Monday, September 17, 2018

√ Al Walaa’ Wal Baraa’

Objektif

1. Memahami bahawa Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah ialah dasar seluruh aliran Islam.
2. Menyedari bahawa Laa ilaha illa Allah mengandungi erti menolak segala sembilan selain Allah dan hanya mendapatkan Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
3. Menyedari bahawa memperlihatkan loyaliti kepada Allah dan Rasul dengan beribadah yang tulus kepada Allah serta mengikut sunnah ialah wajib.

Sinopsis

Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri dari 3 jenis karakter (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah) tetapi mengandung pengertian yang meliputi seluruh aliran Islam. Keberadaan kata ini ialah Wala terhadap Allah dan Bara terhadap selain Allah. Bagi muslim perilaku ini merupakan perilaku hidup yang inti dan warisan para nabi. Penyimpangan dari perilaku ini tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik). Dengan perilaku Wala dan Bara seorang mu’min akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya. Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu mengkaji unsur-unsur kalimatnya, menyerupai laa, ilaha, illa dan sebagainya. Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan bahagian kedua dari syahadatain. Didalamnya terkandung suatu akreditasi wacana kerasulan Muhammad SAW. Ertinya di dalam rangka mengamalkan Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad SAW. Beliau mendapatkan ratifikasi Ilahi untuk memperlihatkan kebenaran dan melaksanakannya. Maka dia merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.

Hadits :
Rasulullah saw : “ Innamaa uriidu an taquula kalimatan waahidatan tantahu bihar ruumu wal farsu “
Abu Jahl : “ Wallaahi wa ‘asyru kalimaatin “
Rasulullad saw : “Innamaa uriidu an taquula Laa ilaaha illallaahu “
Abu Jahl : ”Haadzaa amrun takruhumul muluuku”


◊ Laa ilaaha illallaah ialah sebuah kalimat yang menjadi inti aliran semua nabi & rasul utusan Allah ialah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya mendapatkan Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan ( 21:25, 16:36, 7:59,65,73,85,158 )

◊ 21 : 25 “ Dan tidak Kami utus Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada-Nya bahwa : Tidak ada Tuhan selain Aku, lantaran itu sembahlah Aku (Wamaa arsalnaa min qablika min rasuulin illaa nuhii ilaihi : annahu laa ilaaha illaa ana fa’buduun) “.

◊ 16 : 36 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ( wa laqad ba’atsnaa fii kulli ummatin rasuulan ) (untuk menyerukan) sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu ( ani’budullaha wajtanibuth thaaghuuta ) maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kau di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) “.

◊ 7 : 59 “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya kemudian ia berkata : ‘wahai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), sesungguhnya ;kalau kau tidak menyembah Allah; saya takut kau akan ditimpa azab hari yang besar;kiamat; “.

◊ 7 : 65 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum ‘Aad, saudara mereka : Hud, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), Maka mengapa kau tidak bertakwa kepadaNya ?”.

◊ 7 : 73 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum Tsamud, saudara mereka : Shaleh, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah tiba bukti yang faktual kepadamu dari TuhanMu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kau mengganggunya dengan gangguan apapun ;yang karenanya; kau akan ditimpa siksaan yang pedih.”

◊ 7 : 85 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada penduduk Madyan, saudara mereka : Syu’aib, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah tiba bukti yang faktual kepadamu dari TuhanMu. Maka sempurnakanlah dosis & timbangan dan janganlah kau kurangkan bagi insan barang-barang dosis & timbangannya dan janganlah kau membuat kerusakan dimuka bumi setelah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jikalau betul-betul kau oprang-orang yang beriman “.

◊ 7 : 158 ‘ Katakanlah : ‘Hai manusia, sesungguhnya saya ialah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki kerajaan langit & bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan & mematikan. (Qul yaa ayyuhan-naasu innii rasuulullaahi ilaikum jami’an, alladazii lahuu mulkus-samaawaati wal-ardhi, laa illaahuwa yuhyii wa yumiitu) Karena itu berimanlah kau kepada Allah & Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kau menerima petunjuk ‘

◊ Makara pada dasarnya ialah mengesakan Allah, mentauhid kan Allah, memusnahkan kesmusyrikan, satu-satunya dosa yang tidak diampuni Allah (4:48, 116, 5:76) ancaman menyimpang dari Tauhid .

