Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas perihal pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Masuknya Islam ke Indonesia“. Berikut dibawah ini penjelasannya:
Daftar Isi
Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia
Islam masuk ke nusantara sekitar periode ke 7 masehi dan sebelum islam masuk di nusantara, sudah banyak agama dan kepercayaan yang berkembang ibarat animisme, dinamisma, hindu, budha. Islam masuk di nusantara melalui aneka macam macam cara yaitu melalui perdagangan, kurtural, pendidikan, kekuasaan politik.
Setelah islam masuk di nusantara, islam eksklusif berkembang dengan sangat pesat dan semakin banyak orang yang masuk islam lantaran cara penyebaran islam sangat anggun dan tanpa paksaan. Karena semakin banyak orang yang memeluk agama islam sehingga hal ini menyebabkan mulai banyak kerajaan kerajaan islam yeng berdiri di nusantara. Kerajaan yang pertama berdiri di nusantara ialah samudera pasai, dan sehabis itu makin banyak kerajaan kerajaan yang berdiri ibarat Demak, Cirebon, Ternate, Tidore, Aceh, Perlak, Banten,dan lain lain.
Perkembangan Islam Di Indonesia
Meskipun Islam gres bisa dikatakan berkembang sehabis berdirinya kerajaan Islam, atau setidaknya ketika ada jalinan korelasi dagang antara saudaga rmuslim dengan pribumi, namun cara kedatangan Islam dan penyebarannya di Indonesia tidak dilakukan dari susukan politik atau perdagangan semata.
Setidaknya ada enam susukan berkembangnya Islam di Indonesia (Yatim:201-203). Saluran perkembangan tersebut mencakup susukan perdagangan, susukan politik, susukan perkawinan, susukan pendidikan,saluran kesenian dan susukan tasawuf.
Pendekatan Perdagangan
Para pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab tinggal selama berbulan-bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Mereka menunggu angin animo yang baik untuk kembali berlayar. Maka terjadilah interaksi atau pergaualan antara para pedagang tersebut dengan raja-raja, para aristokrat dan masyarakat setempat. Kesempatan ini digunakan oleh para pedagang untuk membuatkan agama Islam.
Pendekatan Politik
Masuknya Islam melalui susukan ini sanggup terlihat ketika Samudera Pasai menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam.Proses ibarat ini terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam sehabis raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini sanggup dikatakan pula bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
Pendekatan Perkawinan
Tak sanggup dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim mempunyai status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para pedagang itu. Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah diIslamkan terlebih dahulu, dan sehabis mereka mempunyai keturunan, lingkungan kaum muslim semakin luas. Oleh karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung muslim.
Awalnya kampung ini berkembang di pesisir pantai, biasanya mereka disebut dengan kampung arab —dan masih populer hingga ketika ini. Dalam perkembangan berikutnya, lantaran ada perempuan yang keturunan aristokrat yang dinikahi oleh pedagang itu, tentu saja kemudian sanggup mempercepat proses islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijayadengan puteri Campa yang menurunkan Raden Patah, raja pertama kerajaan Demak, dan lain-lain.
Pendekatan Pendidikan
Pada proses ini, biasanya dilakukan melalui pendidikan-pendidikan yang dilakukan oleh para wali, ulama, kiai, atau guru agama yang mendidik muridmurid mereka. Tempat yang paling pesat untuk mengembangkan pedoman Islam ialah di pondok pesantren. Di tempat itu para santri dididik dan diajarkan pendidikan agama Islam secara mendalam, sehingga mereka betul-betul menguasai ilmu agama. Setelah lulus dari pesantren, para santri kembali ke daerah asal untuk kemudian membuatkan kepada masyarakat umum pelajaran yang telah mereka peroleh di pesantren.
Pendekatan Kesenian
Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah bagi para pemuka agama di Indonesia. Pada proses ini yang paling populer menggunakannya ialah para wali yang membuatkan agama Islam di Jawa. Salah satu media pertunjukan yang paling populer melalui pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga, penyebar Islam di daerah Jawa Tengah ialah sosok yang sangat mahir dalam memainkan wayang. Cerita wayang yang dimainkan berasal dari dongeng Ramayana dan Mahabarata yang memang sudah sangat Tasawuf merupakan cuilan pedoman dari Agama Islam.
