Thursday, April 13, 2017

√ Kerajaan Demak


Kerajaan Demak – Kerajaan Islam yang pertama ditanah Jawa. Semua Raja pada pemerintahan Kerajaan Demak, diyakini menganut pedoman Agama Islam. Kerajaan ini juga menjadi salah satu pencetus penyebaran Islam terbesar di Nusantara, khususnya Pulau Jawa





Membahas wacana Kerajaan Demak, tentunya tidak terpisahkan dengan dongeng para Muballigh, yang mempunyai visi misi wacana mengembangkan Agama Islam di Pulau Jawa. Dikenal dengan nama Wali Songo, yang berarti sembilan wali atau sembilan utusan.





Untuk informasi lebih lanjut, silahkan disimak artikel berikut.






Sejarah Berdiri





 Kerajaan Islam yang pertama ditanah Jawa √ Kerajaan Demak
Kerajaan Demak




Menurut sejarah Jawa, Kerajaan Demak atau yang biasa dikenal dengan Kesultanan Demak ini, bangkit sebagai pengganti Kerajaan Majapahit, alasannya diyakini bahwa para pendiri kerajaan ini yakni keturunan dari Raja Majapahit (Brawijaya V).





Dahulu, Kerajaan Demak merupakan kawasan kekuasaan Kerajaan Majapahit, yang disebut dengan Kadipaten. Sebelum disebut Kadipaten, orang lebih mengenal Demak dengan sebutan Glagah Wangi. Glagah Wangi ini dipimpin oleh seorang Adipati yang beragama Islam.





Di Glagah Wangi inilah, Raden Patah bertemu dengan seseorang yang berjulukan Nyai Lembah, asal Rawa Pening. Nyai Lembah menyarankan Raden Patah supaya bermukim di Glagah Wangi.





Dalam Perkembangannya, Glagah Wangi ini berubah nama menjadi Bintara (dibaca Bintoro) Demak serta dijadikan ibukota seiring banyaknya masyarakat yang bermukim disini.





Ada beberapa andal yang berpendapat, mengapa dinamakan Demak, yaitu :





  1. Prof. R.M. Sutjipto Wirjosuparto, Demak sendiri berasal dari Jawi, berarti Pemberian atau Pegangan.
  2. Prof. Purbotjaroko, awal dari kata Dalemak, yang berarti Tanah yang banyak air / rawa.
  3. Sholichin, dalam bukunya yang berjudul “Sekitar Walisongo”, menyampaikan bahwa Prof. Dr. Hamka menyatakan, Demak berasal dari turunan Bahasa Arab “Dimak”, ynag berarti air mata. Menggambarkan bahwa sulitnya menegakkan pedoman Islam pada masa itu.




Letak Kerajaan





 Kerajaan Islam yang pertama ditanah Jawa √ Kerajaan Demak




Menurut penelitian dari IAIN Wali Songo Di Jawa Tengah tahun 1974M, menyebutkan bahwa letak Kesultanan Demak, antara lain :





  1. Menjelaskan bahwa, tidak ada sisa dari Kesultanan Demak. Ajaran Islam yang disebarkan oleh Raden Patah shanya untuk kepentingan Islam itu sendiri. Kesultanan Demak pun, mendirika Masjid Demak dengan dibantu oleh Wali Songo. Tempat yang didiami oleh Raden Patah, bukanlah istana yang megah, melainkan rumah kecil biasa yang dinamakan “Rowobatok” (disekitar Stasiun Kereta).
  2. Umumnya, berdirinya Masjid – Masjid tidak jauh dari istana. Dibagian timur Alun – alun, kini Lembaga Pemasyarakatan yakni letak Keraton Demak. Ada unsur kesengajaan untuk menghilangkan bekas Keraton, ketika zaman kolonial. Dibuktikan dengan adanya nama perkampungan yang mempunyai latar belakang Kesultanan, ibarat Betengan, Sampangan, Jogoloyo, Pungkuran serta Sitihingkil / Setinggil.
  3. Tanda dua pohon pinang yang dipakai untuk menyebrangi sungai, menyampaikan bahwa letak Keraton berhadapan eksklusif dengan Masjid Agung. Diantara pohon pinang itu, terdapat sebuah makam Kyai Gunduk. Sampai ketika ini, kedua pohon tersebut masih bangkit tegak, yang berdasarkan masyarakat setempat, bahwasannya yang ditanam itu yakni sebuah Tombak (Pusaka).




Baca Juga : Kerajaan Tarumanegara





Raja – Raja Kerajaan Demak





1. Raden Patah (1500M – 1518M)





Raden Patah dikenal dengan Pangeran Jimbun, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Pada masa kepemimpinannya, Raden Patah mendirikan sebuah Masjid yang dinamakan Masjid Agung Demak, yang terletak ditengah Alun = Alun Demak.





