Wednesday, July 25, 2018

√ Budidaya Tebu Di Lahan Kering

MAKALAH
Mikroba Google “Pupuk Hayati Bio P 2000 Z” Sebagai Solusi Permasalahan Budidaya Tebu Di Lahan Kering”
Disusun untuk melengkapi kiprah mata kuliah Manajemen Agroekosistem
Disusun Oleh:
Muhammad Guruh Arif Zulfahmi
105040201111091


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tebu merupakan sumber komplemen utama di dunia, hampir 70 % sumber materi komplemen berasal dari tebu sedangkan sisanya berasal dari bit gula. Produksi gula tebu nasional pada tahun 2008 sebesar 2.8 juta ton. Luas areal pertanaman tebu sekitar 438 960 ha dengan produktivitas nasional 6.11 ton tebu/ha dan rendemen tebu sekitar 7.75 %. Produktivitas tebu nasional 64 % dihasilkan di pulau Jawa. Total produksi gula pada tahun 2009 sekitar 4,5 juta ton, kebutuhan impor rafinasi 379.000 ton dan konsumsi gula sekitar 4,3 juta ton (Dewan Gula Indonesia, 2009).
Pengembangan tebu lahan kering di luar pulau Jawa menghadapi sejumlah hambatan terutama sifat tanah yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tumbuhan semusim. Keberhasilan perjuangan budidaya tebu di lahan kering selalu dibatasi dengan faktor alam yang sulit dikendalikan. Salah satu faktor ini yaitu iklim (Premono, 1984). Kondisi iklim yang paling berperan dan sangat berkaitan dengan dilema ketersediaan air bagi tumbuhan tebu yaitu curah hujan dan laju penguapan air. Curah hujan mempunyai jumlah dan penyebaran yang tidak merata dalam setiap tahunnya. Jumlah dan penyebaran curah hujan tersebut akan kuat terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tebu (Yusuf, 1988).
Pengelolaan air pada budidaya tumbuhan tebu berkaitan dengan kebutuhan air yang diadaptasi dengan fase pertumbuhan tanaman. Wardojo dan Priyono (1996) menyatakan bahwa pada masa pertumbuhan, tumbuhan tebu banyak memerlukan air sedangkan menjelang bau tanah dan panen tidak memerlukan banyak air. Penanaman tebu pada lahan beririgasi dilakukan pada demam isu kering, sedangkan untuk lahan yang pengairannya memanfaatkan air hujan, penanaman dilakukan pada dikala demam isu hujan.
Dalam kondisi jumlah air yang terbatas maka perlu dilakukan pengaturan guna melaksanakan meningkatkan secara optimal pemanfaatan air irigasi. Ada dua azas yang sanggup digunakan dalam meningkatkan secara optimal pemanfaatan air irigasi yaitu : azas prioritas dan azas proposionalitas (Irianti dan Agus, 2000). Azas prioritas artinya pemanfaatan airirigasi didasarkan pada prioritas tumbuhan tanaman yang akan diairi, sedangkan azas proposionalitas mengetengahkan bahwa penggunaan air dibagi secara proposional antar tumbuhan untuk mencari kombinasi optimumnya. Pengaturan waktu tanam harus diadaptasi dengan kondisi iklim. Pengaturan tata waktu tanam yang kurang cermat seringkali menimbulkan dilema yang diakibatkan kelebihan atau kekurangan air sehingga perlu dilakukan pengelolaan air yang baik.
Menurut Hoffman et. al.(1992) pemberian irigasi dilakukan dengan tujuan pemberian dan penyimpanan air dalam profil tanah untuk tanaman. Untuk mencapai keseragaman pertumbuhan tanaman, diharapkan pemberian air yang merata dalam suatu luasan lahan sehingga air yang diberikan menjadi efisien. Waktu pemberian irigasi dipengaruhi oleh beberapa parameter diantaranya fase pertumbuhan tanaman, kebutuhan evaporasi, ketersediaan air, kapasitas sistem irigasi, budaya pemberian irigasi, nilai ekomomi tanaman, dan prakiraan cuaca (Hoffman et. al.,1992).

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya :
·         Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dilema perkara yang terdapat di lapang.
·         Mempelajari pengelolaan irigasi curah pada budidaya tebu lahan kering dan menganalisis imbas pemberian mikroba google  terhadap produktivitas tanaman.

























