

3.2         Saran
Ketika membuatkan kelompok tani menjadi Gapoktan yang bisa membuatkan bisnis, diharapkan kepemimpinan kelompok yang baik yang bisa menggerakkan anggotanya, diharapkan interaksi anggota yang kuat, diharapkan self efficacy anggota kelompok yang tinggi, yakni keyakinan anggota kelompok bisa berhasil dalam perjuangan bisnis.




DAFTAR PUSTAKA


Habib, Achmad. 2004. Konflik Antar Etnik di Pedesaan Pasang Surut Hubungan Cina-Jawa. Yogyakarta. LKiS Yogyakarta
Haverkort, Bortus, dkk.2003.Pertanian Masa Depan. Yogyakarta. Kanisius
Mariati Tamba dan Ma‟mun Sarma.2007.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi Pertanian Bagi Petani Sayuran Di Provinsi Jawa Barat.Jurnal Penyuluhan Vol. 3, No. 1 Maret 2007, halaman :24-34
Purba, Jonny. 2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta. Kanisius
Setyobudi, Imam. 2001. Menari di Antara Sawah dan Kota : Ambiguitas Diri, Petani-petani Terakhit di Yogyakarta. Magelang. IndonesiaTera
Soekartawi,1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia
Soetrisno, Loekman.1998.Pertanian pada Abad ke-21. Jakarta. Direktorat  Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sunarru Samsi Hariadi.2007.Kelompok Tani sebagai Basis Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmu-ilmu PertanianVol. 3, No. 2, Desember 2007,halaman :79 – 86
Van Den Ban, A.W. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta. Kanisius
Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi : Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Bandung. PT Setia Purna Inves



Sumber http://kickfahmi.blogspot.com