TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
“ Metode Konservasi Erosi Pada Lahan Das Cisadane”
I PENDAHULUAN
Daerah ajaran Sungai Cisadane pecahan hulu merupakan daerah resapan air yang berperan penting sebagai sumber air higienis dan air irigasi untuk kawasan hilir (Jabodetabek). Daerah hulu mempunyai curah hujan yang tinggi (3.500 – 4.000 mm/tahun), tanah parus dan peka terhadap erosi.
Jabodetabek merupakan tempat yang kegiatan pembangunannya sangat pesat, yang merupakan sentral perekonomian dan perdagangan nasional. Kawasan sekitarnya termasuk hulu DAS Cisadane merupakan daerah hinterland, yang memasok kebutuhan terutama dari hasil pertanian, sehingga eksploitasi lahan untuk pertanian semakin besar. Seringkali dalam praktek budidaya pertanian hanya menekankan aspek ekonomi, kurang mengindahkan aspek konservasi tanah dan bahkan lahan-lahan yang dijadikan budidaya pertanian pada daerah yang sangat curam, yang seharusnya hanya peruntukan hutan. Kondisi inilah yang menjadikan abrasi tanah semakin tinggi.
Menurut Schwab.G.O, et al (1981) abrasi menjadikan tidak hanya tanah yang hilang, tetapi nutrient tanaman, materi organic, dan partikel tanah yang halus juga akan berkurang dari tanah aslinya. Dalam jangka panjang abrasi akan menurunkan produktivitas pertanian dan menjadikan sedimentasi dalam sungai, waduk atau danau, dan meningkatkan banjir dan kekeringan.
Laju abrasi tanah ini menjadi kritis bila laju pembentukan tanah lebih kecil, semakin besar perbedaan antara abrasi potensial ini dengan pembentukan tanah maka semakin kritis kondisi lahan tersebut. Menurut Wischmeier dan Schmidt dalam Arsyad (1989) faktor yang mempengaruhi abrasi tanah yakni curah hujan, kelerengan lahan, karakteristik tanah, vegetasi epilog dan pengolahan lahan. Faktor-faktor ini yang gampang diubah yakni faktor lereng, vegetasi epilog dan pengolahan lahan.
Jadi untuk memperkecil abrasi tanah sanggup dilakukan dengan cara memperkecil imbas factor lereng, yaitu dengan membagi-bagi lereng manjadi bagian yang lebih kecil, sehingga kemiringan dan panjang akan berkurang (teras sering). Sedangkan untuk memperkecil imbas faktor vegetasi epilog tanah dapat dilakukan antara lain, dengan pola tanam yang mengkombinasikan tumbuhan musiman dan tahunan, pelindung tanah dari percikan air hujan dengan sisa-sisa tanaman/rumput, dan penanaman sejajar garis kontur.
Sifat tanah sanggup diperbaiki sebagai upaya pengendalian abrasi tapi memerlukan waktu yang cukup usang yakni dengan memperbaiki struktur tanah agar lebih remah, meningkatkan kandungan materi organik dan permeabilitas tanah. Pengolahan tanah dan penambahan materi organik akan memperbaiki tata air dan tata udara tanah, meningkatkan ruang pori total, memperbaiki agregat tanah sehingga meningkatkan kemampuan tanah untuk mengalirkan air dan udara dalam tanah. Permeabilitas yang tinggi sanggup menurunkan daya air untuk mengerosi permukaan tanah.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa besar abrasi yang terjadi di DAS Cisadane pecahan hulu dan bagaimana cara mengendalikannya. Informasi ini penting sebagai contoh dalam rangka pengelolaan DAS Cisadane khususnya pecahan hulu.
II KARAKTERISTIK DAN PERMASALAHAN KERUSAKAN LAHAN
Pengamatan terhadap faktor tumbuhan dan pengelolaan lahan dilakukan secara pribadi pada lokasi pengambilan contoh tanah. Pada umumnya, daerah hulu DAS Cisadane dimanfaatkan untuk lahan pertanian tanpa memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air. Nilai CP tinggi terjadi pada plot contoh S1 dan S10. Pada S1, lahan dengan kemiringan > 50 % ditanami jagung tanpa tindakan pengendalian abrasi semisal guludan dan teras. Hal ini menjadikan laju ajaran permukaan semakin cepat alasannya tidak ada pecahan penahan aliran.