BAB II PEMBAHASAN
2.1. Komoditas Tanaman Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tumbuhan orisinil tropika basah, namun masih sanggup tumubh baik dan berkembang di kawasan subtropika, pada banyak sekali jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan bahari (dpl). Tanaman tebu telah dikenal semenjak beberapa kala yang kemudian oleh bangsa Persia, Cina, India dan kemudian menyusul bangsa Eropa yang memanfaatkan sebagai materi pangan benilai tinggi yang dianggap sebagai emas putih, yang secara berangsur mulai bergeser kedudukan materi komplemen alami ibarat madu.       Berdasarkan catatan sejarah, sekitar tahun 400-an tumbuhan tebu telah ditemukan tumbuh di beberapa tempat di P. Jawa, P. Sumatera, namun gres pada kala XV tumbuhan tersebut diusahakan secara komersial oleh sebagian imigran Cina. Diawali kedatangan bangsa Belanda di Indonesia tahun 1596 yang kemudian mendirian perusahaan dagang Vereeniging Oost Indische Compagnie (VOC) pada bulan Maret 1602, mulailah terbentuknya industri pergulaan di Indonesia, yang kemudian dipacu dengan semakin meningkatnya permintaan gula dari Eropa pada dikala itu. Sejarah Indusri gula di Indonesia, khususnya di Jawa penuh dengan pasang surut. Pada dekade 1930-an industri gula di Indonesia mencapai puncaknya dengan produksi gula sebesar 3 juta ton dengan areal pertanaman seluas 200.000 ha yang terkonsentrasi di Jawa. Pada masa itu terdapat +179 pabrik gula yang bisa memproduksi 14,8 ton gula/ha.
Usaha budidaya tebu di Indonesia dilakukan pada lahan sawah berpengairan dan tadah hujan serta pada lahan kering/tegalan dengan rasio 65% pada lahan tegalan dan 35% pada lahan sawah. Sampai dikala ini daerah/wilayah pengembangan tebu masih terfokus di Pulau Jawa yakni di Provinsi, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta dan Jawa Barat yang diusahakan di lahan sawah dan tegalan. Sedangkan usahatani tebu pada lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa ibarat di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Kedepan Pemerintah juga telah mecanangkan rencana pengembangan ke provinsi lain yang cocok dan sesuai berdasarkan agroklimat dengan membuka peluang investasi pembangunan industri gula berbasis tebu yang terintegarasi di beberapa provinsi ibarat Provinsi Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat. Adapun berdasarkan hasil survey P3GI potensi untuk pengembangan industri gula masih terbuka ibarat di Provinsi Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah seluas + 800.000 Ha. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan perjuangan industri gula berbasis tebu adalah
·         Pengelolaan pada aspek on-farm yakni penerapan kaidah teknologi pertanaman yang baik dan benar mulai dari persiapan lahan, pengolahan dan penanaman yang mengikuti kaidah masa tanam optimal,
·         Pemilihan dan komposisi varietas hibrida bermutu,
·         Penggunaan, pemeliharaan serta babat angkut muat (panen).
Dalam budidaya tumbuhan tebu bibit merupakan salah satu modal (investasi) yang memilih jumlah batang dan pertumbuhan selanjutnya hingga menjadi tebu giling beserta potansi hasil gulanya. Oleh lantaran itu penggunaan hibrida bermutu merupakan faktor produksi yang mutlak harus dipenuhi. Sehingga Pemerintah merasa perlu mengatur pengawasan peredaran bibit melalui sertifikasi yang merupakan satu proses pemberian akta bibit sesudah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan untuk persyaratan sanggup disalurkan dan diedarkan. Sampai dikala ini pusat Penelitian telah menghasilkan banyak sekali macam varietas unggul ibarat PS851, PS862, PS863, PS864, PSBM901, PS921, Bululawang, PSCO902,PSJT941, Kidang Kencana, PS865, PS881, PS882 dan varietas Kentung yang merupakan varietas-varietas unggulan dengan kategori pengelompokan masak awal, masak tengah dan masak selesai sebagai salah satu penerapan administrasi pembibitan untuk menyelaraskan pelaksanaan tertib tanam dan panen.
