Sunday, February 18, 2018

√ G30s/Pki: Latar Belakang, Peristiwa, Tujuan Dan Penumpasan

Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran Sejarah yaitu Tentang “G30S/PKI“. Berikut dibawah ini penjelasannya:


 Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran  √ G30S/PKI: Latar Belakang, Peristiwa, Tujuan dan Penumpasan



Latar Belakang G30S/PKI


Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI. Sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun. Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari pemberontakan itu yakni untuk menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi negara komunis.


Bahkan, dengan adanya fatwa dari presiden Soekarno wacana Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang sangat menguntungkan PKI alasannya menempatkannya sebagai cuilan yang sah dalam konstelasi politik Indonesia. Hal ini hanya akan membukakan jalan bagi PKI untuk melancarkan rencana-rencananya. Yang salah satunya sudah terbukti yakni pemberontakan G-30-S-PKI yang dipimpin oleh DN. Aidit. Pemberontakan itu bertujuan untuk menyingkirkan TNI-AD sekaligus merebut kekuasaan pemerintahan.


Selain alasannya ingin merebut kekuasaan, ada juga factor lain yang membuat mereka melaksanakan pemberontakan itu, yakni :



  • Angkatan Darat menolak pembentukan Angkatan kelima

  • Angkatan Darat menolak Nasakomisasi alasannya fatwa ini dianggap hanya akan menguntungkan kedudukan PKI untuk yang kesekian kalinya.

  • Angkatan Darat menolak Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini merupakan suatu langkah yang bijak menyangkut adanya Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan Malaysia hanya akan membantu Cina meluaskan semangat revolusi komunisnya di Asia Tenggara, dan akan merusak hubungan baik dengan negara-negara tetangga.




Sejarah G30S/PKI


Sebelum bencana 30S PKI terjadi, Partai Komunis Indonesia sempat tercatat sebagai partai Komunis terbesar di dunia. Hal ini  didukung dengan adanya sejumlah partai komunis yang telah tersebar di Uni Soviet dan Tiongkok.


Semenjak dilakukannya audit  pada tahun 1965, setidaknya ada 3,5 juta pengguna aktif yang bernaung menjalankan aktivitas dalam partai ini. Itu pun belum termasuk dengan 3 juta jiwa yang menjadi kader dalam anggota pergerakan cowok komunis.


Di sisi lain, PKI juga mempunyai hak kontrol secara penuh terhadap pergerakan buruh, kurang lebih ada 3,5 juta orang telah ada di bawah pengaruhnya. Belum hingga disitu, masih ada 9 juta anggota lagi yang terdiri dari gerakan petani dan beberapa gerakan lain. Misal pergerakan wanita, pergerakan sarjana dan beberapa organisasi penulis yang apabila dijumlahkan bisa mencapai angka 20 juta anggota beserta para pendukungnya.


Masyarakat curiga dengan adanya pernyataan informasi bahwa PKI yakni dalang dibalik terjadinya bencana 30 September yang bermula dari bencana di bulan Juli 1959, yang mana pada ketika itu DPR telah dibubarkan. Sementara Presiden Soekarno justru menetapkan bahwa konstitusi harus berada di bawah naungan dekrit presiden.


PKI bangkit dibelakang pinjaman penuh dekrit presiden Soekarno. Sistem Demokrasi Terpimpin yang diusung oleh Soekarno telah disambut dengan antusias oleh PKI.   Karena dengan adanya sistem ini, diyakini PKI bisa membuat suatu komplotan konsepsi yang Nasionalis, Agamis dan Komunis dengan abreviasi NASAKOM.




