PENGANTAR USAHATANI
” Manajemen Usahatani (Farming Management) “
Oleh :
Kelas H
FINA LUTFIYANAH 105040201111090
M. GURUH ARIF ZULFAHMI 105040201111091
HADI PURNOMO 105040201111092
HAFIDZ YUDHA T. 105040201111093
HIMATIN PRAMITASARI 105040201111094
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dikarenakan telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis sanggup menyusun makalah untuk memenuhi kiprah Usaha Tani yang berjudul “ Manajemen Usahatani ”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berusaha membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga semua derma tersebut sanggup dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Penulis berharap makalah ini sanggup bermanfaat dan memperluas wawasan bagi penulis khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh lantaran itu kritik dan saran dari banyak sekali pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.
Malang, 30 September 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian dalam pengertian yang luas meliputi semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tumbuhan tertentu, terutama yang bersifat semusim.Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek perjuangan tani tertentu. Kehutanan yaitu perjuangan tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).
Peternakan memakai subjek binatang darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan mempunyai subjek binatang perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu perjuangan pertanian sanggup melibatkan banyak sekali subjek ini bantu-membantu dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan menjadikan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi pecahan dalam perjuangan pertanian. Semua perjuangan pertanian intinya yaitu kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran.
Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melaksanakan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan perjuangan pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan. Sisi pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya yaitu pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya mirip pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memperlihatkan hasil yang lebih rendah daripada pertanian industrial. Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian mempunyai dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi mempunyai risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul lantaran pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah sanggup mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar perjuangan pertanian dunia masih tetap demikian.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Pentingnya Manajemen Usahatani.
2. Kondisi Petani.
3. Penerapan Manajemen Usahatani.
4. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani.
5. Peningkatan Nilai Tambah.
6. Pengembangan Kelembagaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usahatani (Farming)
Pertanian yaitu kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan materi pangan, materi baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tumbuhan atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya sanggup pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, mirip pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, mirip penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia semenjak masa kolonial hingga kini tidak sanggup dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, lantaran sektor - sektor ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan banyak sekali realitas ekonomi dan sosial masyarakat di banyak sekali wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian yaitu biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, mirip ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) yaitu pecahan inti dari pertanian lantaran menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani yaitu sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan perjuangan tani, sebagai teladan "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya binatang ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Manajemen yaitu proses merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan memakai sumberdaya organisasi. Dalam perkembangan jaman, manajemen mutlak diharapkan untuk melaksanakan semua jenis usaha, tidak terkecuali suatu usahatani dengan skala kecil sekalipun.
Manajemen yaitu suatu seni, dimana setiap orang akan mempunyai suatu hasil yang berbeda dengan mengelola suatu perjuangan yang sama. Demikian pula dalam usahatani, dengan modal dan hamparan lahan yang relatif sama dan berdekatan serta kondisi iklim yang sama, suatu usahatani yang dikelola orang yang berbeda akan sanggup mendatangkan hasil yang berbeda. Hal ini terjadi lantaran pola pedoman seseorang dalam mengambil keputusan dan mengelola perjuangan tidak pernah sama antara orang per orang. Dan dalam usahatani kemungkinan seseorang membuatkan kreatifitasnya dalam mengelola, yaitu sangat besar.
2.1 Pentingnya Manajemen Usahatani
Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen yang dijalankan dalam perjuangan tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya insan dan modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Beberapa hal yang membedakan manajemen usahatani dengan manajemen perjuangan yang lain antar lain yaitu :
a. Keanekaragaman jenis tumbuhan yang sangat besar dalam sektor pertanian
b. Besarnya jumlah petani
c. Keanekaragaman skala perjuangan di bidang pertanian
Suatu perjuangan tani dimungkinkan dilaksanakan mulai dari skala yang sangat kecil (buruh tani) hingga ke skala perkebunan sangat besar.
Falsafah hidup tradisional secara umum masih menempel dalam diri petani
d. Kecenderungan berorientasi keluarga dan masyarakat sekitar saja
e. Usahatani sangat berkaitan dengan tanda-tanda alam
f. Kareakteristik produk pertanian yang musiman, gampang rusak dan tidak tahan lama
g. Produk pertanian selalu dibutuhkan sebagai materi pangan masyarakat yang harus selalu cukup tersedia
Hal–hal tersebut di atas menjadikan manajemen usahatani memerlukan penanganan yang berbeda dibandingkan dengan penanganan perjuangan lain di luar sektor pertanian. Manajemen akan terealisasi dengan baik dengan memperhatikan unsur-unsur yang terkait, yaitu : (1) Manusia yang melaksanakan manajemen ; (2) Seni untuk menjalankan manajemen ; (3) Keberhasilan.
Modernisasi dan restrukturisasi produksi tumbuhan pangan yang berwawasan agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen perjuangan yang profesional. Oleh lantaran itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi. Langkah-langkah yang diharapkan dalam mendorong kiprah serta petani dalam penyediaan modal/investasi untuk pengembangan usahatani antara lain: (1) Memberikan penyuluhan/informasi ; (2) Insentif dan kondisi yang aman biar petani bisa memanfaatkan sumber permodalan dan sumber daya lainnya secara optimal.