Sejauh ini pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan penjenjangan kebun pembibitan, mulai dari Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), KebunBibit Induk (KBI) hingga Kebun Bibit Datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi pertanaman atau Kebun Tebu Giling (KTG). Kedepan dalam mengantisipasi ketersediaan bibit telah dicanangkan pengadaan bibit melalui tahapan kultur jaringan yang diharapkan sanggup memenuhi kebutuhan dalam jumlah maupun waktu. Pada aspek off-farm peranan Pabrik Gula selaku unit pengolah tebu menjadi gula kristal putih sangat menentukan. Dari proses tersebut akan dihasilkan produk berupa gula kristal putih yang dikenal dipasar dengan plantation white sugar atau gula pasir.
Disamping hasil ikutan lainnya berupa tetes (molases) yang dikala ini masih dimanfaatkan untuk materi baku pabrik alkohol/spritus dan bumbu masak/MSG disamping hasil ikutan lainnya berupa Particle Board, pakan ternak, kertas dan materi baku industri lainnya. Kegiatan pengolahan tebu menjadi gula ditempuh melalui berapa tahapan yaitu pasokan tebu ke pabrik gula, evaluasi tebu, penggilingan, pemurnian nira, penguapan, pengkristalan, pengeringan dan pengemasan serta penyimpanan.

2.2. Permasalahan Budidaya Tanaman Tebu.
Tanaman tebu merupakan tumbuhan perkebunan rakyat dimempunyai lokasi sama yaitu lahan sawah, lahan ladang dan lahan pekarangan atau disebut dengan lahan kering. Pada masa dahulu, lahan yang digunakan untuk tebu lebih banyak di lahan sawah dan ladang. Desakan kebutuhan akan pangan (padi dan jagung) menciptakan lahan tebu bergeser ke lahan ladang dan pekarangan. Penanaman di lahan sawah untuk tebu sudah relative kecil kemungkinannya, hanya pada program-program tertentu masih bisa menanam di lahan sawah. Sedangkan tumbuhan masih banyak di lahan sawah, hal ini dikarenakan nilai jual per satuan luas jauh lebih tinggi dari tumbuhan pangan. Permasalah lain berkaitan dua komodite tersebut yaitu kualitas produk yang mengalami kemerosotan. Banyak faktor yang menciptakan kualitas , diantarannya:

2.2.1. Varietas Tanaman.
Varietas tumbuhan memilih kualitas ini bukan dikarenakan kualitas tanamannya jelek. Namun lebih banyak kepada kandungan gula atau rendemen dari tanamannya itu sendiri. Dengan demikian sebelum menanam komodite ataupun tebu sebaiknya mengetahui varietas dan tujuan serta distribusi penjualan sesudah panen nantinya.
2.2.2. Kondisi Lahan.
Tanaman tebu lebih luas dan tidak memerlukan tanah yang khas ibarat halnya . Pada akhir-akhir ini kualitas tebu dari beberapa kawasan tersebut mulai merosot. Kemerosotan ini dimungkinkan besar lantaran kandungan tanah dan unsur hara tumbuhan yang mulai berubah dengan adanya penambahan sarana produksi berupa materi an organik ibarat pupuk maupun pestisida yang tidak diiringi dengan pengolah nutrisi yaitu mikroba. Akibatnya terjadi perubahan kondisi lahan secara kimia, fisik, biologi tanah.
a. Perubahan Sifat Kimiawi Tanah:
·         Adanya kurang keseimbangan antara unsur-unsur hara baik makro (N,P,K) maupun unsur mikro. Sehingga terdapat unsur yang berlebihan yang menciptakan kondisi tumbuhan kurang stabil. Misalnya kelebihan Nitrogen dari urea menjadikan tumbuhan mempunyai struktur lebih keras dan kurang halus, yang kuat terhadap produksi yaitu rendemen pada tebu maupun yang semakin jelek.
·         Ketidak seimbangan unsur hara mengakibatkan kekurangan atau defisiensi salah satu unsur mikro yang selanjutnya berdampak pada kesuburan dan ketahanan tanaman.
·         Penambahan unsur an organik memperlihatkan imbas tingkat keasaman tanah. Pada lahan yang mengalami penambahan pupuk dan pestisida kimia mengubah sifat tanah menjadi lebih masam dikarenakan adanya penggumpalan senyawa yang mengikat senyawa basa dan menghasilkan asam.
b. Perubahan Kandungan Biota Tanah.
