Friday, March 16, 2018

√ Kerajaan Kalingga

Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Kerajaan Kalingga“. Berikut dibawah ini penjelasannya:


 Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran  √ Kerajaan Kalingga



Sejarah Kerajaan Kalingga


Pada tahun 674, kerajaan Kalingga dipimpin oleh Ratu Shima yang populer akan peraturan kejamnya terhadap pencurian, dimana hal tersebut memaksa orang-orang Kalingga menjadi jujur dan selalu memihak pada kebenaran. Menurut cerita-cerita yang berkembang di masyarakat, pada suatu hari seorang raja dari negara yang ajaib tiba dan meletakkan sebuah kantung yang terisi dengan emas pada persimpangan jalan di Kalingga untuk menguji kejujuran dan kebenaran dari orang-orang Kalingga yang terkenal.


Dalam sejarahnya tercatat bahwa tidak ada yang berani menyentuh kantung emas yang bukan milik mereka, paling tidak selama tiga tahun sampai hasilnya anak dari Shima, sang putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung tersebut dengan kakinya. Mendengar hal tersebut, Shima segera menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya sendiri.


Mendengar hukuman yang dijatuhkan oleh Shima, beberapa orang memohon biar Shima hanya memotong kakinya alasannya yakni kakinya lah yang bersalah. Dalam beberapa cerita, orang-orang tadi bahkan meminta Shima hanya memotong jari dari anaknya.


Dalam salah satu insiden pada sejarah kerajaan Kalingga, terdapat sebuah titik balik dimana kerajaan ini terislamkan. Pada tahun 651, Ustman bin Affan mengirimkan beberapa utusan menuju Tiongkok sambil mengemban misi untuk memperkenalkan Islam kepada daerah yang ajaib tersebut. Selain ke Tiongkok, Ustman juga mengirim beberapa orang utusannya menuju Jepara yang dulu berjulukan Kalingga.


Kedatangan utusan yang terjadi pada masa sehabis Ratu Shima turun dan digantikan oleh Jay Shima ini mengakibatkan sang raja memeluk agama Islam dan juga diikuti jejaknya oleh beberapa ningrat Jawa yang mulai meninggalkan agama orisinil mereka dan menganut Islam.


Seperti kebanyakan kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Kalingga juga mengalami ketertinggalan dikala kerajaan tersebut runtuh. Dari seluruh peninggalan yang berhasil ditemukan yakni 2 candi berjulukan candi Angin dan candi Bubrah.


Candi Angin dan Candi Bubrah merupakan dua candi yang ditemukan di Keling, tepatnya di desa Tempur. Candi Angin mendapat namanya alasannya yakni mempunyai letak yang tinggi dan berumur lebih renta dari Candi Borobudur. Candi Bubrah, di lain sisi, merupakan sebuah candi yang gres setengah jadi, tapi umurnya sama dengan candi Angin.




Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga


Berikut ini terdapat beberapa sumber sejarah kerajaan kalingga, sebagai berikut:




1. Berita dari Zaman Dinasti Tang


Dinasti Tang berlangsung pada tahun 618 sampai 906 masehi. Keterangan mengenai kerajaan Ho-Ling pada masa dinasti ini mencakup :


  1. Ho-Ling atau disebut Jawa lokasinya berada di bahari selatan. Disebelah baratnya terdapat Pulau Sumatera, disebelah timur merupakan wilayah Po-Li (Pulau Bali) dan disebelah utaranya yakni Ta Hen La (Kamboja).

  2. Kerajaan Holing yakni penghasil emas, perak, kulit penyu, gading gajah, dan cula badak.

  3. Ibukota sentra pemerintahan Holing dikelilingi tembok yang dibentuk dengan materi tonggak kayu.

  4. Penduduk kerajaan Holing/Kalingga sudah mahir menciptakan minuman keras dan bunga kelapa.

  5. Raja Holing tinggal di bangunan besar bertingkat, singgasananya terbuat dari gading dan atapnya dari daun palem.




2. Catatan I-Tsing



Dalam catatan I-Tsing yang ditulis pada tahun 664 sampai 665 masehi, menyebutkan sebetulnya pada masa ke tujuh di tanah Jawa merupakan salah satu sentra pengetahuan agama Budha Hinayana.