Peristiwa G30S/PKI


 Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran  √ G30S/PKI: Latar Belakang, Peristiwa, Tujuan dan Penumpasan


Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, pasukan G-30-S-PKI mulai bergerak dari Lubang Buaya dan menyebar ke segenap penjuru Jakarta. PKI menduduki beberapa instalasi vital di Ibukota menyerupai Studio RRI, sentra Telkom dan lain-lain. Pasukan Pasopati berhasil melaksanakan penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira TNI-AD yang menjadi sasaran operasi. Enam Jenderal yang menjadi korban keganasan G-30-S-PKI ialah sebagai berikut:



  1. Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)

  2. Mayjen Haryono Mas Tirtodarmo (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)

  3. Mayjen R.Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)

  4. Mayjen Siswono Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)

  5. Brigjen Donald Izacus Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)

  6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)


Sementara itu, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari penculikan. Akan tetapi, putrinya Ade Irma Suryani terluka parah alasannya tembakan penculik dan risikonya meninggal di rumah sakit.


Ajudan Nasution, Lettu Pierre Andreas Tendean ikut menjadi sasaran penculikan alasannya wajahnya menyerupai dengan Jenderal Nasution. Ketika itu juga tertembak Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah Waperdam II Dr.J. Leimena yang rumahnya berdampingan dengan rumah Nasution.


Lolosnya Nasution, membuat Aidit dan koleganya cemas alasannya akan menjadikan dilema besar. Untuk itu, Suparjo menyarankan biar operasi dilakukan sekali lagi. Saat berada di istana, Suparjo melihat bahwa militer di kota dalam keadaan bingung. Akan tetapi, para pemimpin gerakan pada ketika itu tidak melaksanakan apa-apa. Hal ini menjadi salah satu penyebab kehancuran operasi mereka.


Sementara itu, sehabis PKI dengan G 30 S/PKI nya berhasil membunuh para pimpinan Tentara Nasional Indonesia AD, kemudian pimpinan G 30 S/PKI mengumumkan sebuah dektrit melalui RRI yang telah berhasil pula dikuasai. Dekrit tersebut diberinya nama aba-aba Dekrit No 1 yang mengutarakan wacana pembentukan apa yang mereka namakan Dewan Revolusi Indonesia di bawah pimpinan Letkol Untung. Berdasarkan revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, dekrit no 1 tersebut, maka Dewan Revolusi merupakan kekuasaan tertinggi, Dekrit no 2 dari G 30 S/PKI wacana penurunan dan kenaikan pangkat (semua pangkat diatas  Letkol diturunkan, sedang prajurit yang mendukung G 30 S/PKI dinaikan pangkatnya 1 atau 2 tingkat).




Tujuan G30S/PKI


Berikut ini terdapat beberapa tujuan G30S/PKI, antara lain:



  • Bahwa Gerakan 30 September yakni perbuatan PKI dalam rangka usahanya untuk merebut kekuasaan di negara Republik Indonesia dengan memperalat oknum ABRI sebagai kekuatan fisiknya,

  • Bahwa tujuan tetap komunis di Negara Non Komunis yakni merebut kekuasaan negara dan mengkomuniskannya.

  • Usaha tersebut dilakukan dalam jangka panjang dari generasi ke generasi secara berlanjut.

  • Selanjutnya bahwa kegiatan yang dilakukan tidak pernah terlepas dari rangkaian kegiatan komunisme internasional.




Pengaruh G30S/PKI Bagi Bangsa Indonesia


Setelah bencana G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil. Situasi Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan. Sementara itu, kondisi politik juga belum stabil alasannya sering terjadi konflik antar partai politik. Demokrasi Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator. Kehidupan ekonomi lebih suram, sehingga kemelaratan dan kekurangan masakan terjadi dimana-mana.


Presiden Soekarno menyalahkan orang-orang yang terlibat dalam perbuatan keji yang berakhir dengan gugurnya Pahlawan Revolusi serta korban– korban lainnya yang tidak berdosa. Namun Presiden Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI sanggup saja terjadi dalam suatu revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap Soekarno membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden menurun di mata Rakyat Indonesia. Demonstrasi besar-besaran terjadi pada tanggal 10 Januari 1966.


Para demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang populer dengan sebutan TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat), mencakup sebagai berikut :



  • Pembubaran PKI

  • Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.

