Mikoriza ialah suatu bentuk kekerabatan simbiosis mutualistik antara cendawan (mykes) dan perakaran (rhiza) flora tingkat tinggi. Cendawan mikorizamenyerang sistem perakaran , tapi dalam hal ini cendawan tidak merusak inangnya melainkan memberi suatu keuntungan. Begitujuga cendawan mendapat karbohidrat dan faktor pertumbuhan lainnya dari tumbuhan inang.
v Tipe-Tipe Mikoriza
Berdasar struktur badan dan cara infeksi terhadap tumbuhan inang sanggup dibedakan menjadi:
Ektomikoriza
Akar yang kena infeksi biasanya membesar dan bercabang serta rambut-rambut akar tidak diketumukan. Hifa tidak menyerang sel tetapi hanya berkembang diantara dinding sel jaringan korteks. Rhizomorphs berfungsi sebagai alat yang efektif untuk peresapan unsur hara dan air. Akar ditutupi seluruhnya oleh miselia yang biasa disebut dengan “fungal sheat” (mantel).
Endomikoriza
Perakaran yang terena infeksi tidak membesar. Hifa menyerang kedalam individu sel jaringan korteks. Cendawan membentuk struktur lapisan hifa tipis pada permukaan akar, tetapi tidak setebal mantel pada ektomikoriza. Spesies yang terkenal ialah Glomus mosseae (Endogene mosseae).
Ektendomikoriza
Ektendomikoriza merupakan suatu bentuk intermediat antara ekto dan endomikoriza. Adanya selubung tipis berupa jaringan Hargtig. Terdapat hifa tebal intraseluler yang menggelembung. Kadang-kadang selubung tesebut hilang. Hifa sanggup menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteksnya. Penyebaran terbatas dalam tanah-tanah hutan yakni hanya dijumpai pada akar-akar pohon hutan yang secara normal berektomikoriza
v Teori-Teori Pembentukan Mikoriza
Teori Humus dan Mineral
Teori humus ini menyampaikan bahwa mikorizan ialah organ-organ yang bekerjasama dengan pemanfaatan humus hutan. Sedangkan teori garam mineral mengemukakan tumbuh-tumbuhan yang tidak ma mpu menyerap sebagianbesargaram-garam mineral karenaterbatasnya sistem perakaran dan tersedianyaunsur-unsur hara akan membentuk asosiasi mikoriza.
Teori Karbohidrat Bjorkman
Dalam teori ini dikemukakan bahwa pembentukan mikoriza sangat tergantung pada tersedianya karbohidrat-karbohidrat sederhana yang berlebihan didalam akar tumbuhan.
Teori Faktor “M”
Dari hasil studinya perihal pembentukan jamur mikoriza pada potongan-potongan akar pinus sylvestris ia berkesimpulan bahwa akar-akar pinus sanggup mengeluarkan satu atau lebih metabolit yang sanggup merangsang pertumbuhan yaitu faktor “M”.
v Peranan Hormon Pertumbuhan Dalam Pembentukan Ektomikoriza
Sejumlah zat yang dikeluarkan oleh myselia jamur-jamur menyebabkan bengkakan akar pendek. Slankins (1971) menjelaskan bahwa keadaan fisiologis dalam akar-akarmikoriza ialah salah satu darifaktor kondisi yang mempengaruhi pembentukan kekerabatan simbiosis. Untuk mempertahankan keadaan fisiologis yang kusus ini, jamurharus sanggup menyediakan anutan auxin yang berkesinambungan kepada akar-akar keil yang yang terinfeksi dan dosisnya harus sempurna sehingga terbentuk struktur morfologi yang khas.adanya konsentrasi N yang tinggi sanggup menyebabkan terhentinya simbiosis , keadaan ini oleh Sankins dihipotesakan bahwa pembentukan struktur Mikoriza yakni terbentuknya suatu keadaan fisiologis yang khas, dkendalikan oleh N melalui suatu interaksi jamur dengan Auxin.
v Manfaat Dari Mikoriza
Meningkatkan peresapan unsur hara
Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan
Tahan terhadap seranganpatogen akar
Mikoriza sanggup memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuhan
v Manfaat Lain:
Mikoriza sanggup menggantkan sebagian dari kebutuhan pupuk kira-kira 50% dari kebutuhan fosfor, 40% dari kebutuhan Nitrogen dan 25% dari kebutuhan Kalium untuk jenis Leucena leucocepala.