Kondisi Petani
Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga pendapatan yang diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan agropolitan di Jatim (Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Pacet-Mojokerto), umumnya juga dicirikan pemilikan lahan sawah, tegal atau pekarangan yang sempit. Untuk menambah penghasilan keluarga, umumnya petani merangkap bekerja di sektor jasa dan industri. Sebagai konsekuensinya, sesudah ekspresi dominan tanam selesai atau waktu tertentu, petani harus meninggalkan usahataninya untuk bekerja di luar usahatani.
a. Inovasi Teknologi
Melalui penemuan teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas akan sanggup terdongkrak, komoditas unggulan yang menggiurkan akan sanggup diciptakan. Akan tetapi, teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai kalau teknologi tersebut gampang diaplikasikan, kurang intensif penanganannya, tidak memerlukan pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu ketat. Teknologi semacam ini akan memperlihatkan peluang bagi petani untuk sanggup meninggalkan usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain dengan hasil yang memuaskan. Contoh: teknologi yang diterapkan untuk tumbuhan tebu. Setelah tanam dan pemupukan, petani bisa meninggalkan usahataninya dan diserahkan orang lain untuk mengelola. Dengan demikian petani bisa akan kembali lagi pada dikala panen. Jika teknologi yang tersedia justru mengharuskan petani selalu berada di lahan (menunggui), maka manajemen perjuangan kelompok secara sedikit demi sedikit harus dirubah, yaitu dari manajemen konvensional menjadi kooperatif (cooperative farming) atau menjadi korporasi (corporate farming). Manajemen ini memungkinkan anggota kelompok tidak mengelola penuh usahataninya. Akan lebih manfaat lagi kalau teknologi yang tersedia sanggup memperlihatkan nilai tambah ekonomi bagi petani.
b. Manajemen perjuangan yang dilakukan kelompok
Manajemen yang selama ini dijalani petani harus ditinggalkan, yaitu manajemen yang mengharuskan petani selalu menungggui dan mengerjakan usahataninya sendiri mulai dari hulu hingga hilir. Ada alternatif manajemen perjuangan yang sanggup dilakukan orang lain tanpa mengurangi jumlah dan mutu hasil. Manajemen perjuangan yang dimaksud yaitu manajemen kooperatif dan korporasi. Manajemen korporasi merupakan alternatif lantaran punya beberapa kelebihan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan perjuangan harian sanggup dilakukan secara cepat, sehingga usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga.
2. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim manajer dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga pengelolaan efisien.
3. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah, lantaran sumber daya dikelola oleh tim manajer.
4. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.
Manajemen mirip ini akan sesuai untuk lingkungan perkotaan (agropilitan) atau masyarakat urban yang mempunyai peluang kerja di sektor jasa dan industri. Kelompok tani yang belum menerapkan manajemen korporsi, secara perlahan-lahan sebaiknya sanggup memperbaiki manajemen usahanya dengan lebih fokus pada faktor pengambilan keputusan usaha, pengelolaan sumber daya dan pembagian keuntungan. Manajemen secara sedikit demi sedikit dirubah dari konvensional, ke kooperatif dan hasilnya korporasi. Saat ini masih banyak kelompok tani yang anggotanya merangkap kerja dibidang jasa dan industri, tetapi manjemen yang diterapkan kelompok tani masih konvensional, sehingga hasilnya tidak masksimal.
c. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan juga harus diubah diadaptasi pola manajemen modal yang diterapkan kelompok. Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendektan personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu kemudian taktik dititik beratkan [pada pendekatan missal dan kelompok lantaran pendektan personal terlalu mahal. Dengan penerapn manajemen koperasi maka metode pendekatan penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal. Tim mnajer yang hanya terdiri dri beberapa orang merupkan sasaran penyuluhan.kebutuhan materi training bgi anggot kelompok diganti dengan kebutuhan materi training bagi tim manajer. Materi pelatihn bagi tim difokuskan pada dilema manajemen , mirip pemasaran, analisis keuangan, pengambilan keputusan, kewirausahaan, dan lain-lain. (Nugroho Pangarso, 2006).
Salah satu kesulitan sosialisasi penemuan teknologi antara lain adanya keterbatasan sumber daya petani. Dengan kelompok koperasi, maka teknologi sanggup lebih gampang diadopsi. Teknologi yang disosialisasikan bisa mulai dari yang gampang diapliklasikan hingga canggih, lantaran yang menerapkan teknologi yaitu tim manajer, bukan anggota kelompok tani.
Teknologi pertanian organik, teknologi kultur jaringan, dan teknologi persilangan untuk memproduksi benih yang selama ini cukup sulit diajarkan pada kelompok tani, mungkin akan lebih gampang diajarkan pada kelompok dengan manajemen korponasi. Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi bukan pada dilema faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor psikologi, yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk mengakui kelebihan teman petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan dalam aktivitas revitalisasi yang harus disempurnakan, antara lain mirip kelembagaan penyuluhan, system penyuluhan dan penyusunan aktivitas penyuluhan, tetapi untuk teknologi, manajemen perjuangan dan metode penyuluhan harus mulai dirintis dari sekarang. Membuat rekayasa dan sinkronisasi ketiga unsur tersebut cukup dilakukan oleh penyuluh yang sanggup memotivasi dan diterima di kelompok binaannya.