◊ 5 : 76 “Katakanlah :,mengapa kau menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak sanggup memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat ? ( Qul ata’buduuna min duunillaahi maa laa yamliku lakum dharran wa laa naf’an ). Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.

◊ 4 : 48 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “.

◊ 4 : 116 “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan ;sesuatu; dengan Dia ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya ( wa yaghfiru maa duuna dzalika li man yasyaa-u ). Barangsiapa yang mempersekutukan ;sesuatu; dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya “.


◊ Hadits. Barang-siapa yang mengasihi lantaran Allah,membenci lantaran Allah, memberi lantaran Allah dan melarang lantaran Allah, maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.

◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ terdiri dari 3 jenis karakter saja (alif, lam, ha) dan 4 kata (laa, ilah, illa, Allah), tetapi mengandung pengertian yang meliputi seluruh aliran Islam, oleh lantaran itu Allah menyuruh kita untuk memahaminya (47:19) - dosa-dosa insan diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid.

 47 : 19 “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan ;yang haq; melainkan Allah ( fa’lam annahuu laa ilaha illallaahi ) dan mohonlah ampunan bagi dosamu ( wastaghfiru lidzambika ) dan bagi (dosa) orang-orang mu’min pria dan perempuan. Dan Allah mengetahui kawasan kau berusaha dan kawasan tinggalmu “.

◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ bukanlah formasi ‘mantra’ yang memiliki kekuatan ghaib tertentu, tetapi ia ialah sebuah pernyataan, sebuah komitmen !!
◊ Laa kata penolakan ( kalimatun nafii ) yang artinya : meniadakan, menolak & menafikan semua hal yang ada dibelakang kata tsb
◊ Ilaaha kata yang ditolak ( kalimatul manfii ) yang artinya : seluruh bentuk ‘ilaah’ atau sembahan yang ditolak oleh kata Laa
◊ Illa kata peneguhan ( kalimatul itsbaatu ) yang artinya : pengecualian yang bermakna meneguhkan & menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak
◊ Allah kata yang diteguhkan ( kalimatul mutsbit ) yang artinya : bahwa Allah sebagi satu-satunya yang dikecualikan oleh kata ‘ illa’ , sehingga Dia-lah satu-satunya ‘ilaah’ .

◊ Dua kata pertama : ‘ Laa Ilaaha ‘ = tidak ada ‘ilaah’ yang bermakna sebuah perilaku Baraa’ yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan. ‘melepaskan diri’ dari segala bentuk ikatan sembahan / pengabdian. Pembebasan ini berarti : mengingkari, memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi.
Melepaskan diri itu dalam bentuk perilaku :
1. al kufru : pengingkaran,
2. al ‘adaawatu : permusuhan,
3. al mufaashalatu : menetapkan hubungan,
4. al bughdhu : kebencian.
Keempat masalah ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah baik berupa sistem, konsep maupun pelaksana.

◊ Sikap bara’ berarti melepaskan diri menyerupai yang dilakukan oleh Rasul terhadap orang-orang kafir dan musyrik.
9:1. (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kau (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).

◊ Sikap bara’ ialah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.
9:7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kau ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kau dalam beberapa urusan benar-benarlah kau akan menerima kesusahan tetapi Allah mengakibatkan kau cinta kepada keimanan dan mengakibatkan doktrin itu indah dalam hatimu serta mengakibatkan kau benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

◊ Ke-empat perilaku ini ditujukan kepada semua ‘ilaah’ selain Allah, segala bentuk berhala : patung, konsep atau thagut. ( 60:4 ) teladan perilaku bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap kaumnya. Mengandung unsur mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi. (58:22 ) perilaku bara sanggup diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap familinya. Contohnya Abu Ubaidah membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik. Semua ini berlangsung di medan perang.