Mikoriza juga mampu mengekstrak Ca, Mg serta beberapa unsur mikro yang biasanya bukan pecahan dari pupuk buatan.
Sekali tumbuhan terinfeksi oleh cendawan mkoriza maka manfaat akan diperoleh selama hidupnya.
Pemakaian mikoriza merupakan keseimbangan ekologi, kondusif dipakai, tidak mencemarillingkungan, dan berperan aktif dalam siklus hara.
v Asosiasi Cendawan Ektomikoriza Dengan Inangnya
Studi biakan murni cendawan ektomikoriza, kebanyakan dari jenis-jenis yang secara teratur sanggup membentuk sporokarp, dengan dmikian jenisnya bisa dikenali. Simbiosis mutualisme antara leguminosa dengan Rhizobium merupakan suatu halyang spesifik ( Specificity), artinya suatu galur Rhizobium yang sanggup berasosiasi dengan suatu jenis pohon leguminosa, belum tentu sanggup berasosiasi atau membentuk bintil akar pada jenis leguminosa lainnya.
Cendawan Cenonoecum graniforme dan Pisolitus tiuctoritus merupakan pola yang kurang spesifik asosiasinya, dimana kedua jenis cendawan ini sanggup berasosiasi dengan banyak jenis dari Gymnospermae dan angiospermae. Jenis cendawan Boletus elegans nmerupakan pola yang paling spesifik asosiasinya yaitu dengan Larix spp.
Adanya spesifitas dan tingkat asosiasi merupakan hal yang penting dalam hubungannya dengan introduksi jenis-jenis ponbhon “exotic” (asing) dalam rangka jadwal reboisasi. Untukitu diharapkan cendewan mikoriza yang cocokdanspesifik untuk menjamin keberhasilan jadwal reboisasi tersebut. Dalam rangka pengembangan dan aplikasi pohon cendawan perlu dilakukan seleksi terhadap jenis-jenis yang cocok dan efektif.
v Fisiologi Cendawan Ektomikoriza
Tidak semua cendawan Ektomikoriza memperoleh karbon dari gulasederhana yang disediakan oleh inangnya. Seperti yang dikemukakan oleh Julich (1981), bahwa pada umumnya cendawan ektomikoriza tumbuh paling baik pada media yang berisi karbohidrat sederhana. Seperti glukosa dan manosa. Walaupun demikan beberapajenis cendawan bisa memakai karbohidrat yang lebih kompleks ibarat alkohol, manitol dan sorbitol serta beberapa poli sakarida tertentu ibarat sukrosa, selubiosa, dan maltosa. Selain gula sederhana.beberapa cendawan ektomikoriza membutuhkan zat tumbuh ibarat vitamin B1 (Thiamin), Biotin dan salah satu dari “moieties”, pirimidin atau thiazole.
v Proses Infeksi dan Pembentukan Ektomikoriza
Ektomikoriza hanya terbentuk pada daerah-daerah khusus yakni di antara ujun akar dan kawasan korteks yang hampir mati. Olehkarena itu inokulasi mikoriza lebih baik dilakukan pada ketika pohon dalam fase semai (anakan). Infeksi dpat terjadikarena adanyapersaingan antara aar yangbermikoriza dengan akar lain didekatnya yang tidak bermikoriza. Infeksi terjadi pada anakan (semai) yang tumbuh pada tanah yang mengandung cendawan mikoriza. Akar yang gres muncul kontak dengan benang-benang hifa, kemudian terjadi penetrasi hifa dan terbentuklahjaringan Hartig.
Terdapat dua pola infeksi yang dilakukan oleh cendawan mikoriza pada akar inangnya yakni pola infeksi primer dan pola infeksi sekunder. Infeksi primer akan tampak pada anakan yang gres ditulari. Pada ketika daun pertama muncul, hifa akan terbentuk padainduk akar dan penetrasi intra seluler akan terbentuk pada ketika protoxilem muncul di dalam xilem.