2.3 Peningkatan Kemampuan Manajemen Usaha Tani
Peningkatan produktifitas komoditi tumbuhan pangan dilakukan dengan meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutn dan efisien guna meningkatkan daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian lingkungan. Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan dengan penerapan teknologi maju dan alsin pertanian.
Untuk meningkatkan produksi baik melalui peningkatan produktifitas maupun ekspansi areal tanam diharapkan penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi yang diterapkan diarahkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik lokasi dan berwawasan lingkungan. Teknologi yang disebarluaskan meliputi mulai dari teknologi pra produksi, proses produksi, hingga pasca panen dan pengolahan hasil dengan fokus antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu, pemupukan berimbang, efisiensi pemanfatan air, PHT, serta teknologi pengolahan hasil.
Peningkatan Nilai Tambah
Upaya pengembangan perjuangan yang bisa memperlihatkan nilai tambah bagi petani perlu terus ditingkatkan, sehingga petani sanggup memasarkan produknya bukan hanya dalam bentuk masakan mentah akan tetapi dalam bentuk olahan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antara lain:
a. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
b. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
c. Pemasyarakatan penerapan standart mutu
d. Pemanfaatan peluang kredit
Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana pertanian tumbuhan pangan diarahkan untuk menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya peningkatan produktifitas, ekspansi areal tanam. Termasuk pengolahan dan pemasaran hasil, melalui paya-upaya antara lain sebagai berikut : (1) Peningkatan akomodasi penyediaan dan distribusi sarana produksi dilapangan untuk membuat iklim yang aman dan berusahatani, (2) Peningkatan efektivitas dan efisiensi koordinasi antar instansi terkait dalam melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana
Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem pemasaran yang efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-upaya pengembangan kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.
Pengembangan Kelembagaan
Upaya pemberdayaan petani diharapkan pengembangan kelembagaan baik kelembagaan petani maupun pemerintah sebagai berikut :
a) Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak hanya dari aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan kemampuan bekerja sama sehingga sanggup menjelma kelompok perjuangan baik dalam bentuk koperasi maupun unit perjuangan kecil berdikari dan tumbuh dari bawah.
b) Peningkatan kualitas SDM, derma alat-alat prosessing, penyediaan kredit, dan membuatkan pola kemitran.
c) Pengembangan perjuangan Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan melaksanakan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani melalui peningkatan akomodasi perbengkelan, kerjasama dengan swasta, pelayanan kredit dan pelatihan.
d) Penguatan lembaga pemerintah mirip BPSB, BPTPH, balai benih maupun Brigade perlindungan sehingga sanggup memperlihatkan pelayanan prima kepada masyarakat terutama petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus operasional dan admisnistrasi, serta peningkatan kolaborasi antar petugas lapangan dan intansi terkait melalui lembaga konsultasi dan konsolidasi.
Penyuluhan pertanian sangat diharapkan dalam peningkatan usahatani. Akan tetapi penyuluhan pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhir-akhir ini terlihat lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera diwujudkan sehigga kinerja penyuluhan sanggup bangun kembali.
Revitalisasi penyuluhan terutama diharapkan dalam hal pemasyarakatan teknologi dan manajemen produksi, serta akomodasi aksesibilitas petani terhadap pasar, permodalan, informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu biar penyuluhan sanggup efektif mendukung aktivitas pembangunan usahatani diharapkan upaya-upaya koordinasi dan sinkronisasi, sosialisasi aktivitas pembangunan usahtani, serta mengisi materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan aktivitas pembangunan usahatani.
2.4 Pelaksanaan manajemen usahatani untuk hasil yang maksimal
Dalam suatu manajemen usahatani yang di jalankan biar sanggup memperoleh hasil yang maksimal mengingat resiko yang sangat besar dalam bidang pertanian,maka harus memperhatiakan beberapa hal yang sangat penting dan berkaitan erat dengan pelaksanaan manajemen. Hal tersebut antara lain:
1. Penerapan Management perjuangan tani
a. perencanaan
Perencanaan usahatani disusun berdasarkan pengalaman dan penilaian faktor-faktor tetap yang menentukan(jumlah uang yang tersedia, Konsumsi atau komersial, jumlah tenaga yang tersedia,tanah dan iklim). Manusia tidak sanggup berbuat banyak terhadap tanah dan iklim sehingga langkah dalam pendekatan sebagai berikut :
Ø Mengklasifikasikan tanah. berapa pecahan yg ditanami padi, kedelai, ternak, ikan dan lain lain.
Ø Menyususun planning tumbuhan dengan syarat :
- Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.
- Saling mendukung satu sama lain, sehingga sanggup memanfaatkan penggunaan alat alat pertanian dan tenaga kerja.