Di wilayah Holing atau Kalingga terdapat pendeta China (Tiongkok) berjulukan Hwining. Pendeta tersebut merupakan penerjemah salah satu kitab agama Budha ke dalam bahasa Tionghoa. Dalam menjalankan tugasnya, ia berhubungan dengan pendeta berasal dari Jawa berjulukan Janabadra.


Kita agama Budha yang dimaksud memuat dongeng wacana Nirwana, namun dongeng ini berbeda dengan dongeng Nirwana yang terdapat dalam agama Budha Hinayana.




3. Cerita Parahyangan


Berdasarkan isi naskah dongeng Parahyangan disitu dijelaskan asal undangan Ratu Shima dan kaitannya dengan kerajaan Galuh. Keberadaan kerajaan Kalingga juga berkaitan dengan kerajaan Sunda, Mataram Kuno dan Sriwijaya.


Berdasarkan sumber lain mengenai kerajaan ini, sebetulnya pada tahun 752, Kalingga atau Ho-Ling menjadi daerah/wilayah taklukkan kerajaan Sriwijaya. Maka dari itu pada perkembangan selanjutnya kerajaan ini menjadi daerah perdagangan Hindu bersama dengan Tarumanegara dan Melayu.



4. Kisah Lokal


Salah satu sumber sejarah kerajaan Kalingga berupa sumber mulut yakni kisah lokal yang berkembang di wilayah Jawa Tengah kepingan utara. Kisah ini bercerita wacana seorang ratu yang menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran tanpa padang bulu.


Ratu tersebut berjulukan Ratu Shima. Ia mendidik rakyatnya biar selalu jujur dan menghukum setiap kejahatan, misalnya pencurian. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang ingin menguji kejujuran rakyat Kalingga dengan menaruh sekantung uang emas di persimpangan jalan.


Hingga beberapa tahun lamanya, tidak ada orang yang berani menyentuh kantung berisi uang emas tersebut. Namun, sehabis 3 tahun, kantung tersebut disentuh oleh putera mahkota dengan kakinya. Kemudian demi menjunjung hukum, ia menjatuhkan hukuman mati kepada putranya tersebut.



Silsilah Raja Kerajaan Kalingga


Berikut ini terdapat beberapa silsilah raja kerajaan kalingga, sebagai berikut:




1. Santanu (632-648)


Bergelar Prabhu Kirathasingha. Beliau pernah mengirimkan duta besarnya ke Cina, pada tahun 632 M dan 640 M. Menurut catatan I-Tshing, diketahui bahwa pada tahun 644 M, tiba seorang pendeta buddha dari cina berjulukan Hwi-Ning. Ia menetap di Kalingga selama 3 tahun.




Kemudian, Hwi-Ning menerjemahkan salah satu kitab suci agama Budha Hinayana yang berbahasa Sanksekerta ke dalam bahasa Cina. Dalam usahanya tersebut Hwi-Ning dibantu oleh seorang pendeta kerajaan Kalingga yang berjulukan Janabadra.




2. Selendra (648-674)


Bergelar Prabhu Kartikeyasingha sang mokteng Mahamerwacala. Beliau telah dua kali mengirimkan duta besarnya ke Cina, pertama pada tahun 648 M, dan kedua pada tahun 666 M. Diketahui, Beliau wafat di Gunung Mahameru. Dari ijab kabul Prabu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, dikaruniai satu Putri dan satu Putra. yaitu :



  • Dewi Parwati, diperisteri oleh raja Mandiminyak dari Galuh,

  • Radiyah Narayana, menjadi menantu raja Jayasinghanegara dari Keling.