◊ 60 : 4 “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia , ketika mereka berkata kepada kaum mereka (Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiima wal-ladziina ma’ahuu idz qaaluu li qaumihim): ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kau dan dari apa yang akmu sembah selain Allah, kami ingkari ;kekafiran; mu dan telah faktual antara kami dan kau permusuhan dan kebencian buat selam-lamnya hingga kau beriman kepada Allah saja. ( inna bara-aa-u minkum wa mimmaa ta’buduuna min duunillaahi kafarnaa bikum wa badaa bainanaa wa bainakumul ‘adaawatu wal baghdhaa-u abadan hatta tu’-minuu billahi wahdahu ). Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : sesungguhnya saya akan memohonkan ampunan bagi kau dan saya tiada sanggup menolak sesuatupun dari kau ;siksaan; Allah. ;Ibrahim berkata; ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali “.

◊ Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya 26:77. “ lantaran sesungguhnya apa yang kau sembah itu ialah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, “.

◊ 58 : 22 “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akherat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah & RasulNya ( laa tajidu qauman tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiiri yuwaadduuna man haaddallaaha wa rasuulahu), sekalipun orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka ( walau kaanuu aabaa-ahum wa abnaa-ahum wa ikhwaanahum au ‘asyiiratahum ) . Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka & menguatkan mereka dengan sumbangan yang tiba daripadaNya (Ulaaika kataba fii quluubihimul iimaanaa wa ayyadahum bi ruuhin-minhu). Dan dimasukkanNya mereka ke dalam nirwana yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka abadi didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap ;limpahan rahmat;Nya. Mereka itulah golongan Allah ( ulaa-ika hizbullaahi ), ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung “.


◊ 9 : 1 “ (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kau (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) ( baraa-atum minallahi wa rasulii ilal-ladziina ‘aahadtum minal musyrikiina )”.

◊ 2 : 167 “ Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti ; ‘seandainya kami sanggup kembali (ke dunia) pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas diri dari kami’ (Wa qaalal-ladziinat taba’uu lau anna lanaa karratan fanatabarra-a minhum kamaa tabarra-uu minnaa). Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka “.


◊ Dalam tataran aplikatif, perilaku baraa’ itu diwujudkan dengan ‘ Al Hadmu ‘ atau upaya penghancuran, pemusnahan terhadap segala bentuk dedikasi terhadap tandingan-tandingan Allah.

 21 : 56-58 “Ibrahim berkata : sebenarnya Tuhan kau ialah Tuhan langit & bumi yang telah menciptakannya, dan saya termasuk orang-orang yang sanggup memperlihatkan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya saya akan melaksanakan budi bulus terhadap berhala-berhalamu ( wa tallaahi la-akiidanna ash-naamakum ) setelah kau pergi meninggalkannya Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain (faja’alahum judzaadzan illaa kabiiran lahum) semoga mereka kembali ;untuk bertanya; kepadanya “.

 Catatan : Nabi Ibrahim as, berusaha menghancurkan berhala-berhala yang membodohkan masyarakatnya dan inilah cara terbaik untuk situasi ketika itu, akan tetapi Rasulullah saw membersihkan aqidah & fikrah umatnya dahulu sebelum menghancurkan 360 berhala di sekitar ka’bah pada masa fathu mekkah.

◊ Dua kata berikutnya : ‘ Illa Allah ‘ Illallaah ‘ yang berarti pengukuhan terhadap ‘waliyatullah’ / kepemimpinan Allah dan memperlihatkan loyalitas secara total kepada Allah saja Al Walaa’ .

Al Wala (loyaliti)
Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah). Artinya : selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mengasihi sepenuh hati, dan membela, mendukung dan menolong. Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah menyerupai Rasul dan orang yang beriman.
Dalil :
• Q.5:7, 2:285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat.
• Q.10:61,62, jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah lantaran selalu bersahabat kepada Nya.
• Q.2:165, wala kepada Allah mengakibatkan Allah sangat dicintai, lihat 9:24.
• Q.61:14, sebagai bukti dari wala ialah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.