- Menggunakan tenaga kerja keluarga dengan efesien.
- Permintaan pasar bagi usahatani yang bertujuan menjual hasilnya kepasar.
- Perencanaan ternak
ternak sanggup mengubah hasil tumbuhan menjadi masakan berkadar protein tinggi melalui hasilnya yg berupa daging,susu,telur dqn lain lain. Ternak sanggup berfungsi sebagai tenaga kerja.
Ø Perencanaan tenaga kerja dan alat alat pertanian .Pada waktu waktu kapan tenaga kerja dan alat alat pertanian banyak/sering atau kurang diperlukan.Untuk usahatani yg luas,lebih gampang mengkombinasikan tenaga kerja dan alat alat pertanian.
Ø Perencanaan biaya
Anggaran/ biaya usahatani terdiri dari taksiran pengeluaran total dan taksiran penerimaan total yg disusun untuk jangka waktu pendek atau panjang. Tujuan anggaran/biaya :
- Memberikan dasar dasar untuk perbaikan usahatani.
- Berfungsi sebagai peringatan atau penelitian planning usaha.
- Perencanaan dituangkan dalam bentuk planning perjuangan anggota,rencana perjuangan kelompok dan planning perjuangan bersama.
2. Pengaturan
Pada umumnya petani telah tahu bagaimana memeperkecil resiko usahataninya yaitu dengan jalan mengusahakan beberapa cabang perjuangan lebih dari satu macam. Tanaman dan banyak sekali jenis ternak mirip sapi, unggas dan sebagainya. Hal ini memperbaiki pendapatan musiman dan distribusi tenaga kerja sepanjang tahun. Keuntungan lain yaitu perbaikan tanah,pencegahan hama dan penyakit dan sebagainya. Untuk membantu setiap petani dalam rangka pengaturan gunakan langkah langkah sebagai berikut :
a. Teliti kondisi perjuangan tani .petani mencatat dimana, bagimana dan kapan tumbuhan yang bermacam-macam diusahakan.bagaimana cara cara pengusahaan ternak.
b. Variasi dalam besarnya keuntungan Mengatur penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja. Beberapa tumbuhan bersaing dalam dalam penggunaan tenaga kerja dan tempat. Beberapa tumbuhan bersifat cocok untuk ditanam bersama sama dan beberapa bersifat untuk ditanam saling menyusul. Pengaturan uang tunai yg digunakan untuk perjuangan baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini sanggup untukmembandingkan keuntungan dari berbagaimacam kombinasi tanaman.
c. Perubahan dalam factor factor social ekonomi petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan kesibukan kesibukan masyarakat, mirip perbaikan irigasi, drainase, dan sebagainya. Perubahan factor tata niaga, harga dan lainnya.
d. Analisa data input output pada cabang usahatani petani/ kelompoktani/ gapoktan diharuskan mempunyai catatan input output.
e. Pembagian kiprah dalam kelompok/ gabungan kelompok dalam organisasi kelompok/ gapoktan perlu dibuatkan seci seci, sekertaris dan bendahara. s3ki bertugas dalam menjalankan salah satu kegiatan dari kelompok/ gabungan kelompok seperti seci pemasaran, seci sarana produksi, seci simpan pinjam dan lainnya. Sekretaris bertugas menjalankan fungsi manajemen kelompok dan bendahara bertugas menjalankan pembukuan keungan kelompok/gapoktan, cara pencatatan manajemen dan pembukuan keuangan dijelaskan dalam pecahan yang lain.
3. Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usahataninya memimpin pelaksanaan kegiatan untuk usahataninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari keluarga. Sebagai seorang manager menggerakkan tenaga memperlancar proses produksi tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh pelaksanaan kegiatan usahatani tersebut. Ketua kelompoktani/ gapoktan sebagai manager dalam kelompoknya memimpin pelaksanaan kegiatan perjuangan kelompok dengan dibantu oleh seluruh pengurus sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan manajemen dan Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan kelompok.
Dalam proses produksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan mirip serangan hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan kelompok/ gapoktan untuk bersama sama menanggulanginya. Dalam pengambilan keputusan pilihan yang dipilih yaitu alternative yang sanggup memperlihatkan keuntungan yang paling menyenangkan sesuai dengan input yang tersedia serta kemungkinan resiko yg timbul akhir pilihan tadi. Makara sekali keputusan diambil,maka pilihan tadi harus dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko yang timbul. Dengan dasar pengalaman masa lalu,maka keputusan yang diambil diharapkan akan membuahkan keberuntungan.
4. Pengawasan
Pengawasan diharapkan dalam melihat apakah dari planning yg telah dilaksanakan tersebut sanggup memenuhi sasaran sasaran yang telah dibentuk atau belum. Apakah teerjadi penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan tersebut, apakah ada faktor-faktor yang tidak sanggup dikontrol dalam proses produksi. Di dalam control perlu diciptakan system control yang tetap, ajeg terhadap planning yg dilaksanakan serta terus dilaksanakan pemantauan tehadap kegiatan perjuangan tani. Hasil juga harus diukur apakah sesuai dengan yang direncanakan.