3. Maharani Sima (674-695)


Bergelar Sri Maharani Mahisa Suramardini Satyaputikeswara. Beliau yakni Raja yang populer dari kerajaan Kalingga. Pada masa pemerintahannya, Hukum dan Keadilan diterapkan secara disiplin. Hal tersebut berlaku bagi seluruh warga negara Kalingga yang melanggar aturan akan diberikan hukuman tegas. Suatu dikala seorang saudagar Arab berkeinginan untuk pertanda ketaatan rakyat Kalingga terhadap aturan yang diterapkan.


Ia meletakkan pundi-pundi uang di jalanan sentra kota. Ternyata tak ada seorangpun yang berani menyentuh atau pun mengambilnya. Hingga suatu hari secara tidak sengaja kaki Putra Mahkota menyentuh pundi-pundi itu. Maka Ratu Sima memerintahkan biar anaknya di potong kakinya sebagai hukuman.


Karena hukuman itu dirasa terlalu berat, para penasehat Ratu memohon biar hukuman diperingan, namun Ratu tetap teguh dengan pendiriannya. Setelah didesak, Ratu Sima tetapkan untuk meringankan hukumannya. Kaki putra mahkota tidak jadi dipotong tetapi hanya jari-jari kakinya saja.


Setelah Ratu Sima wafat pada tahun 695 M, kerajaan Kalingga dibagi menjadi dua wilayah kerajaan, untuk Dewi Parwati di sebelah utara, dan untuk Radiyah Narayana di sebelah selatan. Sang Mandiminyak, suami Dewi Parwati, tidak menggantikan di situ, alasannya yakni ia menjadi raja di kerajaan Galuh.




4. Dewi Parwati (695-717)


Dari ijab kabul Prabhu Mandiminyak dengan Dewi Parwati dikaruniai seorang Putri, berjulukan Dewi Sannaha. Kemudian Dewi Sannaha naik tahta menggantikan ibundanya.




5. Dewi Sannaha (717-732)


Sannaha menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Bratasenawa. Mereka berdua mempunyai Putra yang berjulukan Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).




6. Narayana (695-732)


Setelah Prabhu Narayana wafat, Beliau digantikan oleh puteranya yaitu Sang Prabhu Dewa Singha.




Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga


Masa kepemimpinan Ratu sima menjadi masa keemasan bagi kerajaan kalingga sehingga menciptakan raja-raja dari kerajaan lain segan, hormat, kagum, sekaligus penasaran. Masa masa itu yakni masa keemasan bagi perkembangan kebudayaan apapun. Agama buddha juga berkembang secara harmonis, sehingga wilayah di sekitar kerajaan Ratu Sima juga sering disebut Di Hyang(tempat bersatunya dua kepercayaan hindu dan buddha).


Dalam bercocok tanam Ratu Sima mengadopsi sistem pertanian dari kerajaan abang mertuanya. Ia merancang sistem pengairan yang diberi nama subak. Kebudayaan gres ini yang kemudian melahikan istilah Tanibhala, atau masyarakat yang mengolah mata pencahariannya dengan cara bertani atau bercocok tanam.




Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga


Pada masa ketujuh masehi kerajaan kalingga dipimpin oleh ratu sima, aturan di kalingga ditegakkan dengan baik sehingga ketertiban dan ketentraman di kalingga berjalan dengan baik.


Menurut naskah parahhayang, Ratu sima mempunyai cucu berjulukan sanaha yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari kerajaan galuh. Sanaha mempunyai anak berjulukan sanjaya yang kelas akan menjadi raja mataram kuno. Sepeninggalan Ratu sima, kerajaan Kalingga ditaklukan oleh kerajaan Sriwijaya.




Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kalingga


Perekonomian Kerajaan Kalingga bergerak dibidang perdagangan dan pertanian. Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara di jawa tengah, perdagangan yakni matapencaharian utama mereka. Letaknya yang cukup strategis menciptakan kalingga sering disinggahi ooleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading.