◊ Memberikan walaa’ atau loyalitas itu ialah dengan perilaku :
1. ath thaa’atu : ta’at, ( 7:2, 59:7, 33:36, 4:59, 5:7 )

◊ 7 : 2 “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu ( ittabi’uu maa unzila ilaikum min rabbikum ) dan janganlah kau mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya ( wa laa tattabi’uu min duunihi auliyaa-a ). Amat sedikitlah kau mengambil pelajaran ;daripadanya; “.

◊ 59 : 7 “Apa saja harta rampasan perang ;fa-I; yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari ppenduduk kota-kota maka ialah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, bawah umur yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah , dan bertakwalah kepadaAllah ( wa maa aataa kumur rasuulu fa khudzuuhu wa maa nahaakum ‘anhu fantahuu wat taqullaha ), sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya “.

◊ 33 : 36 “Dan tidaklah patut bagi pria yang mu’min dan tidak ;pula; bagi wanita yang mu’min apabila Allah dan Rasul_nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan ;yang lain; wacana urusan mereka ( wa maa kaana limu’-minin wa laa mu’-minatin idzaa qadhaallaahu wa rasuuluhuu amran an yakuuna lahumul khiyaaratu min amrihim ) . Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh lah dia telah sesat, sesat yang faktual “.

◊ 4 : 59 “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul;Nya; dan ulil amri di antara kau ( yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’ur rasuula wa ulil amri minkum ). Kemudian jikalau kau berlainan pendapat wacana sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah ;al qur’an; dan Rasul ;sunnahnya; jikalau kau benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian ( fain tanaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaahi wa rasuulihi in kuntum tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiri ). Yang demikian itu lebih utama ;bagimu; dan lebih baik akhirnya “.

◊ 5 : 7 “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu ( wadzkuruu ni’matallahi ‘alaikum ) dan perjanjianNya yang telah di-ikat-Nya dengan kau ( wa miitsaaqahul-ladzii waatsaqakum bihi ), ketika kau menyampaikan : kami dengar & kami taati ( idz qultum sami’naa wa atha’naa ). Dan bertawakal lah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui :isi hatimu; “

2. an nushratu : membela, mendukung, menolong ( 47:7, 61:14, 22:78 )

◊ 47 : 7 “Hai orang-orang beriman jikalau kau menolong ;agama; Allah pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( yaa ayyuhalladziina aamanuu in tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum )

◊ 61 : 14 “ Hai orang-orang beriman jadilah kau penolong-penolong ;agama; Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia : siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku ;untuk menegakkan agama; Allah ?. Pengikut-pengikut yang setia itu berkata : kamilah penolong-penolong agama Allah. Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan ;yang lain; kafir, maka Kammi berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, kemudian mereka menjadi orang-orang yang menang “.

◊ 22 : 78 “ Dan berjihadlah kau di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya ( wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihi ). Dia telah menentukan kau ( huwajtabaakum ) dan Dia sekali-kali tidak mengakibatkan untuk kau dalam agama suatu kesempitan ( wa maa ja’alaa ‘alaikum fiddiini min haraj ). ;Ikutilah; agama orang tuamu, Ibrahim. Dia ;Allah: telah menamai kau sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan ;begitu pula; dalam ;al qur’an; ini ( huwa sammaakumul muslimiina min qablu wa fii haadzaa ) supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kau semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kau pada tali Allah. Dia ialah pelindungmu maka Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong “.

3. al qurbu : mendekatkan diri ( 2:186)

• 2 : 186 “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu wacana Aku, maka ;jawablah; bergotong-royong Aku ialah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu ( ujiibu da’watad daa’i idzaa da’aani ), maka hendaklah mereka itu memenuhi ;segala perintah; Ku ( fal yastajiibuulii ) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu ( wal yu’ minuubii ) semoga mereka selalu berada dalam kebenaran “.