Perlakukan budidaya pertanian yang kurang benar contohnya memakai pestisida yang berlebihan dan penggunaan pupuk an organik yang berlebihan menjadikan Biota tanah banyak yang mati.
·         Berkurangnya biota tanah (mikroba, fungi, cacing, biota lainnya) yang menggemburkan tanah, memperlihatkan oksigen tanah, menyerap air, dan lain-lainnya. Sehingga tumbuhan tebu kurang optimal dalam pertumbuhannya lantaran media tumbuhnya secara fisik kurang mendukung.
·         Berkurangnya biota tanah (mikroba) sebagai pengelola unsur hara. Unsur tanah baik dari pemberian pupuk maupun dari alami akan lebih baik jikalau diolah dahulu oleh mikroba. Kemampuan mikroba yaitu mengubah unsur anorganik menjadi organik, menyeimbangkan unsur hara di lahan, menetralkan unsur yang menjadi racun tananam, dll.
·         Jika mikroba pengolah tanah mempunyai jumlah berkurang, maka penyediaan unsur hara untuk tumbuhan juga kurang optimal. Pada umumnya penggunaan pupuk an organik semakin tidak efektif dan efisien, lantaran tidak terolah oleh mikroba sehingga justru lebih banyak yang larut dalam air dan menguap serta menggumpal dalam tanah.

c. Perubahan Sifat Fisik Tanah:
·         Lahan yang dilakukan budidaya kurang baik maka sifat fisik tanah menjadi berubah lebih mampat. Hal ini dikarenakan terjadikan struktur tanah menggumpal senyawa kimia dari penggunaan pupuk an organik yang tidak tepat.
·         Porositas dan kandungan oksigen berkurang lantaran banyak biota yang berkurang, sehingga tidak mengeluarkan oksigen, membentuk atau menggemburkan tanah. Pengaruh pada tumbuhan dan tebu dengan adanya sifat fisik tersebut yaitu pertumbuhan perakaran tumbuhan kurang optimal sehingga suplay masakan kurang optimal pula. Banyak kandungan unsur hara yang terikat dalam gumpalan yang sulit diserap oleh tanaman.
3. Iklim
Kualitas tebu dipengaruhi oleh iklim. Walaupun tumbuhan yang sama namun iklim yang berbeda, maka kualitasnyapun berbeda. Secara umum persyaratan pertumbuhan tumbuhan tebu yaitu sebagai berikut: curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Untuk tumbuhan dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, sedangkan untuk dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.500-3.500 mm/tahun. Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Ketinggian tempat yang paling cocok yaitu 0 – 900 mdpl. Beberapa kondisi iklim yang menciptakan kualitas tebu menurun yaitu sebagai berikut:
a. Tanaman pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah.
b. Penyinaran cahaya matahari yang kurang sanggup mengakibatkan pertumbuhan tumbuhan kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh lantaran itu lokasi untuk tebu sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam diadaptasi dengan jenisnya.
c. Curah hujan yang terus menerus mengurangi kualitas tebu.
d. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 21-32,30 C.
e. Khusus kelembaban yang tinggi memudahkan pertumbuhan penyakit yang mengurangi  kualitas.



2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu
Supriyadi Ahmad (1992) menyampaikan tebu tidak menyukai tempat yang terlalu kering tetapi juga tidak menyukai tempat yang terlalu basah. Bila tersedia, cukup air maka tanah-tanah yang ringan sanggup diusahakan untuk budidaya tebu. Tanah yang tidak cocok untuk tumbuhan tebu yaitu tanah masam dan tanah garaman. Tanah garaman ini menghasilkan tebu yang kaya garam dan sukar diambil gulanya. Tanah dengan lapisan kedap menyukarkan pertumbuhan tebu. Tebu yang berkualitas baik yaitu tebu yang mempunyai kandungan sukrosa tinggi. Untuk menghasilkan tebu berkualitas baik, penanamannya harus memperhatikan beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
a. Iklim
Bila iklim panas, kurang lebih tiga hari sekali tumbuhan tebu harus disiram. Namun bila curah hujan agak banyak maka harus diperhatikan terusan airnya, lantaran jikalau hingga air itu menggenang akan sanggup menimbulkan kerusakan pada bibit (terjadi pembusukan) yang sanggup menjadikan turunnya kadar gula lantaran terlalu banyak air.