Di Holing ada sumber air asin yang dimanfaatkan untuk menciptakan garam. Hidup rakyat Holing tenteram, alasannya yakni tidak ada kejahatan dan kebohongan. Berkat kondisi itu rakyat Ho-ling sangat memperhatikan pendidikan.buktinya rakyat ho-ling sudah mengenal tulisan,selain goresan pena masyarakat Ho-ling juga telah mengenal ilmu perbintangan dan dimanfaat dalam bercocok tanam.


Sementara itu, sebagian masyarakat yang tinggal di pedalaman yang subur, memanfaatkan kondisi tanah yang subur tersebut untuk berbagi sektor pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman.


Penduduk kalingga dikenal berakal menciptakan minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tesebut mempunyai rasa anggun dan sanggup memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian tersebut, penduduk kalingga hidup makmur.




Kehidupan Sosial Kerajaan Kalingga


Kerajaan kalingga hidup dengan teratur,berkat kepemimpinan ratu sima ketentraman dan ketertiban di kerajaan kalingga berlangsung dengan baik. Dalam menegakkan hukum, ratu sima tidak membeda-bedakan antara rakyat dengan kerabatnya sendiri.


Berita wacana ketegasan aturan ratu sima, raja yang berjulukan T-shih ia yakni kaum muslim arad dan persia, ia menguji kebenaran gosip yang ia dengar.beliau memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah kerajaan kalingga. Selama tiga tahun kantong tersebut tidak ada yang menyentuh, kalau ada yang melihat kantong itu ia berusaha menyingkir. 


Tetapi pada suatu hari, putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong tersebut sampai isinya berceceran. Mendengar insiden tersebut ratu sima marah, dan memerintahkan biar putra mahkota dieksekusi mati. Tetapi alasannya yakni para menteri memohon biar putra mahkota mendapat pengampunan. Akhirnya ratu sima hanya memerintahkan biar jari putra mahkota yang menyentuh kantong emas tersebut di potong,hal ini menjadi bukti ketegasan ratu sima.




Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga


Kerajaan ini banyak menganut agama Hindu semestinya menyerupai corak kerajaan ini Hindu, walaupun menyerupai itu rakyatnya juga ada beberapa agama selain Hindu yaitu Agama Islam dan juga terutama Agama Budha. Dalam catatan ITsing, pada tahun 664-667, pendeta Budha Cina berjulukan Hwu-ning dengan pembantunya Yun-ki tiba ke Ho-ling.


Mereka bersama dengan Joh-napo-t’o-lo menerjemahkan kitab Buddha kepingan nirwana. Akan tetapi kitab yang diterjemahkan tersebut sangat berbeda dengan Kitab Suci Budha Mahayana, dengan demikian terang bahwa holing bukan merupakan penganut agama Budha Mahayana, tetapi menganut agama Budha Hinayana aliran Mulasarastiwada.




Runtuhnya Kerajaan Kalingga


Kerajaan kalingga mengalami kemunduran kemungkinan akhir serangan sriwijaya yang menguasai perdagangan, serangan tersebut menimbulkan pemerintahan kijen menyingkir ke jawa kepingan timur atau mundur ke pedalaman jawa kepingan tengah antara tahun 742-755 M.


Bersama melayu dan tarumanegara yang sebelumnya telah ditaklukan kerajaan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing besar lengan berkuasa jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.




Peninggalan Kerajaan Kalingga


Berikut ini terdapat beberapa peninggalan kerajaan kalingga, sebagai berikut:




1. Prasasti Peninggalan Kerajaan Kalingga


Sebagai berikut:





1. Prasasti Tukmas



Peninggalan Kerajaan Kalingga yang pertama yakni prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Kecamatan Grabak, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti Tukmas bertuliskan abjad Pallawa dan berbahasa Sansekerta lengkap dengan pahatan beberapa gambar.