Dengan cara ini maka dalam system manajemen yang benar selalu ada umpan balik dari control kearah planning yg telah dipilih berdasarkan informasi informasi baru. Pencatatan data dalam suatu pembukuaan yaitu salah satu system control yg perlu dilaksanakan untuk digunakan sebagaai umpan balik yg berkesinambungan tanpa data,suatu bisnis sanggup diibaratkan mirip kapal tanpa kompas. Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan biar usahatani sanggup berhasil dengaan baik.
2.5 Faktor Sosial Dan Komunikasi Petani Dalam Berusahatani
Di dalam pembagian terstruktur mengenai usahatani, ada pembagian kategori berdasarkan pola usahatani, tipe usahatani, struktur usahatani, bentuk usahatani dan corak usahatani. Dalam modul ini, akan ditekankan pada corak usahataninya lantaran sangat erat hubungannya dengan faktor dan kiprah sosial yang dihadapi oleh seorang petani. Corak usahatani diukur berdasarkan kriteria antara lain :
a. Nilai umum (sikap dan motivasi),
b. Tujuan produksi,
c. Pengambilan keputusan,
d. Tingkat teknologi serta derajat komersialisasi dari produksi dan input usahataninya,
e. Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan,
f. Pendayagunaan lembaga,
g. Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani serta tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi.
Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani yaitu pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani wacana corak usahatani, bagaimana petani menentukan kombinasi pembudidayaan tumbuhan dengan ternak, teknik dan taktik apa yang harus diterapkan. Dalam pengambilan keputusan di dalam berusahatai, petani tidak sendiri, petani butuh seseorang baik sesama petani ataupun penyuluh bahkan tumpuan kelompok untuk tetapkan pilihan. Petani juga makhluk sosial, sehingga petani perlu berinteraksi sosial, untuk mendapat pengetahuan dan pemanis ketrampilan. Dengan interaksi sosial, maka berlangsunglah proses sosialisasi. Sosialisasi yaitu proses interaksi sosial melalui bagaimana kita berfikir, berperasaan dan berperilaku sehingga sanggup berperan serta secara efektif dalam masyarakat. Proses interaksi sosial memerlukan komunikasi baik itu verbal maupun tertulis.
Komunikasi juga merupakan proses, bisa proses komunikasi primer yaitu secara eksklusif tanpa derma alat, dengan bahasa, gerakan yang diberi arti khusus, aba-aba, dan sebagainya, bisa proses komunikasi sekunder, berlaku dengan memakai alat biar sanggup melipatgandakan jumlah akseptor pesan / amanat, yang berarti pula mengatasi hambatan-hambatan geografis (lewat radio, televisi) serta kendala waktu (lewat buku, telepon, radio). Suatu jaringan komunikasi baik tradisional maupun modern sangatlah penting di tingkat petani berkaitan dengan aktifitas berusahataninya secara pribadi, kelompok maupun komunikasi sosial budaya.
Sebelum proses sosialisasi terjadi di masyarakat pertanian, interaksi sosial akan terlebih dahulu terjadi di keluarga tani tersebut. Dengan banyak sekali topik, keluarga, ekonomi, kegiatan usahatani, tetangga, dan lain-lain. Selain keluarga dan masyarakat tani, petani berinteraksi juga dengan kelembagaan baik itu formal maupun non formal, dengan tujuan yang berkaitan dengan peningkatan sosial ekonomi keluarga petani.
BAB III
PEMBAHASAN
(Manajemen Usahatani Padi)
3.1.Varietas Dan Kebutuhan Benin
Pergiliran varietas harus dilaksanakan guna memperpanjang sifat ketahanan suatu varietas atas serangan hama dan penyakit tertentu. Hama dan penyakit utama mirip wereng coklat, virus tungro, kuman hawar daun atau kresek ( Xanthomonas capetris sp ) dan bias ( Pyricularia oryzae) dikendalikan dengan penerapan pergiliran varietas. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan varietas di wilayah hamparan tertentu :
a. Varietas umur sedang 120 hari - 130 hari, biar tidak mengganggu pola tanam.
b. Benih bermutu baik dengan daya tumbuh > 90"/>, adonan varietas lain (cvl) kurang dari 1%. Benih berasal dari produsen yang sanggup dipercaya.
c. Kebutuhan benih 30 - 35 kg/ha untuk cara pindah dan jajar legowo 35 - 40 kg/ha.
d. Di daerah endemis serangan penyakit tungro sanggup dipilih varietas Memberamo, IR-66, dan IR-74.
e. Di daerah endemis serangan wereng coklat sanggup dipilih varietas : Memberamo, Digul, Barumun, Way Apo Buru, Widas dan Ketonggo (ketan).
f. Di daerah endemis penyakit hawar daun kuman dianjurkan memakai varietas : Way Apo Buru, Krueng Aceh, Memberamo, Cilosari, Cibodas, Maros dan Widas.
g. Memberamo lebih sesuai ditanam pada ekspresi dominan hujan II (MH II) atau ekspresi dominan gadu (MK I). Bila terpaksa ditanam pada ekspresi dominan hujan, takaran N yang dianjurkan yaitu 200 kg Urea dengan pengairan terpola atau terputus-putus.
h. Untuk daerah yang tidak terjadi dilema serangan hama dan penyakit varietas yang dipilih : IR-64, Way Apo Buru dan Widas pada MH, pada MK71 varietas Memberamo, Widas/Way Apo Buru.
i. Sawah tadah hujan sanggup ditanam varietas Grata, Way Rarem, Towuti, IR-64 dan IR-36.