b. Pengairan
Air sangat dibutuhkan untuk mempercepat tumbuh mata tunas, memperbanyak batang dan menyuburkan tumbuhan tebu. Masa tebu membutuhkan air hingga pada umur 8 bulan, sesudah itu pada bulan selanjutnya air harus dikurangi lantaran kandungan sukrosa akan bertambah jikalau airnya berkurang.
c. Tanah
Tanah yang paling banyak untuk tumbuhan tebu yaitu tanah yang bertekstur geluh. Keadaan tanah ini sanggup mensugesti kadar sukrosa dalam tebu. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara memperbaiki sifat tanah yang pengolahannya dipadu dengan teknik bercocok tanam.
2.4. Peran Mikroba Google “Pupuk Hayati Bio P 2000 Z”.
Peran mikroba google “Pupuk Bio P 2000 Z” diantaranya memperbaiki tanah diadaptasi dengan keadaan secara alami. Beberapa faktor yang merusak kondisi lahan ibarat kelebihan materi kimia dari pupuk an organik dan pestisida ibarat digambarkan di atas sedapat mungkin dilakukan perbaikan/diuraikan secara alami. Proses tersebut sanggup dilakukan hanya dengan penggunaan jazat renik yaitu mikroba. Sebenarnya mikroba pelapuk/ pengurai material yang beracun maupun tidak beracun sudah ada di alam ini namun jumlahnya relative bervariasi. Di beberapa tempat mempunyai mikroba yangmenguntungkan tanaman, sedangkan di tempat lain mempunyai kandungan relative sedikit. Dengan demikian proses pelapukan/ penguraian materi beracun maupun tidak beracun kurang optimal.
Peranan mikroba di alam bukan hanya sebagai pengurai dan pelapuk saja tetapi terdapat beberapa mikroba yang mempunyai kemampuan di banyak sekali hal. Pupuk hayati Bio P 2000 Z berisikan mikroba pilihan dan dilakukan proses bio kimiawi yang dibentuk dari sekumpulan kuman yang sanggup bekerja sama dengan tumbuhan dalam perembesan unsur hara yang dikala ini kuman tersebut di alam relatif kurang. Dari awalnya 18 kuman diproses secara bio teknologi menghasilkan 11 bakteri. Bakteri tersebut hidup bekerja sama (simbiosis mutualisme) dengan tumbuhan hidup dan mempunyai kemampuan menyerap unsur hara dari alam (tanah dan udara) untuk disediakan ke tanaman. Dengan kekuatan sinergi Enzim & Mikroorganisme di seluruh tumbuhan berperan dalam pertumbuhan dan produksi pada tanaman.
Disebut dengan ”mikroba google” lantaran kemampuannya mikroba tersebut mencari hambatan-hambatan atau kerusakan lahan kemudian diperbaiki secara alami sesuai dengan kebutuhan tumbuhan pada umumnya. Di tumbuhan “mikroba google “ ini mencari sifat-sifat atau gen-gen yang masih tidur ditanaman kemudian dibangunkan untuk mendapat kemampuannya merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Kemampuan tersebut dimiliki oleh mikroba google lantaran sifat mikroba ini bisa memproduksi semacam enzym yang diadaptasi dengan permasalahan yang dihadapi (proses kerjanya ibarat badan menciptakan antibody). Kemampuan mikroba Google yang ada di pupuk hayati Bio P 2000 Z diantaranya adalah:
2.4.1. Memperbaiki Kondisi Tanah.
a. Kemampuan yang mengikat kelebihan senyawa racun
di alam ibarat Al+, Fe2+, Mn2+, H2S, hal ini telah dibuktikan dengan adanya uji lokasi di daerah-daerah bukaan gres yangmengandung unsur-unsur tersebut. Budidaya penanaman
dengan memakai pupuk hayati Bio P 2000 Z imbas racun tersebut pada tumbuhan menjadi relatif hilang. Setelah di chek laboratorium sanggup bukti bahwa kadar unsur tersebut yang bersifat racun jauh berkurang atau bahkan hilang. Hak ini terjadi lantaran senyawa tersebut diubah dalam bentuk senyawa tidak beracun.