Posisi kerajaan semakin genting, ketika Malaka direbut oleh Portugis. Raden Patah mengutus anaknya, yang berjulukan Pati Unu. Bersama pasukannya, Pati Unus pergi ke Malaka untuk menyerang Portugis di tahun 1513M. Serangan ini, tidak membuahkan hasil alasannya persenjataan yang kurang berimbang.





2. Pati Unus (1518M – 1521M)





Raden Patah yang wafat tahun 1518M, digantikan kiprahnya oleh Pati Unus. Walaupun ketika penyerangan ke Malaka untuk melawan Portugis gagal, tapi tetap Pati Unus yakni seorang panglima perang yang gagah, berani, serta disegani oleh rakyat Demak. Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor.





Pati Unus kembali menciptakan taktik perang untuk menyerang Katir. Dia bermaksud untuk melaksanakan blokade pasukan Portugis. Kali ini, taktik Pati Unus berhasil, menghadang stok masakan untuk para pasukan Portugis, sehingga menciptakan mereka kelaparan.





Baca Juga : Kerajaan Kutai





3. Sultan Trenggono (1521M – 1546M)





Sultan Trenggono menggantikan tugas kakaknya, Pati Unus. Karena Pati Unus tidak mempunyai keturunan. Ditangan Sultan Trenggono, Kesultanan Demak mengalami masa keemasan. Memimpin Demak dengan bijaksana, Sultan Trenggono pun bisa menguasai kekuasaannya hingga ke Jawa Timur dan Jawa Barat.





Di tahun 1522M Sultan Trenggono, mengirim pasukannya ke wilayah jajahan Portugis di Jawa Barat, yaitu Sunda Kelapa. Pasukan Demak yang kala itu dipimpin oleh Fatahillah. Hingga ditahun 1527M, Fatahillah beserta pasukannya berhasil mengusir penjajah itu dari Sunda Kelapa. Setelah perginya Portugis, Sunda Kelapa diganti nama menjadi Jayakarta, yang berarti kemenangan yang sempurna. Yang ketika ini kita kenal sebagai Jakarta.





Cita – Cita Sultan Trenggono yakni menyatukan Pulau Jawa dibawah Kesultanan Demak. Untuk mewujudkan impiannya tersebut, Sultan Trenggono menikahkan puterinya dengan seorang Bupati di Madura serta mengambil putera Bupati Pengging, yaitu Joko Tingkir sebagai menantu.





Sultan Trenggono wafat tahun 1546M, ketika penyerangan ke kawasan Pasuruan yang dipimpin eksklusif olehnya.





4. Sunan Prawata (1546M – 1547M)





Setelah meninggalnya Sultan Trenggono, terjadi sengketa di Kesultanan Demak antara Raden Mukmin dengan Pangeran Surowito. Pangeran Surowito terbunuh, sehabis melaksanakan Shalat Jum’at tahun 1546M.





Tahta kerajaan jatuh kepada Raden Mukmin dan bergelar Sunan Prawata. Kepemimpinan Sunan Prawata hanya bertahan setahun, alasannya Arya Penangsang anak dari Pangeran Surowito membunuh Sunan Prawata untuk membalas dendam.





5. Arya Penangsang (1547M – 1554M)





Setelah Sunan Prawata wafat, tahta kerajaan diberikan kepada Arya Penangsang dan memimpin selama 7 tahun. Pada ketika menjabat, Arya Penangsang diliputi rasa ketidakpercayaan dari pemimpin kawasan Kesultanan Demak lainnya. Akhirnya, Adipati Pajang, Joko Tingkir melaksanakan pemberontakan dan terbunuhnya Arya Penangsang di tahun 1554Moleh anak angkat Joko Tingkir, berjulukan Sutawijaya.





Runtuhnya Kerajaan Demak





Sepeninggal Sultan Trenggono, pemberontakan wacana kekuasaan untuk menjadi raja Demak semakin marak. Bahkan, pemberontakan ini terjadi oleh orang dalam keluarga kerjaan sendiri.





Pemberontakan yang terakhir dipimpin oleh Joko Tingkir, yang dibantu oleh anak angkatnya berhasil membunuh Arya Penangsang. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang, kekuasaan Kesultanan Demak hasilnya dipindahkan ke Pajang oleh Joko Tingkir. Hal itu menandakan, berakhirnya Kerajaan Demak.





Demikianlah artikel bahan makalah kerajaan demak yang sanggup disampaikan, semoga bermanfaat.




Sumber aciknadzirah.blogspot.com