Erosivitas Hujan
Indeks erosivitas hujan tinggi memperlihatkan bahwa curah hujan berperan cukup besar terhadap nilai potensi abrasi tanah. Energi pukulan butir-butir hujan memainkan tugas dalam proses penglepasan partikel tanah dan abrasi alasannya ajaran permukaan. Karakteristik hujan yang mempunyai imbas terhadap abrasi mencakup jumlah hujan, intensitas dan lamanya hujan. Secara umum karakteristik hujan di DAS Cisadane baik jumlah hujan maupun intensitasnya termasuk tinggi sehingga mempunyai imbas yang besar terhadap erosi.
Erodibilitas Tanah
Sifat tanah yang mempengaruhi nilai erodibilitas yakni permeabilitas, tekstur, struktur dan materi organik tanah. Hasil analisis tanah memperlihatkan bahwa erodibilitas tanah di DAS Cisadane hulu bervariasi mulai dari rendah hingga tinggi (Tabel 3). Plot contoh yang mempunyai nilai erodibilitas tertinggi yakni S1 dan S3, yaitu sebesar 0.51. Hal ini memperlihatkan kedua plot contoh tersebut peka terhadap erosi, bila dibandingkan dengan plot contoh lainnya. Nilai erodibilitas S1 tinggi alasannya kandungan materi organik rendah dan struktur tanah halus serta permeabilitas tinggi. Sedangkan pada S3 strukturnya lebih berangasan dan materi organik lebih besar, tetapi permeabilitas rendah. Lebih lengkapnya hasil analisa contoh tanah disajikan pada Tabel 4.
Menurut Baver (1956) dalam Suripin (2004) kepekaan tanah terhadap abrasi ditentukan oleh gampang tidaknya butir-butir tanah didispersikan dan disuspensikan oleh air, permeabilitas dan ukuran butir tanah yang memilih gampang tidaknya terangkut oleh air. Oleh alasannya itu tanah dengan agregat yang gampang didispersikan oleh air (kandungan materi organik rendah) dan permeabilitas kecil serta ukuran butir-butir tanah halus, akan peka terhadap abrasi (erodibilitas besar).
Tanaman dan Pengelolaan Lahan
Pengamatan terhadap faktor tumbuhan dan pengelolaan lahan dilakukan secara pribadi pada lokasi pengambilan contoh tanah. Pada umumnya, daerah hulu DAS Cisadane dimanfaatkan untuk lahan pertanian tanpa memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air. Nilai CP tinggi terjadi pada plot contoh S1 dan S10. Pada S1, lahan dengan kemiringan > 50 % ditanami jagung tanpa tindakan pengendalian abrasi semisal guludan dan teras. Hal ini menjadikan laju ajaran permukaan semakin cepat alasannya tidak ada pecahan penahan aliran. Begitu juga pada plot contoh S10 penanaman di lahan dengan kemiringan curam, tanpa tindakan konservasi.
III STRATEGI KONSERVASI
A. Konservasi secara Agrnomis
Metode agronomis atau biologi yakni memanfaatkan vegetasi untuk membantu menurunkan abrasi lahan. Konservasi tanah dan air secara vegetatif yakni penggunaan tumbuhan atau flora dan sisa tumbuhan dengan cara sedemikian rupa sehingga sanggup mengurangi laju abrasi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan daya rusak ajaran permukaan. Konservasi tanah dan air secara vegetatif ini sanggup dilakukan dengan banyak sekali macam cara:
1. Tanaman Penutup Tanah
Tanman epilog tanah yakni tumbuhan yang sengaja ditanam untuk melindungi tanah dari erosi, menambah materi organik tanah, dan sekaligus meningkatkan produktifitas tanah.
2. Pertanaman dalam Strip
Pertanamn dalam strip (strip cropping) yakni cara cocok tanam dengan beberapa jenis tumbuhan ditanam berselang-seling dalam strip-strip dalam sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau garis kontur. Tanamn yang ditanam biasanya tanamn pangan atau tumbuhan semusim diselingi dengan tumbuhan epilog tanah yang tumbuh dengan cepat
.
3. Pertanaman berganda
Pertanaman berganda (multiple croping) mempunyai kegunaan untuk meningkatkan produktifitas lahan sambil menyediakan perlindungan tanah dari erosi. Sistem ini sanggup dilakukan dengan baik dengan cara pertanaman beruntun (squential cropping); tumpang sari (inter croping); atau tumpang gilir (relay croping).
3. Pertanaman berganda
Pertanaman berganda (multiple croping) mempunyai kegunaan untuk meningkatkan produktifitas lahan sambil menyediakan perlindungan tanah dari erosi. Sistem ini sanggup dilakukan dengan baik dengan cara pertanaman beruntun (squential cropping); tumpang sari (inter croping); atau tumpang gilir (relay croping).