b. Keasaman (pH) tanah
sebagai faktor penghambat pertumbuhan tanaman. Budidaya di tanah masam yang biasanya di lahan gambut dengan memakai pupuk hayati Bio P 2000 Z telah terbukti tanpa memakai kapur atau dolomit tumbuhan tumbuh subur dan berbuah lebat. Setelah di chek laboratorium pada tanah sehabis panen sanggup diketahui keasaman tanah mendekati normal.
c. Tekstur, struktur dan porositas tanah
yang kurang baik merupakan suatu penghambat pertumbuhan tumbuhan jawaban kejenuhan budidaya dan imbas penggunaan pupuk an organik. Beberapa penelitian dilakukan di lahan di Pulau Jawa sanggup dibandingkan budidaya memakai pupuk hayati Bio P 2000 Z dan dengan yang tidak memakai diketahui bahwa tingkat tekstur, struktur dan porositas menjadi lebih baik.
Hasil analisis diketahui sebagai berikut: Secara filosofi bahwa kuman merupakan makluk hidup yang memerlukan kondisi lingkungan sesuai dengan faktor tumbuh yang dimilikinya. Jika ada faktor-faktor lingkungan yang tidak sesuai maka kuman tersebut dengan sifat biotiknya berusaha mengubah kondisi lingkungan biar nyaman untuk tumbuh kembangnya. Di pihak lain, faktor tumbuh kuman tersebut telah diadaptasi dengan faktor tumbuh tanaman, dengan demikian lingkungan yang mempunyai faktor penghambat tersebut di atas diubah oleh kuman sesuai faktor tumbuh kuman secara otomatis selaras dengan faktor
tumbuh tanaman.
2.4.2. Mengelola Unsur Hara Di Sekitarnya Dan Disediakan Untuk Tanaman.
Salah satu keunggulan pupuk hayati Bio P 2000 Z yaitu berfungsi sebagai pengelola unsur hara yang siap tersedia setiap dikala untuk tanaman. Beberapa proses pengelolaan mikrobia tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Menyerap unsur hara bebas di alam
baik di udara maupun di tanah dalam proses kehidupan bakteri, hasil proses tersebut berupa unsur hara yang siap diserap oleh tanaman. Termasuk juga unsur racun yang semula menjadi penghambat sanggup diubah menjadi senyawa tidak beracun yang siap diserap tanaman.
b. Menguraikan unsur yang terikat oleh tanah
yang pada keadaan biasa tidak sanggup diserap oleh tanaman, namun dengan proteksi mikrobia di dalam pupuk hayati Bio P 2000 Z maka unsur tersebut terlepas kemudian diikat oleh mikrobia dan selanjutnya disediakan untuk diserap tanaman.
c. Mengubah unsur an organik menjadi unsur hara organik
merupakan proses makhluk hidup termasuk bakteri. Unsur an organik baik dari alami maupun pemupukan dicerna dan diikat oleh kuman yang ada di pupuk hayati Bio P 2000 Z dalam proses kehidupannya. Selanjutnya unsur tersebut akan dilepas sesuai dengan daya serap tanaman. Berdasarkan proses tersebut maka pupuk selalu tersedia bagi tanaman, pemberian pupuk lebih efektif dan efisien lantaran terikat oleh kuman sehingga tidak menguap atau terbawa oleh air, unsur hara tumbuhan disediakan dalam bentuk unsur organik dan mudah
terserap tanaman.

2.4.3. Memproduksi dan Merangsang Bio Aktif ibarat Enzim, Senyawa Organik dan Energi Kinetik.
Mikroba Google memproduksi dan merangsang bio aktif enzym, senyawa organik dan energi kinetik yang memacu metabolisme tumbuh kembang akar dan penggalan atas tanaman. Terdapat 2 sumber bio aktif pada proses pemupukan ini, yaitu: (a) berasal dari pupuk itu sendiri dan (b) hasil kerja kuman merangsang bio aktif tanaman:
a. Bio aktif yang berasal dari pupuk itu sendiri, sewaktu memproduksi pupuk hayati Bio P 2000 Z disertakan juga beberapa hormon yang eksklusif diserap tumbuhan dan enzim dan hormon tersebut merangsang pertumbuhan tanaman.
b. Bio aktif yang dirangsang oleh kuman yang terdiri hormon auxin dan hormon pertumbuhan lainnya yang menciptakan pertumbuhan vegetatif tumbuhan menjadi cepat dan besar.
c. Merangsang hormon florigen merupakan hormon yang dirangsang oleh mikriobia dari pupuk hayati Bio P 2000 Z. Hormon ini berfungsi merangsang pembungaan, sehingga tumbuhan sanggup berbunga dan berbuah lebih lebat.
