Thursday, September 27, 2018

√ Sultan Saladin, Pendekar Islam Di Perang Salib

SULTAN SALADIN, PAHLAWAN ISLAM DI PERANG SALIB


Dia dikenal sebagai raja, panglima perang yang jago strategi, pemimpin umat, dan sekaligus sosok yang santun dan penuh toleransi. Banyak manuskrip yang mencatat "Saladin Sang Raja Mesir" (Saladin, King of Egypt) sebagai simbol kekuasaan Eropa. Namanya tidak sanggup dilepaskan dari Sejarah Perang Salib yang membawa kejayaan Islam, namun tanpa menindas kaum Kristiani.
Sultan Saladin lahir dengan nama Salahidun Yusuf Ibn Ayyub di Tikrit, bersahabat Sungai Tigris dari sebuah keluarga Kurdi. Ia dikirim ke Damaskus, Suriah, untuk menimba ilmu. Selama sepuluh tahun beliau belajar pada Nur ad-Din (Nureddin). Setelah belajar ilmu militer pada pamannya, seorang negarawan Seljuk dan pimpinan pasukan Shirkuh, beliau dikirim ke Mesir untuk menghadang perlawanan Kalifah Fatimiyah tahun 1160. Ia sukses dengan misinya yang menciptakan pamannya duduk sebagai wakil di Mesir pada tahun yang sama. Saladin memperbaiki perekonomian Mesir, mengorganisasi ulang kekuatan militernya, dan mengikuti proposal ayahnya untuk tidak memasuki area konflik dengan Nur ad Din. Sepeninggal Nur ad Din, barulah beliau mulai serius memerangi kelompok Muslim sempalan dan pembrontak Kristen. Dia bergelar Sultan di Mesir dan menjadi pendiri Dinasti Ayyubi serta mengembalikan fatwa Sunni ke Mesir.

Terlibat dalam Perang Salib
Dalam dua kesempatan, tahun 1171 dan 1173, Saladin diinvasi Kerajaan Kristen Jerusalem. Nur ad Din dikala ini berniat membalas serangan. Namun Saladin beropini bahwa mereka harus besar lengan berkuasa terlebih dulu. Sepeninggal Nur ad Din, Saladin menjadi penguasa Damaskus. Ia menikahi janda Nur ad Din dan menaklukkan dua kota penting Aleppo dan Mosul yang dulu selalu gagal ditaklukkan Nuraddin. Namun beliau menjadi penguasa yang bersahaja. Sedapatnya, beliau selalu menghindari pertumpahan darah, apalagi darah warga sipil. Saat menaklukkan Aleppo, 22 Mei 1176, nyawanya nyaris melayang alasannya perjuangan pembunuhan. Ia melaksanakan konsolidasi di Suriah sambil sebisa mungkin menjaga biar jangan hingga tumpah perang dengan pasukan salib sebesar apapun provokasi dari pasukan salib. Misalnya, beliau masih belum bereaksi dikala Raynald of Chatillon mengusik kegiatan perdagangan dan perjalanan ibadah haji di Laut Merah, wilayah yang berdasarkan Saladin harus selalu menjadi wilayah bebas. Puncaknya yaitu dikala penyerangan terhadap rombongan karavan jamaah haji tahun 1185. Saladin meradang.

Juli 1187, Saladin menyerang Kerajaan Jerusalem dan terlibat dalam pertempuran Hattin. Ia berhasil mengeksekusi Raynald dan rajanya, Guy of Lusignan. Dia kembali ke Jerusalem 2 Oktober 1187, 88 tahun sehabis kaum Salib berkuasa. Berbagai medan pertempuran dilaluinya, dengan satu pesan yang sama kepada pasukannya; minimalkan pertumpahan darah, jangan melukai perempuan dan anak-anak. Perang Salib III menelan biaya yang tak sedikit dari kubu Kristen. Inggris mengucurkan dana sumbangan yang dikenal dengan istilah 'Saladin Tithe' (Zakat melawan Saladin). Dalam satu pertempuran, beliau berhadap-hadapan dengan King Richard I dari Inggris di medan perang Arsuf tahun 1191. Di luar asumsi kedua pasukan, Saladin dan King Richard I saling berjabat tangan dan menghormat satu sama lain. Bahkan dikala tahu pimpinan pasukan musuhnya itu sakit, Saladin memperlihatkan sumbangan seorang dokter terbaik yang dimiliki Damaskus. Begitu juga dikala tahu Richard kehilangan kuda tunggangannya, beliau mengatakan dua ekor sebagai gantinya. Di medan itu, keduanya setuju berdamai. Bahkan adik Richard dinikahkan dengan saudara Saladin.

Tak usang sehabis kepergian Richard, Saladin wafat pada tahun 1193 di Damaskus. Saat kotak penyimpanan harta Saladin dibuka, hebat warisnya tidak menemukan cukup uang untuk membiayai pemakamanannya: beliau selalu mendermakan hartanya kepada kaum yang membutuhkan. Kini makamnya menjadi salah satu daerah tujuan wisata utama di Suriah. Nama Saladin harum di seantero dunia hingga kini. Bukan hanya kalangan Muslim, kalangan non-Muslim juga sangat menghormatinya. Satu yang dicatat dalam buku-buku sejarah: ketika pasukan Salib menyembelih semua Muslimin yang ditemui dikala mereka menaklukkan Jerusalem, Saladin mengatakan amnesti dan kebebasan bagi kaum Kristen Roma begitu beliau menaklukkan Jerusalem.
Sumber http://frequencia89.blogspot.com