Proses penetrasi inter-seluler didalam akar sanggup terjadi secara mekanis dan secara kimia. Secara fisik sanggup dilakukan apabila diamter hifa lebih kecil dari pada diameter celah antara dinding sel. Secara kimia sanggup dilakukan apabila diameter hifa sama atau lebih besar ukurannya dari celah-celah dinding sel sehingga akan mengeluarkan suatu enzim yang berfungsi untuk menghancurkan dinding sel supaya hifa sanggup masuk diantara sel.
v Pengambilan Unsur Hara oleh Mikoriza
Suspensi Spora
Teknik penularan mikoriza dengan spora oleh DeLa Cruz (1982) diuraikan sebagai berikut: 2 gram spora kering dicampur dalam 1liter air dan ditambahkan beberapa tetes tween 20. Tiap anakan cukup di inokulasi dengan dua tetes suspensi dari inokulum yang dilakukan pada anakan yang berumur 2 minggu setelah berkecambah. Inokulum diberikan lebih kurang 2 cm bersahabat batang, sedalam 2-3 cm. Akar mikoriza akan terbentuk 2-3 bulan sesudah inokulasi. Dengan cara ini 1000 ml suspensi sanggup menginokulasi sekitar 10.000 anakan. Keuntungan dari metode ini lantaran spora tidak tidak memerlukan perpanjangan fase pertumbuhan dalam fase aseptik.
Kapsul mikoriza
Spora mikoriza kering yang diperoleh dari sporokarps Pisolitus, Rhizopogon dan Scleroderma dicampur dengan tepung kayu dan arang sebagai “carrier” kemudian dimasukkan kedalam gelatin kapsul yang sanggup diperoleh di apotik. Kapsul yang telah diisi dengan spora mikoriza sanggup diinokulasikan eksklusif pada media pot pada ketika penyapihan anakan ke kantong plastik. Inokulasi dengan cara membenamkan kapsul sedalam 2-3 cm dengan jarak kurang lebih 1-2 cm dari batang. Kapsul akan hancur 2-3 hari dan akan melepaskan spora mikoriza, yangkemudian akan berkecambah bersahabat permukaan akar dan infeksi atau terbentuknya mikoriza akan tampak 3 bulan sesudah inokulasi.
MIKORIZA VESIKULA-ARBUSKULA
v Struktur Umum
Mikoriza vesikula-arbuskula sejauh ini merupakan macam mikoriza yang paling banyak dijumpai. Akar yang terinfeksi umumnya tidaknya menunjukkan tanda morfologi yang gampang dikenali ibarat ektomikoriza. Banyak mikoriza vesikula-arbuskula penampilannya tidak berbeda dengan akar-akar yang tidak terinfeksi, yaitu benar-benar tidak berubah bentuk dan mempunyai rambut-rambut akar. mikoriza vesikula-arbuskula mempunyai dua macam organ yang terdapat didalam jaringan akar yang terinfeksi yaitu vesikula dan arbuskula.
Hifa tidak bersekat dari cendawan mikoriza vesikula-arbuskula bercabang-cabang didalam dan diantara sel-sel korteks akar. Hifa ini tidak termasuk ke jaringan stele atau jaringan yang mengandung klorofil. Didalam sel-sel yang diinfeksi dibuat gelung-gelung hifa atau cabang hifa yang kompleks yang dinamakan arbuskula. Sedangkan struktur menggelembung yang dibuat dari interkalar atau apikal sering kali dijumpai pada hifa-hifa utama, strukturini dinamakan vesikula. Kadang-kadang vesikula ukurannya sangat besar dan berdinding tebal, dan mengubah bentuk sel-sel atau ruang-ruang interseluler tempat vesikula itu berkembang umumna vesikula di bentuk sesudah setelah arbuskula. Biasanya vesikula-vesikula menjadi ebih banyak dengan bertambah dewasanya tanaman.