3.2. Pesemaian Dan Bibit
Yang harus diperhatikan dalam membuat pesemaian biar diperoleh bibit yang sehat/kuat antara lain yaitu:
a) Untuk setiap 1 hektar pertanaman padi, area pesemaian yang disiapkan seluas 5% (1/20-nya).
b) Pesemaian dibentuk pada area yang gampang di airi, dan tidak di area bekas serangan tungro dan penggerek batang.
c) Hindarkan pembuatan pesemaian erat lampu biar tidak menarik hama wereng dan penggerek batang.
d) Benih di rendam selama 24 jam dan diperam selama 24 jam.
e) Untuk daerah endemis serangan wereng coklat, benih sebaiknya diperlakukan dengan cara dicampur dulu dengan insektisida fipronil sebelum disemaikan.
f) Pemupukan pesemaian dengan 10 kg Urea + 5 kg SP-36 + KCi 3 kg setiap 500 m2 diberikan 5 hari sesudah tabur benih.
g) Untuk mencegah serangan wereng coklat, benih dicampur dulu dengan insektisida fipronil (Regent 50 SC).
h) Pencegahan serangan penggerek batang dan tungro, pesemaian disemprot dengan penaburan insektisida karbofuran 20 gr/10 m2 atau insektisida lain bila dijumpai serangga penular.
i) Bibit dipindahkan pada umur 25 - 28 hari.
j) Penanaman pada lahan yang P" > 6,5 atau diperkirakan kahat Zn, bibit sebelum ditanam supaya dicelup dalam larutan 2% Zn S04 selama 2 menit.
k) Bibit yang memperlihatkan tanda-tanda penyakit tungro (warna daun kuning kemerahan dan kaku) atau adanya tanda-tanda ganjur tidak ditanam.
3.3. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mendapat media tumbuh yang baik bagi tanaman, dan juga berfungsi sebagai tindakan pengendalian gulma. Anjuran pengolahan tanah sebagai berikut:
a) Dianjukan menambah 2-5 ton/ha materi organik (pupuk sangkar / kompos ) diberikan sebelum pengolahan tanah I, terutama pada tanah yang kadar materi organiknya rendah.
b) Tanah berat dibajak dua kali, arah bajakan membentuk garis silang tegak lurus, kedalaman bajak 15 - 20 cm. Tanah ringan pembajakan dilakukan satu kali dan digaru satu kali pada kedalaman sekitar 25 cm.
c) Untuk melumpurkan dan meratakan tanah, tanah dirotari dan di "gelebek" satu atau dua kali. Bila tidak terdapat rotari bisa dicangkul atau dilakukan penggaruan.
d) Gulma dan sisa tumbuhan diambil dan disingkirkan dari petakan sawah.
e) Untuk keserempakan dikala tanam, waktu yang diharapkan dikala pengolahan tanah pertama hingga lahan siap tanam sekitar 2 minggu.
3.4. Penanaman
Penanaman sanggup dilakukan dengan sistem pindah biasa atau JAJAR LEGOWO
a) Saat tanam diupayakan seserempak mungkin, dalam suatu hamparan seluas + 50 ha diusahakan selesai sekitar 10 hari.
b) Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan memakai garetan atau "blak" yang telah ditentukan jarak tanamnya.
c) Jarak tanam :
- Tapi biasa : 18cm x 18cm ; 20cm x 18cm ; 20cm x 20cm, 2-3 bibit/rumpus.
- Jajar legowo : 40 cm x ( 20 cm x 10 cm ), jarak antar barisan berselang
-seling 40cm dan 20cm, jarak dalam barisan l0cm, 2-3 bibit/ rumpus.
3.5. Penyiangan
a) Penyiangan secara manual atau memakai "osrok"/ landak.
b) Penyiangan sanggup dilakukan secara kombinasi dengan herbisida dan tangan, dengan teknik sebagai berikut:
ü Penyemprotan herbisida purna tumbuh pada umur±15 hari, takaran 2 – 3 It/ha atau berdasarkan petunjuk. Contoh herbisida Saturn-D, Ally, Rumpass, Agroxon, Ronstar dll.
ü Penyiangan pada umur _+ 30 hari bisa memakai tangan atau "osrok".