Para tokoh tasawuf ini biasanya mempunyai keahlian khusus sehingga sanggup menarik penduduk untuk memeluk pedoman Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, kemudian disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat dekat dengan penduduk pribumi ketika itu populer dan digemari oleh masyarakat.
Dalam memainkan wayang, selalu disisipkan ajaran-ajaran Islam sehingga penduduk pribumi mulai dekat dengan pedoman Islam melalui media ini. Yang paling manarik dalam pertunjukan ini ialah para penduduk tidak dipungut biaya ketika mereka menyaksikan pertunjukan wayang, mereka hanya diminta untuk melantunkan kalimat syahadat, sehingga mereka risikonya masuk Islam dan ikut mendalami ajarannya.
Pendekatan Tasawuf
Tasawuf merupakan cuilan pedoman dari Agama Islam. Para tokoh tasawuf ini biasanya mempunyai keahlian khusus sehingga sanggup menarik penduduk untuk memeluk pedoman Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, kemudian disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat dekat dengan penduduk pribumi ketika itu.
Teori Masuknya Islam Di Indonesia
Di lihat dari proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia, ada tiga teori yang berkembang. Teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia (Ahmad Mansur, 1996). Ketiga teori tersebut, saling mengemukakan perspektif kapan masuknya Islam, asal negara, penyebar atau pembawa Islam ke Nusantara.
Teori Mekah
Teori Mekah menyampaikan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia ialah eksklusif dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada periode pertama Hijriah atau periode ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini ialah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia.
Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, ketika orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam tiba ke Indonesia tidak eksklusif dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan materi acuan HAMKA ialah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melaksanakan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu perihal korelasi rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama.
Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang-orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang menyampaikan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melaksanakan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau sekolah tinggi tarekat.
Teori Gujarat
Teori Gujarat menyampaikan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada periode ke-7 H atau periode ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan ialah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini ialah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada periode ke 19.
Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar semenjak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang membuatkan Islam ke Indonesia berdasarkan Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka korelasi dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang tiba ini kebanyakan ialah keturunan Nabi Muhammad yang memakai gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang menawarkan argumentasi dengan kerikil nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, kerikil nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, mempunyai bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat.
Moquetta risikonya berkesimpulan bahwa kerikil nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibentuk oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah berguru kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya ialah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
Teori Persia
Teori Persia menyampaikan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini ialah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam menawarkan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, ibarat yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.
Tradisi lain ialah pedoman gaib yang banyak kesamaan, contohnya antara pedoman Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan pedoman sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dieksekusi oleh penguasa setempat lantaran ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial.
Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang digunakan di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain ialah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama ibarat kebanyak muslim di Iran.
Kerajaan Islam Di Indonesia
Dari aneka macam proses tersebut, Indonesia kemudian menjadi negara yang dominan penduduknya beragama Islam. Pada perkembangannya pedoman Islam disalurkan melalui aneka macam kerajaan yang berkembang di Indonesia. Kerajaan Islam yang pertama ada dan berkembang ialah kerajaan Samudera Pasai, dengan raja pertamanya yang berjulukan Sultan Malik al-Saleh (1297 M/696 H). Kerajaan ini terletak di pesisir timur maritim Aceh. Selain Samudera Pasai, di Aceh juga ada kerajaan Aceh Darussalam, yang berdiri di atas kerajaan Lamuri.
Di Jawa kerajaan Islam yang pertama ialah kerajaan Demak, yang dipimpin oleh raja pertamanya, Raden Patah. Kemudian ada pula kerajaan Pajang yang dipimpinoleh Jaka Tingkir. Kerajaan ini berdiri sehabis meninggalnya sultan Demak tahun 1546 M. Ada pula kerajaan Mataram yang dipimpin pertamakali oleh Senopati.
Kemudian kerajaan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Selain di Sumatera dan Jawa, kerajaan Islam juga tumbuh di tempat lain di nusantara, ibarat Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Di Kalimantan ada kerajaan Banjar (Kalimantan Selatan), Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur).
Di Sulawesi ada kerajaan Gowa-Tallo, dengan sultan Alauddin (1591-1636) sebagai raja Islam yang pertama. Selain Gowa-Tallo, di Sulawesi ada kerajaan Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu). Mereka juga mendapatkan Islam pada awal periode 17 M. Sementara itu di Maluku ada kerajaan Ternate yang memeluk Islam sekitar tahun 1460 dengan pimpinan seorang raja yang berjulukan Vongi Tidore.