v Penyebaran Mikoriza Vesikula-Arbuskula pada Tumbuhan
Mikoriza vesikula arbuskula terdapat pada kebanyakan Angiospermae, beberapa Gymnospermae, Pteredophyta, dan Bryophyta.Gerdemann mengemukakan ada 14 family yang hampir tidak atau tidak bermikoriza, diantaranya ialah Cruciferea, Chenopodiceae,Caryophyllaceae, Polygonaceae, dan Juncaceae. Kebanyakan flora yang mempunyai nilai ekonomi ibarat Graminaeae dan leguminasae umumnya bermikoriza. Tumbuhan lain yang dilaporkan terinfeksi oleh mikoriza vesikula-arbuskula ialah anggur, apel, bawang, coklat, cowpea, jeruk, kapas, karet, kedelai, kopi, nanas, padi gogo, pepaya, selada, singkong, dan aneka macam umbi pohon hias.
v Cendawan Mikoriza Vesikula-Arbuskula
Cendawan mikoriza vesikula-arbuskula termasuk kedalam famili Endogonanceae, ordo Mucorales, kelas Zigomucetes. Cendawan ini merupakan simbion obligat atau tidak sanggup ditumbuhkan pada medium sintetik yang tidak ada tumbuhan inangnya. Gerdemann dan Trappe mengklasifikasikan cendawan mikoriza vesikula-arbuskula mejadi empat macam genus yaitu Glomus, Gigaspora, Acaulspora, dan Sclerocystis. Dari keempat genus ini telah diketahui 17 spesies yang membentuk mikoriza vesikula-arbuskula, dan jumlah ini bertambah terus dengan bertambahnya spesies dan bahkan genusnya. Klasifikasi diatas di dasarkan pada ciri-ciri bentuk spora dan hifa pembawa, sruktur dinding spora, cara perkecambahan spora, susunan spora didalam sporokarp.
v Pengaruh Mikoriza Vesikula-Arbuskula Terhadap Penyerapan Fosfor Tanaman Dan Pertumbuhan
Mikoriza sangat penting peranannya bagi tumbuhan terutama pada tanah-tanah yang kandungan fosfornya rendah. Adanya perbaikan fosfor yang tersedia di dalam tanah dan jenis tanamannya. Dalam membicarakan prosedur pengambilan unsur hara fosfor oleh tumbuhan bermikoriza ada tiga komonen yang perlu di perhatikan yaitu tanah, tanaman, dan cendawan. Terjadinya peningkatan penerapan fosfor pada tumbuhan yang bermikoriza ini ditentukan oleh (1) spesies tanaman, keperluan tumbuhan akan fosfor dan kemampuan tumbuhan untuk memakai fosfor tanah dengan sebaik-baiknya, (2) kandungan fosfor dalam tanah, (3) infeksi mikoriza yang bergantung pada tumbuhan dan pembiasaan cendawan pada tanah lingkungan, serta (4) efisiensi spesies cendawannya. Semua fosfor diambil apakah melalui simbion ataukah eksklusif oleh akar tumbuhan semuanya memang berasal dari akar tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza memakai sumber fosfor tanah yang sama ibarat akar yang tidak bermikoriza. Namun mikoriza sanggup menyerap fosfor tanah lebih banyak dariakar yang tidak bermikoriza. Percobaan dengan tanah-tanah yang kahat fosfor menunjukkan bahwa tumbuhan bermikoriza sanggup menyerap fosfor 100 kalilebih besar walaupun akarnya hanya dua kali lebih berat dibandingkan dengan tumbuhan bermikoriza.
v Fungsi Lain Mikoriza Vesikula-Arbuskula
Pengambilan hara selain fosfor oleh akar yang bermikoriza sanggup juga bertambah. Penambahan fosfor akan mengurangi jumlah tembaga dan seng yang diserap oleh tanaman. Demikian juga pengambilan belerang akan bertambah pada tumbuhan yang bermikoriza vesikula-arbuskula. Masalah salinitas merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman, tumbuhan yang bermikoriza lebih tahan terhadap salinitas dibandingkan dengan tumbuhan yang tidak bermikoriza.
Tanaman yang bermikoriza mempunyai interaksi yangkhusus dengan patogen. Tembakau yang bermikoriza mendapat serangan Thielaviopsis basicola yang kurang dibandingkan dengan yang tidak bermikoriza. Cendawan mikoriza vesikula-arbuskulamenghambat pembentukan klamidospora patogen baik secara in vivo dan in vitro.