4. al mahabbatu : mengasihi sepenuh hati (2:165, 9:24, 3:31)

◊ 2 : 165 “Dan diantara insan ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mengasihi Allah ( yuhibbuunahum kahubbillaahi ). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah ( asyaddu hubban lillaahi ). Dan jikalau seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya ( annal quwwata lillaahi jamii’an ) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ;niscaya mereka menyesal;’.

◊ 9 : 24 ‘ Katakanlah : jikalau bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kau usahakan, perniagaan yang kau khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah kawasan tinggal yang kau sukai ( qul in kaanaa aabaa-ukum wa abnaa-ukum wa ikhwaanukum wa azwaajukum wa ‘asyiiratukum wa amwaaluniqtumuuha wa tijaaratun takhsyauna kasaadahaa wa masaakinu tardhaunahaa ), ialah lebih kau cintai daripada Allah dan RasulNya dan ;dari; berjihad di jalanNya ( ahabba ilaikum minallahi wa rasuulihi wa jihaadin fii sabiilihi ) maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusanNya ( fa tarabbashuu hattaa ya’-tiyallaahu bi amrihi ) , dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik’.

◊ 3 : 31 “Katakanlah : jikalau kau ;benar-benar; mengasihi Allah ikutilah saya ( qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii ) pasti Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu ( yuhbibkumullahu wa yaghfirlakum dzunuubakum ). Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.


◊ Ke-empat perilaku ( at-tha’atu, an-nushratu, al qurbu, al mahabbatu) ini ditujukan sepenuhnya hanya kepada Allah dan kepada segal sesuatu yang diperkenankan oleh Allah, mis : kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.

◊ Dalam tataran aplikatif, perilaku walaa’ atau loyalitas itu melahirkan sebuah upaya “ Al Binaa’ “ atau membangun segala sesuatu yang akan menguatkan dedikasi kepada Allah. Membangun system dan aktifitas yang menyeluruh baik dalam skala individu, keluarga, masyarakat maupun negara ( 8:39 “…hataa laa takuuna fitnah, wa yakuunad-diinu kulluhuu lillaah)
Al Bina (membangun).
Sikap wala beserta segala akhirnya merupakan perilaku mukmin membangun kekerabatan yang besar lengan berkuasa dengan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Juga berarti membangun sistem dan aktiviti Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun masyarakat.
• Q.22:41, ciri mukmin ialah senantiasa menegakkan agama Allah.
• Q.24:55, posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi insan yang membangun dienullah.
• Q.22:78, jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad ialah upaya yang tepat membangun dienullah.

◊ Oleh lantaran itu, ciri seorang mu’min sejati ialah : senantiasa berusaha menegakkan agama Allah terhadap dirinya, lingkungannya dan alam semesta ini (22:41)

 22 : 41 “`(Yaitu) orang-orang yang jikalau Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ( Alladziina in makkannahum fil ardhi ), pasti mereka mendirikan shalat ( aqaamush shalaata ), menunaikan zakat ( wa aatuz zakaata ), menyuruh berbuat yang ma’ruf & mencegah dari perbuatan yang munkar ( wa amaruu bil ma’ruufi wa nahau ‘anil munkari ) dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ( wa lillaahi ‘aaqibatul umuuri ) “.

◊ Sehingga bentuk dedikasi yang tepat kepada Allah atau ‘ Al Ikhlash ’ hanya sanggup dicapai dengan perilaku “ baraa’ “ terhadap selain Allah dan memperlihatkan walaa’ atau loyalitas total kepada Allah ( 98:5, 39:11,12,14 )

◊ 98 : 5 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus ( wa maa umiruu illaa liya’budullaaha mukhlishiina lahud diina hunafaa-a ), dan supaya meeka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus “.

◊ 39 : 11 “Katakanlah : sesungguhnya saya diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama ( qul innii umirtu an a’-budallaaha mukhlishal lahud diina )“.

◊ 39 : 12 “Dan saya diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (wa umirtu li an-akuuna awwalal muslimiin)“.

◊ 39 : 14 “Katakanlah : hanya Allah saja yang saya sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ;menjalankan; agamaku (qul illaaha a’-budu mukhlishal-lahuu diinii ) “.