3.6. Pemupukan
a) Dosis pupuk Urea 250-300 kg/ha, diberikan 2 kali umur 1/2 takaran pada 8-14 hari sesudah tanam (HST) dan ½ takaran pada dikala primordia (45 hst). Pada tanah porus Urea diberikan tiga kali yaitu pada umur ± 15 hst, + 28 hst dan 42 hst, masing-masing 1/3 takaran Urea.
b) Dosis pupuk P dan K ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah yaitu takaran SP-36 50-100 kg dan KCI 50-75 kg/ha.
c) Saat ini di pasar bebas telah beredar pupuk alternatif, selain pupuk standar mirip Urea, SP-36 dan KCI.
d) Lebih jelasnya takaran pemupukan N, P dan K maupun pupuk alternatif tumbuhan padi sanggup di konsultasikan dengan PPL/BPP setempat.
3.7. Pengairan
a) Usahakan pengelolaan air seefisien mungkin, biar penggunaan air lebih ekonomis sehingga areal yang diairi lebih luas.
b) Sistem pengairan terputus (diairi 4-6 hari sekali) memperlihatkan hasil yang sama dengan pengairan tergenang terus menerus dan sanggup menekan populasi hama dan penyakit.
3.8. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit utama tumbuhan padi mirip tikus, wereng, penggerek batang dan penyakit tungro, sbb:
a. Pengendalian tikus
1. Pengendalian tikus dengan bubu dilakukan seawal mungkin, yaitu pada dikala pengolahan tanah hingga panen. Pemasangan bubu dipesemaian maupun dipertanaman merupakan salah satu cara menekan populasi tikus.
2. Pengendalian dengan racun tikus, terdapat dua macam racun yaitu racun akut ( sangat beracun, membunuh tikus dengan cepat3.
3. Pengumpanan dengan racun akut efektif dilakukan pada dikala bera menjelang ekspresi dominan hujan, pada dikala itu sumber masakan tidak tersedia.
4. Saat pertumbuhan vegetatif umpan diletakkan di pematang dengan jarak ± 50 m antar lokasi umpan.
5. Pada fase bunting, umpan diletakkan pada petak sawah sejauh satu meter dari pematang.
6. Saat padi berbunga hingga panen, tikus sedang bunting atau beranak, pengemposan dengan asap sulfur atau karbit merupakan cara yang efektif. Pemasangan umpan pada fase ini tidak efektif, lantaran sumber masakan melimpah.
b. Pengendalian Werenf Coklat
1. Tanam serempak, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu.
2. Laksanakan pergiliran varietas.
3. Setiap varietas jangan ditanam lebih dari 2 kali berturut-turut dalam setahunnya, selingi dengan palawija.
4. Pembuatan pesemaian dan penyediaan bibit sehat.
5. Hindarkan pemupukan N (Urea) berlebihan. Pupuk. K (KCI) sanggup mengurangi keparahan akhir serangan hama wereng.
6. Pada tumbuhan terserang, keringkan petakan 3 - 4 hari. Segera sesudah panen tunggul jerami di bakar dan di bajak.
7. Apabila dalam pengamatan ditemukan lebih dari 5 ekor wereng dikala tumbuhan berumur kurang 40 hari, dan lebih dari 20 ekor wereng pada tumbuhan berumur lebih dari 40 hari. Tanaman disemprot dengan insektisida mirip Applaud, Regent 50 SC, Confidor 5 WP, atau Winder 25 WP.
c. Penyakit Tungro
1. Segera sesudah panen tanah dibajak biar singgan tidak tumbuh. Tanam seawal mungkin secara serempak.
2. Pergiliran tumbuhan padi - padi - palawija.
3. Gunakan varietas tahan tungro mirip Mamberamo, IR-66, dan IR-74.
4. Mencabut tumbuhan yang terserang.
5. Pengendalian secara kimiawi dilakukan semenjak di pesemaian dengan insektisida karbofuran (Furadan, Curater dll), atau dengan Confidor 5 WP.
d. Penggerek Batang.
1. Sampai dikala ini tidak ada varietas padi yang tahan terhadap penggerek batang. Lakukan tanam serempak.
2. Memotong jerami serendah mungkin dan di bakar.
3. Hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K sanggup mengurangi keparahan akhir serangan penggerek batang.
4. Segera sesudah panen tunggul jerami dibakar dan dibajak.
3.9. Pasca Panen dan Penjualan Hasil
Penanganan pasca panen mirip cara perontokan, cara dan alat pengeringan masih dilaksanakan secara konvesional, perontokan 60 – 100 persen secara manual (digebot), pengeringan 20-60 persen pada lantai bata merah. Sehingga diduga kehilangan produksi yang terjadi relatif masih tinggi. Perlakuan tersebut juga terkait erat dengan sistim penjualan hasil, pada lokasi teladan sebagian besar kelompok tani teladan menjual gabahnya dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP)(93-100 persen). Juga penjualan gabah dilakukan kepada tengkulak (67-100 persen), kecuali pada petani bukan kelompok ada 6,6 persen yang menjual gabah kepada KUD, itupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Bahkan sekitar 10 persen dari petani yang diteliti melaksanakan sistim penjualan hasil dengan cara ”tebasan”, salah satu pertimbangan mereka yaitu untuk menghemat biaya panen (bawon) yang bisa mencapai antara 8-12 persen dari total nilai produksi.
