Thursday, April 12, 2018

√ Bubuk Nawas Paling Kaya Raya

Sebagai rakyat kecil, Abu Nawas sering menyelipkan kritikan-kritikan lewat humor-humornya yang jenaka sehingga meski mengena, raja tetapi tak sanggup murka dibuatnya. Seperti dalam dongeng ini, pasar daerah orang berdagang menjadi heboh gara-gara celotehan Abu Nawas. “Kawan-kawan, hari ini saya sangat membenci masalah yang haq, tetapi menyenangi yang fitnah. Hari ini saya menjadi orang yang paling kaya, bahkan lebih kaya daripada Allah SWT,” ujar Abu Nawas.
Omongan Abu Nawas itu sungguh absurd alasannya yakni selama ini beliau termasuk orang yang alim dan taqwa meski suka jenaka. Karuan saja polisi kerajaan menangkap dan menghadapkannya kepada khalifah.
“Hai Abu Nawas, benarkah engkau berkata begitu?” tanya khalifah.
“Benar, Tuan,” ungkapnya santai.
“Mengapa kau berkata begitu, sudah kafirkah engkau?”
“Saya kira Khalifah-pun sama menyerupai saya. Khalifah niscaya membenci masalah yang haq,” ujarnya.
“Gila benar engkau,” hardik khalifah mulai marah.
“Jangan keburu marah, Khalifah. Dengarkan dulu 
keterangan saya,” kata Abu Nawas meredakan murka khalifah.
“Keterangan apa yang kau dakwahkan. Sebagai seorang muslim, saya harus membela yang haq, bukan malah membencinya, tahu?” ujar khalifah geram.
“Setiap ada orang membacakan talqin, saya selalu mendengar ucapan bahwa mati itu haq, begitu juga dengan neraka. Tidakkah khalifah juga membencinya menyerupai aku?” katanya.
“Cerdik pula kau ini,” ujar khalifah sehabis mendengar klarifikasi Abu Nawas.
“Tapi apa pula maksudmu kau menyenangi fitnah?” tanya khalifah menyelidik.
“Sebentar, Khalifah. Barangkali Anda lupa bahwa di dalam Al-Quran disebutkan bahwa harta benda dan belum dewasa kita yakni fitnah. Padahal Khalifah menyenangi harta dan belum dewasa Khalifah menyerupai saya. Benar begitu, Khalifah?”
“Ya, memang begitu. Tapi mengapa kau menyampaikan lebih kaya daripada Allah Yang Mahakaya itu?” tanya khalifah yang makin ingin tau itu.
“Saya lebih kaya daripada Allah alasannya yakni saya memiliki anak, sedangkan Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,”
“Itu memang benar, tetapi apa maksudmu berkata begitu di tengah pasar sehingga menciptakan keonaran?” tanya khalifah tak habis mengerti.
“Dengan cara begini saya akan ditangkap dan dihadapkan pada Khalifah,” jawabnya kalem.
“Apa perlunya kau menghadapku?”
“Agar memperoleh hadiah dari Khalifah,” jawab Abu Nawas tegas.
“Dasar orang pintar,” komentar khalifah. Sidang yang semua tegang untuk mengadili Abu Nawas tersebut menjadi penuh gelak tawa. Tak lupa khalifah menawarkan uang sebagai hadiah kepada Abu Nawas dan menyuruhnya meninggalkan istana. Ngeloyorlah Abu Nawas sambil menyimpan dinar di sakunya. “Alkhamdulillah, sanggup rejeki,” gumamnya.



Sumber http://kickfahmi.blogspot.com