Fungsi lain dai mikoriza vesikula-arbuskula ialah dalam pengendalian pengikisan didaerah berpasir. mikoriza vesikula-arbuskula berkolonisasi sangat efektif pada pasir-pasir. Miselium eksternalnya membentuk agregat, mungkin cendawannya menghasilkan zat perekat yang terdiri dari polisakarida.
v Introduksi Mikoriza Vesikula-Arbuskula
Dalam pengelolaan tanaman, introduksi cendawan mikoriza vesikula-arbuskula yang gres akanmemberi kesempatan tumbuhan untuk mengambil fosfor dari tanahdengan lebih baik. Macam mikoriza vesikula-arbuskula yang diintroduksi ialah mikoriza vesikula-arbuskula yang menghasilakan area hifa yang per unit yang dinfeksi lebih luas. Beberapa peneliti menyatakan ada cendawan mikoriza vesikula-arbuskula yang sanggup mengambil fosfor lebih besar dari pada cendawan mikoriza vesikula-arbuskula yang ada dilapang.
MIKORIZA VESIKULA-ARBUSKULA
Mikoriza Vesikula-Arbuskula (MA) merupakan satu kelopok jamur tanah biotrof obligat yang tidak sanggup melestarikan pertumbuhan dan reproduksinyabila terpisah dari tumbuhan inang. Cendawan ini dicirikan oleh adanyastruktur vesikel dan atau arbuskel. Vesikel merupakan struktur berdinding tipis berbentuk bulat, lonjong atau tidak teretur. Struktur inimengandungsenyawa lipid. Arbuskel merupakan struktur dalam akar berbentuk ibarat pohon berasal dari cabang-cabang hifa intraradikal sesudah hifa cabang menembus dinding sel korteks, dan berbentuk antara dinding sel dan membran plasma. Pada akhir-akhir ini penggunaan tekhnik molekuler telah digunakan, selain teknik-teknik konvensional.
v Mekanisme Penyerapan Fosfat
Beberapa hipotesis dikemukakan oleh Tinker (1975) perihal peresapan P salah satunya hifa dalam tanh mengabsorbsi P dan mengangkutnya ke akar-akar yang dikolonisasi, dimana P ditransfer ke inang bermikoriza, sehingga berakibat meningkatnya volume tanah yang sanggup dijangkau oleh sistem akar tanaman. Rhodes dan Gerdemann (1980) membagi proses bagaimana hara dipasok ketanaman oleh cendawan MA menjadi tiga fase:
1. Absorbsi hara dari tanah oleh hifa eksternal.
2. Translokasi haradari hifa eksternal ke miselium internaldalam akar tumbuhan inang.
3. Pelepasan hara dari miselium internal ke sel-sel akar.
P diangkut melalui hifaeksternal dalam bentuk polifosfat. Adanya granul polifosfat dalam vakuola hifa teah di buktikan melalui elektron mikroskop (Cox et al, 1975).
v Penyebaran
Cendawan MA terdapat dari aneka macam ekosistem. Penyebaran cendawan MA ini sangatluas diseluruh dunia, mulai dari artik hingga kawasan tropis (gerdemann, 1968), dan tidak hanya pada habitat darat tetapi juga pada habitat air (Sondergard and Laegard, 1977). Sieverding (1991) mengkompilasi data dari Brazil, Kolombia dan Zaire perihal keanekaragaman cendawan MA (jumlah spesies cendawan MA) dan mendapat pada ekosistem alami 16-21 spesies, ekosistem pertanian dengan masukan rendah 10-15 spesies, dan ekosistem pertanian intensif dengan masukan tinggi 6-9 spesies. Data ini emberikan indikasi bahwa keanekaragamnan spesies cendawan MA menurun dari ekosistem alami ke ekosistem pertanian dengan masukan tinggi.
v Teknologi Produksi Inokulan
Cara yang paling umum digunakan untuk memperbanyak inokulan cendawan MA ialah dengan kultur pot dimana cendawan MA tertentu yang telah diketahui keekfetifannya diinokulasikan padatanaman inang tertentu pada medium padat yang steril. Berbagai macam materi padat ibarat tanah, pasir, zeolit, expanded clay, dan gambut yang banyak digunakan sebagai medium pertmbuhan/bahan pembawa.
