MAKALAH
“Pengelolaan pada Lahan Kering”
Disusun untuk melengkapi kiprah Menejemen Agroekosistem
Oleh:
Muhammad Guruh Arif Zulfahmi (105040201111091)
Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2012
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
kebijakan sentralistik kegiatan pembangunan pertanian pada padi sawah selama periode 1969 -1997 (Pelita I-VI), mengakibatkan usahatani lahan kering kurang menerima perhatian. Sementara itu, proyek-proyek pembangunan pertanian lahan kering telah banyak dilaksanakan tetapi tidak mengatakan hasil yang menggembirakan, dimana penyebabnya antara lain ialah tidak berkembangnya kemandirian masyarakat dan training yang tidak berkesinambungan. Hal ini mengakibatkan sistem usahatani lahan kering semakin tertinggal, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) penggalan hulu. Ketimpanganpengelolaan dan penanganan permasalahan lahan kering antara lain mencakup: 1) Input usahatani konservasi terbatas sehingga memicu degradasi lahan dan mengakibatkan produktivitas rendah, 2) Pengelolaan lahan yang tidak dilandasi pengetahuan perihal kesesuaian dan kemampuannya, dan 3) Pertambahan jumlah penduduk sehingga mendorong petani untuk mengusahakan lahan kering berlereng di DAS hulu yang rentan terhadap erosi.Pengelolaan lahan kering perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya semakin meningkat sekaligus mendukung pemantapan ketahanan pangan. Makalah ini akan membahas teknologi dan kebijakan yang perlu dilaksanakan pada pengelolaan lahan kering untuk memantapkan swasembada pangan nasional.
II. PEMBAHASAN
2.1 Diskripsi Tanah Kering
Tanah dapat didefinisikan sebagai material mineral yang tidak padu yang berada di permukaan bumi dan yang berfungsi sebagai medium alami bagi pertumbuhan tumbuhan darat. Akan tetapi jikalau praktek pengelolaan tanah dilibatkan dan dengan demikian dipengaruhi oleh faktor gentik dan lingkungan, maka akan banyak terjadi modifikasi pada tanah. Efek-efek modifikasi terhadap lengas tanah, temperatur, oksigen, aspek-aspek kimiawi dan kekurangan atau keracunan hara dapat muncul dan terlibat dengan interaksi-interaksi yang terjadi di antara parameter-parameter ini. Selain hal-hal tersebut, uraian berikut ini akan dibatasi pada modifikasi zone perakaran terutama yang berkaitan dengan penyembuhan kekurangan (stress) unsur hara.
Sistem pengolahan tanah seringkali memodifikasi zone perakaran secara nyata. Operasi pengolahan tanah ini dilakukan alasannya beberapa alasan ibarat untuk menggemburkan tanah sehingga memudahkan penetrasi akar, mengubur residu tumbuhan sebelumnya, menyediakan lingkungan yang sesuai bagi benih, mengendalikan gulma.
Sumber http://kickfahmi.blogspot.com