Pada petani bukan kelompok masih terdapat petani yang menyimpan di gudang gabah khusus (13,3 persen), dan yang menyimpan dalam karung relatif lebih tinggi dibanding dua kelompok lainnya (40 persen). Hal ini di samping lantaran lokasi kelompok ini lebih jauh dari aksesibilitas jalan (remote), sehingga penawaran gabah para pedagang terhadap petani relatif lebih rendah, lantaran pedagang harus memperhitungkan biaya angkut, sehingga petani pada kelompok ini lebih bahagia menyimpan gabah dan hal ini sudah terbiasa semenjak lama, juga pola pikir petani untuk selalu ingin menjual gabah lebih sedikit dibanding dengan dua kelompok yang sudah lebih maju.
a. Analisis Produktivitas
Analisis produktivitas usahatani padi dari dilakukan dengan memakai 2 (dua) pendekatan, yaitu produktivitas parsial (produksi per hektar) dan produktivitas faktor total dengan ukuran angka indeks TFP (Total Factor Productivity). Produktifitas total faktor produksi yaitu ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai satu kesatuan faktor produksi agregat dalam menghasilkan output secara keseluruhan (output agregat) ( Chamber, 1988).
Dalam membandingkan produktivitas total faktor produksi dasar pembandinya yaitu adalah usahatani padi yang menerapkan pertanian konvensional. Dalam studi TFP empiris, formula yang sering digunakan untuk membandingkan produktivitas faktor total (PFT) digunakan indeks Fisher dengan memakai Program TFPIP Versi 1.0.
b. Analisis Pendapatan
Pendapatan usahatani yaitu selisih antara total penerimaan (Total Revenue) dengan biaya yang benar-benar dibayarkan. Guna mengetahui pendapatan usahatani padi digunakan rumus matematis sebagai berikut :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk menjamin kondisi yang aman bagi petani dalam melaksanakan usahatani, maka pemerintah perlu terus memantau terhadap spekulasi-spekulasi yang sanggup mengganggu sistem usahatani padi, baik yang menyangkut ketersediaan sarana produksi (pupuk, benih, pestisida) maupun pasar output dan menegakan supremasi hukun dengan tegas kepada setiap pihak yang mencoba melaksanakan instabilitas sistem tersebut.
Jaminan pemasaran hasil-hasil pertanian, sepertinya suatu kondisi yang sangat diharapkan oleh petani. Oleh lantaran itu kebijaksanaan pemerintah yang lebih bijaksana terhadap komoditi pertanian masih tetap diperlukan. Kebijaksanaan tidak saja hanya menjamin harga dan pemasaran, tetapi juga mengkondisikan biar sistem agribisnis pertanian menjadi kondusif, baik semenjak jaminan ketersediaan faktor input mirip pupuk, pestisida, benih, pasar output, alat pertanian dll.
4.2 Saran
Motivasi Terhadap Program Intensfikasi
Hampir semua petani (100 persen) menyatakan bahwa urutan pertama sumber pengetahuan petani yaitu dari petugas penyuluhan (PPL) dan urutan kedua yaitu dari sesama petani (60-93 persen) dan urutan ketiga yaitu pengikuti aktivitas pemerintah (60-80 persen). Dengan demikian sanggup diartikan bahwa betapa masih diperlukannya adanya kehadiran penyuluh bagi peningkatan penyuluhan pertanian di pedesaan. Namun yang perlu dipertanyakan sejauh mana efektivitas penyampaian penemuan sanggup diadopsi oleh petani. Dari informasi yang diperoleh dari para penyuluh, bahwa pada dikala ini yang bersamaan dengan masa reformasi petani lebih mempunyai kebebasan untuk menentukan dan mengevaluasi materi yang disuluhkan. Tetapi dengan adanya pernyataan bahwa sumber pengetahuan itu berasal dari sesama petani, berati proses menggandakan sesudah mempunyai keyaninan dari penemuan yang disuluhkan masih menempel pada diri petani. Oleh lantaran itu metoda penyuluhan dengan media ”demfarm” tampaknya diharapkan kembali.
Peranan Institusi Penunjang
Menginformasikan bahwa lembaga penunjang yang masih dirasakan menunjang bagi petani yaitu lebaga finansial kredit yaitu BRI, walaupun hanya menyatakan sebagian petani 13-40 persen sebagai sumber kredit pertanian, dan 20 persen sebagai sumber kredit non pertanian. Sedangkan KUD hanya bisa dirasakan oleh petani dalam kegiatan pengadaan saprotan (6-50 persen), padahal cita-cita KUD hendaknya bisa membeli produksi dengan harga yang menjamin keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2012.Manajemen usahatani (aciknadzirah.blogspot.com/search?q=pengembangan-sdm-pertanian-dalam), diakses tgl. 27 september 2012.
Anonymouse. Manjemen Usahatani. (Online),(http://www.go.id/ditsentp/kebijakan/ fokus-kebijakan.htm), diakses tgl. 01 Oktober 2012.
Shinta, A. 2012. Ilmu Usahatani. Malang : Universitas Brawijaya.
Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Suratiyah, K., 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Cimanggis-Depok. Indonesia.
Sumber http://kickfahmi.blogspot.com