Berdasarkan fungsi tersebut di atas maka pupuk hayati Bio P 2000 Z merangsang pertumbuhan tumbuhan lebih subur, dan hasil bunga dan buah lebih lebat dengan pengisian biji yang penuh.
2.4.4. Meningkatkan Ketahanan Internal dan Eksternal Terhadap Hama dan Penyakit.
Ketahanan internal diperoleh lantaran pupuk hayati Bio P 2000 Z dilengkapi dengan unsur hara mikro yang sanggup digunakan tanaman. Disamping itu, pertumbuhan yang cepat oleh imbas pupuk tersebut, memperlihatkan kemampuan tumbuhan dari kerusakan hama.
2.5.1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan merupakan acara untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh tumbuhan tebu sehingga kondisi fisik dan kimia tanah menjadi media perkembangan perakaran tumbuhan tebu. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kronologis. Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tumbuhan gres (PC) dan tumbuhan bongkaran gres (RPC) yaitu sama tetapi untuk PC acara persiapan lahan tidak sanggup dilaksanakan secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun struktur tanah pada areal yang gres dibuka masih belum tepat sehingga acara mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat sisa – sisa batang/perakaran yang sanggup mengganggu operasional mesin di lapang. Petak dibentuk dengan ukuran 200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.
2.5.2. Pembajakan
Pembajakan I bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang masih tertinggal. Peralatan yang digunakan yaitu Rome Harrow 20 disc dengan diameter 31 inci yang ditarik dengan Bulldozer 155 HP. Awal acara pembajakan dimulai dari sisi petak paling kiri, kedalaman olah mencapai 25 – 30 cm dan kapasitas kerja mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak kebun (± 10 ha) dibutuhkan waktu 8 jam mesin operasi. Pembajakan dilakukan merata di seluruh areal dengan kedalaman diusahakan lebih dari 30 cm dan arah bajakan menyilang barisan tumbuhan tebu sekitar 450. Pembajakan II dilaksanakan sekitar tiga ahad sesudah pembajakan I dengan arah memotong tegak lurus hasil pembajakan I dan kedalaman olah minimal 25 cm. Peralatan yang digunakan yaitu Disc Plow 3 – 4 disc diameter 28 inci dan traktor 80 – 90 HP.
2.5.3. Bakar Sampah
Kegiatan bakar sampah bertujuan untuk mempermudah operasional peralatan di areal bekas tebangan Bundled dan Loose Cane. Jika pengolahan tanah pertama memakai Rome Harrow, maka acara ini tidak perlu dilakukan. Pembakaran sampah dilaksanakan sesudah sampah kering dan arah bakaran harus berlawanan dengan arah angin. Kapasitas kerja tergantung pada ketebalan sampah. Sampah tebal bekas tebangan Bundled Cane (hijau) yaitu 0,15 HK/ha dan sampah tipis bekas tebangan Bundled Cane (bakar) yaitu 3,00 HK/ha.
2.5.4. Penggaruan
Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan meratakan permukaan tanah. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan memakai alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP. Pada areal RPC, tujuan penggaruan yaitu untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah hasil pembajakan, mencacah dan mematikan tunggul maupun tunas tumbuhan tebu. Penggaruan dilakukan pada seluruh areal bajakan dan menyilang dengan arah bajakan. Traktor yang digunakan yaitu traktor 120 HP dan alat Baldan Harrow dengan kapasitas kerja 1,15 Ha/jam.
2.5.5. Pengumpulan Akar
Pengumpulan akar merupakan acara pengumpulan sisa – sisa kayu yang terangkat jawaban pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara manual oleh tenaga kerja borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan ditumpuk dengan jarak 10 – 15 meter kemudian dibakar di areal tersebut.