  • Penurunan harga – harga (Perbaikan Ekonomi).


Tindakan Pemerintah lainnya yakni mengadakan reshuffle (perombakan) Kabinet Dwikora. Pembaharuan Kabinet Dwikora terjadi tanggal 21 Februari 1966 dan kemudian disebut dengan Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan. Mengingat jumlah anggota mencapai hampir seratus orang, maka kabinet itu sering disebut dengan Kabinet Seratus Menteri.


Menjelang peresmian Kabinet Seratus Menteri pada tanggal 24 Februari 1966, KAMI melaksanakan agresi serentak. Dalam demonstrasi itu gugur seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Arief Rahman Hakim.


Peristiwa itu kuat besar terhadap maraknya gelombang agresi demonstrasi. Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi itu mengadakan pembicaraan pribadi dengan Presiden yang didampingi oleh Dr. Subandrio, Dr. J. Leimena dan Dr. Chaerul Saleh. Sesuai dengan kesimpulan pembicaraan, maka ketiga perwira Tentara Nasional Indonesia – AD itu bersama dengan Komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada Letjen Soeharto yang kemudian Surat Perintah itu lebih dikenal dengan sebutan Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR). Isi pokoknya yakni memerintahkan kepada Letjen Soeharto atas nama Presiden untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketertiban serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden.




Penumpasan G30S/PKI


Berikut ini terdapat beberapa penumpasan G30S/PKI, antara lain:



  1. Menetralisipasi pasukan yang berada di sekitar Medan Merdeka yang dimanfaatkan oleh kaum G30S/PKI.

  2. Operasi militer wacana penumpasan G30S/PKI mulai dilakukan sore hari.

  3. Pasukan RPKAD berhasil menduduki kembali gedung RRI pusat, gedung telekomunikasi dan mengamankan seluruh wilayah Medan Merdeka tanpa terjadi bentrokan senjata.

  4. Pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai lapangan banteng dan mengamankan markas Kodam V/Jaya dan sekitarnya.

  5. Presiden Soekarno meninggalkan Halim Perdana Kusuma menuju Istana Bogor. Pasukan RPKAD bergerak menuju sasaran dipimpin oleh Kolonel Subiantoro.

  6. Dalam gerakan pencucian ke kampung-kampung di sekitar lubang buaya, Ajun Brigadir Polisi Sukitman yang sempat ditawan oleh regu penculik berhasil meloloskan diri.

  7. Pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil ditemukan mayat para perwira tinggi AD yang telah dikuburkan dalam sumur tua.

  8. Keesokan harinya bertepatan dengan HUT ABRI tanggal 5 Oktober mayat mereka dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Mereka dianugerahi gelar pendekar Revolusi.




Penumpasan G30S/PKI Di Jawa Tengah dan Yogyakarta


Berikut ini terdapat beberapa penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta, antara lain:



  1. Brigjen Surjosumpeno segera memanggil para perwira untuk melaksanakan taklimat.

  2. Pangdam memerintahkan kepada para pejabat supaya tetap hening dan berusaha untuk menenangkan rakyat alasannya situasi yang sesungguhnya belum diketahui. Berangkat ke Magelang untuk menyusun kekuatan.

  3. Tanggal 2 Oktober membebaskan kota Semarang dengan kekuatan 2 pleton BTR.

  4. Kota demi kota yang pernah dikuasai oleh pihak G30S/PKI itu berhasil direbut kembali.

  5. Dibentuk Komando Operasi Merapi yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edi Wibowo.

  6. Kolonel Sahirman, Kolonel Maryono, dan Kapten Sukarno berhasil ditembak mati.

  7. Di Blitar dengan nama Operasi Trisula.

  8. Di luar Jakarta dan Jawa Tengah cukup dilakukan dengan Gerakan Operasi Territorial.




Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang G30S/PKI: Latar Belakang, Peristiwa, Tujuan dan Penumpasan


Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!




Baca Artikel Lainnya:




Sumber aciknadzirah.blogspot.com