 5 : 78-79 “ Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani israil dengan ekspresi Daud dan Isa putera Maryam (Lu’inal-ladziina kafaruu min banii israaiila ‘ala lisaani Daawuda wa ‘Iisa-bni Maryam). Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka & selalu melampaui batas (Dzaalika bimaa ‘ashauw-wa kaanuu ya’taduun) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat ( Kaanuu laa yatanaa hauna ‘an munkarin fa’aluuhu ). Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat ( labi‘-sa maa kaanuu yaf’aluuna )“

 4 : 95 “ Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak memiliki uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka & jiwanya (Laa yastawiil-qaa’iduuna minal-mu’-miniina ghairu ulidh-dharari wal-mujaahiduuna fii sabiilillaahi bi amwaalihim wa anfusihi ). Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta & jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat ( fadh-dhalallaahul mujaahidiina bi amwaalihim wa anfusihim ‘alal-qaa’idiina darajah ). Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar ( wa fadh-dhalallahul mujaahidiina ‘alal qaa’idiina ajran ‘adzhiima )“

Ikhlas.
Keikhlasan iaitu dedikasi yang murni hanya sanggup dicapai dengan perilaku bara terhadap selain Allah dan memperlihatkan wala sepenuhnya kepada Allah.
• Q.98:5, mukmin diperintah berlaku tulus dalam melaksanakan ibadah.
• Q.39:11,14, perilaku tulus ialah inti aliran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.


1. Muhammad Rasulullah.

Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam bentuk :
a. Allah sebagai sumber.
Allah sebagai sumber wala, dimana loyaliti mutlak hanya milik Allah dan loyaliti lainnya mesti dengan izin Allah.
b. Rasul sebagai cara (kayfiyat).
Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
c. Mukmin sebagai pelaksana.
Pelaksana Wala dan Bara ialah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.

• Dalam pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan insan atas muslim dan kafir. Hizbullah dengan Hizbus Syaithan. Orang-orang mukmin ialah mereka yang mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir ialah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau kedua-duanya.
• Orang-orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara pesan yang tersirat dan pengajaran yang baik. Apabila mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi hingga mereka mengakui ketinggian kalimah Allah.
• Hubungan kekeluargaan menyerupai ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah.
• Dengan demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya. Kita hanya mengikut apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Dalil :
• Q.5:55-56, Allah, Rasul dan orang-orang mukmin ialah wali orang yang beriman.
• Q.4:59, ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan mukmin.
• Q.5:56, orang-orang yang memperlihatkan wala kepada Allah, Rasul dan orang-orang mukmin ialah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58:22. Selain golongan ini ialah Hizbus Syaithan.
• Q.60:7-9, kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu. Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum menerima izin dari Rasulullah, lihat pula 31:15.


Ringkasan Dalil :

• Laa ilaha illa Allah : (Laa) ialah perkataan penolakan, (ilaha) ialah yang ditolak.
• Al Baro’ (melepaskan diri) (60:4, 7:59, 65, 73, 85) :
• Mengingkari
• Membenci
• Memusuhi
• Memutus hubungan
• Menghancurkan
• Illa (melainkan) ialah ungkapan pengukuhan (isbat).
• Allah ialah yang dikukuhkan (diisbatkan).
• Al Wala’/loyaliti (7:196, 5:55, 4:59, 5:7, 47:7, 2:165, 3:31) ialah :
• Taat
• Mendekati
• Membela
• Mencintai
• Membangun
• Menghancurkan dan membangun ialah makna Ikhlas (98:5, 39:11,14).
• Muhammadu Rasulullah – Konsep Al Wala’ dan Al Barro’ :
• Allah ialah sumber nilainya (2:147, 7:2)
• Rasul ialah teladan pelaksanaannya (33:21, 59:7)
• Orang mukmin ialah pelaksananya (33:36, 35:32)
• Kaifiyat “Membina” dan “Menghancurkan” ialah dengan “ittiba’ (3:31).
Sumber http://frequencia89.blogspot.com