2.5.6. Pembuatan Alur Tanam
Pembuatan alur tanam merupakan acara untuk mempersiapkan tempat bibit tumbuhan tebu. Alur tanam dibentuk memakai Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak dari pusat ke pusat yaitu 1,30 meter. Pembuatan alur tanam dilaksanakan sesudah pemancangan ajir. Traktor berjalan mengikuti arah ajir sehingga alur tanam sanggup lurus atau melengkung mengikuti arah kontur. Arah kairan harus sedikit menyilang dengan kemiringan tanah, memudahkan drainase petak dan memudahkan pada pelaksanaan transportasi tebu. Pada kawasan miring, arah kairan ditentukan sesuai dengan arah kemiringan petak (kemiringan 2%), sedangkan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 5% dibentuk teras bangkun (Contour Bank). Kapasitas kerja yaitu sekitar 1 ha/jam.

2.5.7. Penanaman
Pada prinsipnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan yang ditanam di sawah. Namun lantaran kondisi yang terlalu kering kadang digunakan pula bagal mata empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode, yaitu.
Periode I
Menjelang demam isu kemarau (Mei – Agustus) pada kawasan – kawasan lembap dengan 7 bulan lembap dan kawasan sedang yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada kawasan yang mempunyai tanah lembab. Namun sanggup juga diberikan tambahan air untuk periode ini.
Periode II
Menjelang demam isu hujan (Oktober – November) pada kawasan sedang dan kering yaitu 3 – 4 bulan basah.
Kebutuhan bibit yang akan ditanam yaitu 11 mata tumbuh per meter juringan. Selain itu juga, untuk menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar. Bibit ditanam dengan posisi mata disamping dan disusun secara end to end (nguntu walang). Cara penanaman ini bervariasi berdasarkan kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu diketahui, pada umumnya kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan sehingga kemungkinan tunas mati akan besar. Oleh lantaran itu, dengan over lapping atau double row, tunas yang hidup disebelahnya diharapkan sanggup menggantikannya.
Cara penanaman tebu bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: bibit yang telah diangkut memakai keranjang diecer pada guludan biar gampang dalam mengambilnya, kemudian bibit ditanam merata pada juringan/kairan dan ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri, untuk tumbuhan pertama pada lahan kering biasanya cenderung anakannya sedikit berkurang dibandingkan tanah sawah (reynoso), sehingga jumlah bibit tiap juringan diusahakan lebih bila dibandingkan dengan lahan sawah (± 80 ku), dan bila pada dikala tanam curah terlalu tinggi, diusahakan tanam dengan cara glatimongup (bibit sedikit terlihat).







BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tumbuhan orisinil tropika basah, namun masih sanggup tumubh baik dan berkembang di kawasan subtropika, pada banyak sekali jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan bahari (dpl). Pengembangan tebu lahan kering di luar pulau Jawa menghadapi sejumlah hambatan terutama sifat tanah yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tumbuhan semusim. Keberhasilan perjuangan budidaya tebu di lahan kering selalu dibatasi dengan faktor alam yang sulit dikendalikan.
Peran mikroba google “Pupuk Bio P 2000 Z” diantaranya memperbaiki tanah diadaptasi dengan keadaan secara alami. Beberapa faktor yang merusak kondisi lahan ibarat kelebihan materi kimia dari pupuk an organik dan pestisida ibarat digambarkan di atas sedapat mungkin dilakukan perbaikan/diuraikan secara alami. Peranan mikroba di alam bukan hanya sebagai pengurai dan pelapuk saja tetapi terdapat beberapa mikroba yang mempunyai kemampuan di banyak sekali hal.
Disebut dengan ”mikroba google” lantaran kemampuannya mikroba tersebut mencari hambatan-hambatan atau kerusakan lahan kemudian diperbaiki secara alami sesuai dengan kebutuhan tumbuhan pada umumnya. Di tumbuhan “mikroba google “ ini mencari sifat-sifat atau gen-gen yang masih tidur ditanaman kemudian dibangunkan untuk mendapat kemampuannya merangsang pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Kemampuan tersebut dimiliki oleh mikroba google lantaran sifat mikroba ini bisa memproduksi semacam enzym yang diadaptasi dengan permasalahan yang dihadapi (proses kerjanya ibarat badan menciptakan antibody).










DAFTAR PUSTAKA

Sumber http://kickfahmi.blogspot.com