Prasasti Tukmas berisi wacana kabar adanya sungai di lereng Gunung Merapi yang airnya jernih, menyerupai mirip aliran sungai Gangga di India. Adapun gambar-gambar yang termuat di dalamnya yakni gambar trisula, kapak, kendi, cakra, kelasangka, dan bunga teratai. Gambar-gambar tersebut menjadi bukti bahwa kerajaan Kalingga mempunyai kekerabatan erat dengan kebudayaan Hindu dari India.


Letak inovasi prasasti Tukmas yang cukup jauh dari asumsi ibukota kerajaan juga pertanda bahwa cakupan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Kalingga cukup luas.





2. Prasasti Sojomerto



Prasasti Sojometro yakni prasasti peninggalan Kerajaan Kalingga yang titemukan di wilayah Kabupaten Batang. Dinamakan Sojometro alasannya yakni prasasti ini ditemukan sempurna di dusun yang berjulukan Sojomerto.


Prasasti Sojomerto bertuliskan abjad Kawi dan berbahasa Melayu Kuno. Dengan wujudnya ini, para andal memperkirakan bahwa prasasti Sojomerto dibentuk pada masa ke 7 Masehi.


Isi prasasti Sojomerto menceritakan wacana kondisi keluarga kerajaan Kalinga. Salah satu wacana pendiri kerajaan yang berjulukan Dapunta Sailendra. Dari nama tersebut, diperkirakan pendiri Kalingga berasal dari garis keturunan Dinasti Sailendra, penguasa Kerajaan Mataram Kuno di masa sebelumnya.





3. Prasasti Upit



Prasasti Upit yakni sebuah prasasti yang ditemukan di Desa Ngawen, Kec. Ngawen – Kab. Klaten. Isi prasasti ini menceritakan wacana adanya sebuah kampung, berjulukan kampung upit yang menjadi daerah perdikan (bebas pajak) alasannya yakni anugerah dari ratu Shima. Saat ini, prasasti upit disimpan di Museum Purbakala, Jawa Tengah di Prambanan, Klaten.




2. Candi Peninggalan Kerajaan Kalingga


Sebagai berikut:





1. Candi Angin



Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kec. Keling, Jepara, Jawa Tengah. Dinamakan candi angin yakni alasannya yakni candi ini berdiri di atas daerah yang cukup tinggi, kendati terpaan angin sangat kencang dari waktu ke waktu, candi ini tidak rubuh dan justru tetap kokoh.


Dari analisa karbon, diperkirakan candi angin dibangun pada masa sebelum pembangunan Candi Borobudur. Tidak terdapatnya ornamen-ornamen Hindu Budha menciptakan candi ini diperkirakan dibangun sebelum kebudayaan Hindu Budha berbaur dengan kebudayaan orisinil masyarakat Jawa.





2. Candi Bubrah



Candi Bubrah ditemukan di lokasi sekitar candi angin. Dinamakan candi Bubrah alasannya yakni pada dikala ditemukan, kondisi candi ini sudah luluh lantah (Jawa : Bubrah). Dari arsitektur dan gaya bangunannnya, candi ini diperkirakan dibentuk pada sekitar masa ke 9 Masehi dengan bercorak kebudayaan Budha. Candi yang dibentuk dari materi kerikil andesit ini berukuran 12 meter x 12 meter. Saat ditemukan reruntuhan yang tersisa tingginya hanya sekitar 2 meter saja.





3. Situs Puncak Sanga Likur Gunung Muria



Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) erat dengan Kecamatan Keling di sana terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. Sampai kini belum ada yang sanggup memastikan bagaimana mengangkut arca tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat.


Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun. Selain empat arca, di tempat itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah sampai menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan) Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.




Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang 10 Peninggalan Kerajaan Kalingga: Raja, Masa Kejayaan & Runtuhnya


Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!




Baca Artikel Lainnya:


 






Sumber aciknadzirah.blogspot.com