v Inokulan Spora
Bila spora yan akan digunakan sebagai inokulan maka produksi dapatdilakukan dalam kultur pot dengan memakai bebagai tumbuhan inang padamedium tanah steril. Berbagai tumbuhan yang sanggup digunakan sebagai tumbuhan contohnya jagung, rumput bahia, rumput guinea, kirinyu, sorghum, sirstro, dan sebagainya. Spora yang akan digunakan harus benar-banar spora murni dari suatu spesies tertentu. Ini hanya mungkin diperoleh jikalau betul-betulberasal dari suatu spora tunggal. Penggunaan lebih dari satu spora untuk menginokulasi tumbuhan inang mungkin menghasilkan spora dari spesies cendawan MA yang berbeda, lantaran dua spora yang kelihatannya sama belum tentu memilki sifat genetis yag sama. Bila spora yang digunakan sebagai inokulan maka inokula sanggup dihitung.
v Inokulan Akar Bermikoriza
Penyediaan inokulan dalam bentuk akar masih lebih simpel dari pada inokulan spora. Yangdiperlukan ialah tumbuhan inang yangsangat responsif terhadap cendawan MA terpilih dan mempunyai sistem akar dengan massa besar. Akar tanaman inang dipanen sesudah dicek terlebih dahulu apakah mempunyai presentase kolonisasi mikoriza dan intensitas infeksi yang tingggi. Akar bermkoriza pada waktu panen dipisahkan dari medium tumbuh kemudian dicuci dan disteril dirmukaan dan kemudian dipotong-potong halus (1-2 mm). Segmen-segmen akar inilah selanjutnya yang diinokulasikan pada lubang tanaman.
v Inokulan Campuran
Apa yang dimaksud dengan inokulasi campurandalam makalah ini ialah inokulan yang mengandung kombinasi spora, hifa, dan akar bermikoriza. Pembuatan inokulan adonan sanggup dilakukan dengan kultur pot yang berisi tanah atau substrat lain yang steril. Tanah steril ini selanjutnya diinokulasi dengan cendawan MA unggul dan ditanami dengan tumbuhan yang sesuai. Pada waktu panen akar dipisahkan dan diproses ibarat pada pembuatan inokulan akar. Segmen-segmen akar ini selanjutnya dicampur rata kembalidengan mediaum tumbuhnya. Inokulan adonan ini pada hasilnya mengandung propagul yangmeliputi spora, akar terkolinisasi dan hifa.
v Perbanyakan Cendawan Ma Pada Tingkat Petani
Cendawan MA ialah simbion obligat yang tidak sanggup diperbanyak secara aksenik di fermentor ibarat halnya jenis mikroba pupuk ayati lainnya. Teknologi ini dapatditeruskan kepada petani dengan cara produksi insitu. Petani memperbanyak sendiri inokulan pada luasan tanah tertentu sebelum waktu tanam. Penyuluh pertanian sanggup membimbing mereka dan institusi tertentu menyediakan starter inokulan yang akan diperbanyak petani.
v Ketergantungan Terhadap Cendawan Ma
Berbagai tumbuhan bebeda ketergantungannya terhadap cendawan MA.Ketergantungan tumbuhan terhadap mikoriza diartikan sebagai tingkatan ketergantungan terhadap kondisi mikoriza untukmenghasilkan pertumbuhan atau hasil pada suat taraf kesuburan tanah tertentu (Gerdemann, 1975). Pada umumnya kekerabatan simbiosis antara tumbuhan dan cendawan sanggup dikatakan tidak spesifik tapi mempunyai spektrumyna luas. Artinya suatu spesies cendwan MA dapat mengkolonisasi dan efektif terhadap lebih satu jenis tumbuhan tertentu. Tanaman dengan akarbesar lebih tergantung pada mikoriza dari pada tumbuhan dengan sistem perakaran yang mempunyai rambutbanyak dan panjang. Perbedaan ketergantungan antara aneka macam jenis tumbuhan sanggup digolongkan menjadi besar, medium dan kecil. Cendawan MA sanggup bersimbiosis dengan tumbuhan pangan, hortikultura, perkebunan, dan industri.