4. Penggunaan Mulsa
Mulsa yakni sisa-sisa tanamn (crop residues) yang ditebarkan diatas permukaan tanah. Keuntungan penggunaan mulsa dari segi konservasi anara lain; Mengurangi laju abrasi dari hantaman air hujan, mengurangi volume dan kecepatan ajaran permukaan, memelihara temperatur dan kelembaban tanah, meningkatkan kemantapan struktur tanah, meningkatkan kandungan materi organik tanah, mengendalikan tumbuhan pengganggu.
5. Penghutanan Kembali
Reboisasi yakni cara yang cocok untuk menurunkan abrasi dan ajaran permukaan, terutama jikalau dilakukan pada daerah hulu daerah tangkapan air untuk mengatur banjir.
B. Konservasi Secara Mekanis
Dalam hal ini, konservasi secara mekanis mempunyai fungsi:
1. Memperlambat ajaran permukaan
2. Menampung dan mengalirkan ajaran permukaan sehingga tidak merusak
3. Memperbesar kapasitas infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah
4. Menyediakan air bagi tanaman
5. Membuat bendungan atau DAM
Adapun perjuangan konservasi tanah secara mekanis antara lain meliputi:
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yakni manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk membuat kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
b. Pengolahan Tanah Menurut Kontur
Penanaman dan pengolahan tanah berdasarkan garis kontur sanggup mengurangi abrasi hingga 50% dibandingkan dengan pengolahan tanah dan penanaman berdasarkan lereng (up-and-down).
c. Guludan
Guludan merupakan tumpukan tanah (galengan) yang dibentuk memanjang memotong kemiringan lahan. Fungsi guludan ini yakni untuk menghambat ajaran permukaan, menyimpan air dibagian atasnya , dan untuk memotong panjang lereng. Tinggi tumpukan berkisar antara 25-30 cm dengan lebar dasar 25-30 cm. Jarak antara guludan bervariasi bergantung pada kecuraman lereng, kepekaan tanah terhadap erosi, dan erosivitas hujan.
d. Terras
Terras yakni timbunan tanah tang dibentuk melintang atau memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap ajaran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang mantap atau engan kecepatan yang tidak erosive. Dengan demikian memungkinkan terjadinya absorpsi air dan berkurangnya erosi.
e. Saluran Pembuangan Air
Untuk menghindari terkonsentrasinya ajaran permukaan disembarang tempat, yang akan merusak dan membahayakan tanah yang akan dilewatinya, maka perlu dibuatkan jalan khusus berupa susukan pembuangan air (waterways). Sehingga tujuan utama pembangunan waterways yakni untuk mengarahkan dan menyalurkan air permukaan dengan kecepatan yang tidak erosif ke lokasi pembuangan air yang sesuai. Saluran pengelak dibentuk dibagian atas lereng dari lahan pertanian, berfungsi untuk menangkap air yang mengalir dari lereng diatasnya dan menyalurkan kesaluran berumput.
d. Pembuatan DAM atau bendungan pengendali.
DAM penghambat (check dam), balong/waduk, rorak dan tanggul merupakan bangunan-bangunan yang sanggup dipergunakan sebagai metoda mekanik dalam konservasi tanah dan air. Bangunan tersebut selain mengurangi jumlah dan kecepatanaliran permukaan juga memaksa air masuk ke dalam tanah yang akan menambah atau mengganti air tanah adan air bawah tanah.
C. Konservasi Secara Kimiawi
Metode kimia yakni tindakan atau perlakuan kepada tanah semoga terjadi peningkatan kemantapan agregat tanah atau struktur tanah, dengan jalan memperlihatkan preparat-preparat kimia tertentu yang sanggup memperkecil kepekaan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah. Salah satu cara yang dipakai dalam metode kimia yakni dengan pemakaian materi pemantap tanah (Soil Conditioner). Tujuanya untuk meperbaiki keadaan atau sifat fisik tanah dengan memakai bahan-bahan kimia baik secara buatan atau alami.
IV KESIMPULAN
Erosi tanah di DAS Cisadane pecahan hulu sudah memperlihatkan pada tingkat yang kritis dengan indeks ancaman abrasi tergolong sangat berat dan bila kondisi ini dibiarkan maka akan menurunkan kesuburan tanah, sedimentasi di sungai, dan meningkatnya banjir dan kekeringan. Tetapi bila dilakukan pengendalian abrasi dengan cara vegetatif dan mekanik akan menurunkan abrasi hingga diatas 70%.
Sumber http://kickfahmi.blogspot.com