Tuesday, August 22, 2017

√ Dongeng Legenda Putri Naga (Legenda Kota Tapaktuan)

Kisah Legenda Putri Naga Kota Tapaktuan. Suatu masa dahulu kala, hiduplah dua ekor naga di sebuah gua erat laut, mereka sangat mengahrapkan dikarunia seorang anak namun sayang yang kuasa belum menjawab doa mereka.’Ooh suamiku saya tidak tahu kenapa yang kuasa belum mengkarunia kita anak’ ucap naga betina kepada suaminya. “Oh istriku jangan berkata demikian sebab saya sangat yakin Tuhan niscaya akan mengkarunia kita anak dalam waktu erat bila saja kita terus berusaha dan berdoa dan jangan pernah putus asa. kata naga jantan dengan bijak. 


Pada suatu hari, sebuah bot kecil berhenti di tepi pantai berhampiran dengan gua daerah naga tinggal. Naga jantan melihat bayi mungil dengan orang tuanya di dalam boat tersebut. Oh istriku lihatlah kesana di atas boat itu ada anak bayi yang sangat mungil di pangkuan orang tuannya, sungguh bahagianya mereka mempunyai bayi semungil itu, ah bagaimana bila kita mangambil bayi tersebut dan mengadopsinya sebagai anak kita sehingga tidak ada lagi kesunyian di daerah kita ini’. Kata naga jantan. “Oooohh itu idea manis suamiku, bagaimana bila kau menyerang kedua orang tuanya semetara saya merampas bayi mereka dan melarikannya ke gua“. Kata naga betina. Tak usang lalu naga jantan menyerang kedua orang renta bayi tersebut hingga tewas, sementara naga betina mengambil bayi mereka dan menyembunyikan di dalam gua, dan hari itu merupakan hari yang terakhir kalinya bayi itu melihat kedua orang tuanya. 

Hari demi hari, bayi tersebut tumbuh menjadi seorang gadis jelita, tetapi ia tidak mengetahui bila kedua naga tersebut bukanlah orang renta kandungnya. Suatu hari saat kedua ekor naga tersebut sedang mancari masakan di hutan, gadis tersebut keluar dari gua dan berjalan-jalan menyusuri pantai, “ooh saya merasa bebas hari ini untuk melihat keindahan panorama tepi pantai ini, wow itu sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan dimana lautannya biru dan higienis dan pepohonan yang rimbun’. Ketika gadis itu menyesuri pantai dengan tidak disengaja ia melihat makluk lain yang seolah-olah dengan dirinya, ia mengguman“ siapa mereka dan mengapa mereka kelihatan sama dengan diriku, dan mengapa saya sangat berbeda dengan kedua orang tuaku, saya ingin tahu mengapa saya sama dengan mereka’. Kemudian ia termangu dan berpikir di tepi pantai mengapa ia sangat berbeda dengan orang renta nya yang selama ini ia kenal. 

Setelah mempertimbangkan dengan matang, ia memutuskan untuk meninggal gua dan pergi ke desa yang tidak begitu jauh dari daerah tinggal nya, saya pikir saya harus meninggalkan gua ini dan hidup dengan makluk disana yang lebih seolah-olah dengan saya siapa tahu saya dapat mendapat informasi perihal keberadaan orang tuaku yang sebenarnya. Tak usang kemdian ia berjumpa dengan orang kampuang itu dan ia mereasa sangat nyaman dengan masyarakat desa tersebut hingga ia melupakan kedua naga tersebut yangdia kenal sebagai orang tuanya.

Ketika kedua naga tersebut kembali ke gua dan mendpati putri mereka sudah hilang, kedua naga tersebut menyerit sekeras-kerasnya hingga bunyi mereka terdengar kekampung tadi. Adakah yang mau memberitahukan keberadaan putri kami? Atau kalian semua akan saya makan hidup-hidup. Kata naga jantan. Mendengar bahaya tersebut orang kampung menjadi takut dan melarikan diri untuk mencari pertolongan kepada sorang batapa sakti yang sedang bersemedi di dalam sebuah gua.. “Oh betapa sakti kami mohon maaf yang sebesarnya dikarenakan telah mengganggu persemedian mu, kami kesini ingin meminta pemberian mu untuk membunuh naga sebab mereka akan memakan kami. 

Kemudian betapa sakti berkata “baiklah wahai para penduduk akau akan mencoba membantu kalian semua’. Kedua naga tersebut terus mengejar para penduduk hingga hingga ketempat betapa sakti itu, melihat bepata sakti yang pertanda perilaku menantang naga jantan berkata “ ha ha ha ha kau mau menjadi pendekar kesiangan buat mereka, kau harus beroikir ulang untuk menentang kami atau kasian nanti bila seorang betapa sakti mati kami telan hidup-hidup ha ha ha ah ejak sang naga jantan. Tak usang lalu kedua naga tersebut terlibat pertarungan seru dengan betapa sakti tersebut hingga kedua naga tersebut mati. Sampai kini daerah dimana naga dan betapa sakti itu bertarung di namakan guliran naga. Sementara bekas tapak kaki betapa sakti tersebut dikenal dengan tapaktuan yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Selatan. 



Sumber http://www.pondok-belajar.com/