v Peranan Potensial Cendawan MA
Kolonisasi akar kedelai oleh cendawan MA sanggup meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai serta konsentrasi P tumbuhan kedelai. Selain itu juga sanggup meningkatkan nodulasi, dan fiksasi N. Perbaikan hara lantaran simbiosis dengan cendawan MA tidak hanya terbatas pada fosfat, tetapi juga pada unsur lain. Simanungkalit dan lukiwati (2001) yang Callliandra calothyrsus dengan cendawan Mamendapatkan kenaikan bobot kering tajuk, tinggi tanaman, serapan N, P, S, dan Zn. Inokulasi inimenaikkan nilai nutrisi dari tumbuhan Calliandra.
v Mikoriza Sebagai Pembenah Tanah
Mikoriza besar lengan berkuasa terhadap agregasi tanah (Tisdall and Oades, 1979). Terutama ini dipengaruhi oleh persenase agregat tanah dengan ukuran >2mm,yang lebih tinggi pada tumbuhan yang di inokulasi mikoriza dari pada yang tidak diinokulsi. Adanya miselium cendawan MA yang dilapisi oleh zat berlendir (Glomalin) menyebabkan partikel-pertikel tanah menempel satu sama lain. Dengan kemampuan ibarat disebutkan di atas simbiosis tumbuhan dengan cendawan MA sanggup meingkatkan stabilitas tanah.
v Mikoriza Sebagai Pereduksi Stres Abiotis
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa MA sanggup meningkatkan tolerensi tumbuhan terhadap kekeringan. Perbaikan toleransi tumbuhan bermikoriza terhadap stres air sanggup disebabkan oleh peninkatan kondktivitas hidroulik, laju transpirasi yang kecil persatuan luas, adanya ekstraksi air dari tanah ke potensi yang lebih rendah, pemuihan tumbuhan yang lebih cepat dari stres air, P tanah yang lebih baik. Dari hasil-hasil enelitianyang ada berkaitan denan toleransi terhadap cekaman kekeringan ini, kelihatannya ada dua kubu yaitu: yang menyampaikan perbaikan nutrisi P sebagai penyebab peningkatan toleransi dan yang mengakui adanya pengaruh-pengaruh yang bersifat nonnutrisi yang sanggup terjadi (Auge,2001)
v Peran Mikoriza Pada Sistem Pola Tanam
Populasi mikoriza pada sisem pola tanam sanggup berbeda lantaran pebedaan ketergantungan tumbuhan terhadap mikoriza. Oleh lantaran adanya perbedaan ketergantungan jenis tumbuhan yang ditanam pada suatu rotasi, maka pengelolaannya haruslah sedemikian rupa sehingga keberadaan aneka macam jenis tumbuhan padalahan tersebut sanggup mempertahankan jumlah populasi mikoriza tetap tinggi.
v Peran Mikoriza Dalam Merehabilitasi Lahan-Lahan Terdegradasi
Di Jepang inokulan cendawan MA sudah digunakan paling berhasil untuk penanaman kembali (revegetasi) lahan-lahan yang dirusak oleh acara gunung berapi. Berbagai bekas tambang dan industri sudah tidak mempunyai lagi lapisan atas (top soil), sehingga tidak ada vegetasi lagi yang tumbuh. Oleh lantaran itu inokulasi tanaman-tanaman yang di gunakan untuk revegetasi lahan-lahan terdegradasi ini dengan cendawan MA sangat dibutuhkan.
v Praktek Pertanian Yang Merugikan Perkembangan Cendawan Ma
Penggunaan pupuk dan insektisida pada pertanian konvensional sanggup mempengaruhi perkembangan simbiosis mikoriza arbuskuler dalam tanah. Oleh lantaran itu ada batas maksimal pemberian takaran pupuk P untuk berfungsinya simbiosis secara optimal. Infeksi mikoriza dan pertmbuhan tumbuhan bawang perai menurun konkret lantaran tetesan fungisida metalaxil di tanah (jabai-Hare dan Kendrick, 1987).