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama kali tercatat sebagai kerajaan Islam di Nusantara. Secara pasti, mengenai awal dan tahun berdirinya kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi berdasarkan pendapat Hasyimi, berdasarkan naskah bau tanah yang berjudul Izhharul Haq yang ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang, sudah ada sentra pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan periode ke-9. Perlak berkembang sebagai sentra perdagangan, tetapi sehabis keamanannya tidak stabil maka banyak pedagang yang mengalihkan kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai, risikonya Perlak mengalami kemunduran.
Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal yang berjulukan Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah Samudra dan Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan dengan nama Samudra Pasai.
Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang berbatasan dengan Selat Malaka.
Sebelum dikenal dengan nama Demak, daerah tersebut dikenal dengan nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak sanggup berkembang sebagai kota dagang dan sentra penyebaran Islam di pulau Jawa.
Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melaksanakan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah dengan sentra pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria.
(sekarang Laut Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro sebagai sentra kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana Bergola ialah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara risikonya berkembang sebagai pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi perihal kerajaan Demak, bahwa daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa sanggup direbut oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut berada di bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah maka daerah Banten diserahkan kepada putranya yang berjulukan Hasannudin, sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin meletakkan dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama, memerintah tahun 1552 -– 1570.
Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di tepi Timur Selat Sunda sehingga wilayahnya strategis dan sangat ramai untuk perdagangan nasional. Pada masa pemerintahan Hasannudin, Banten sanggup melepaskan diri dari kerajaan Demak, sehingga Banten sanggup berkembang cukup pesat dalam aneka macam bidang kehidupan.
Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram ialah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang.
Ki Gede Pamanahan mempunyai putra berjulukan Sutawijaya yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut. Setelah pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono.
Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo meminta derma kepada Sutawijaya. Atas derma Sutawijaya tersebut, maka perang saudara sanggup diatasi dan lantaran ketidakmampuannya maka secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya.
Dengan demikian berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah cuilan Selatan dengan pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.
Di Sulawesi Selatan pada periode 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk komplotan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya ialah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk komplotan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar.
Nama Makasar bergotong-royong ialah ibukota dari kerajaan Gowa dan kini masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis, daerah Sulawesi Selatan mempunyai posisi yang sangat strategis, lantaran berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi sentra persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun yang berasal dari Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar bermetamorfosis kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
Kerajaan Ternate-Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku ialah kepulauan yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian. Jumlah pulaunya ratusan dan merupakan pulau yang bergunung-gunung serta keadaan tanahnya subur. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, maka daerah Maluku populer sebagai penghasil rempah ibarat cengkeh dan pala.
Cengkeh dan pala merupakan komoditi perdagangan rempah-rempah yang populer pada masa itu, sehingga pada periode 12 ketika seruan akan rempah-rempah sangat meningkat, maka masyarakat Maluku mulai mengusahakan perkebunan dan tidak hanya mengandalkan dari hasil hutan. Perkebunan cengkeh banyak terdapat di Pulau Buru, Seram dan Ambon.
Dalam rangka mendapatkan rempah-rempah tersebut, banyak pedagangpedagang yang tiba ke Kepulauan Maluku. Salah satunya ialah pedagang Islam dari Jawa Timur. Dengan demikian melalui jalan dagang tersebut agamaIslam masuk ke Maluku, khususnya di daerah-daerah perdagangan ibarat Hitu di Ambon, Ternate dan Tidore.
Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam di Maluku dilakukan oleh para Mubaligh (Penceramah) dari Jawa, salah satunya Mubaligh populer ialah Maulana Hussain dari Jawa Timur yang sangat aktif membuatkan Islam di maluku sehingga pada periode 15 Islam sudah berkembang pesat di Maluku.
Dengan berkembangnya pedoman Islam di Kepulauan Maluku, maka rakyat Maluku baik dari kalangan atas atau rakyat umum memeluk agama Islam, sebagai contohnya Raja Ternate yaitu Sultan Marhum, bahkan putra mahkotanya yaitu Sultan Zaenal Abidin pernah mempelajari Islam di Pesantren Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur sekitar periode 15.
Dengan demikian di Maluku banyak berkembang kerajaan-kerajaan Islam. Dari sekian banyak kerajaan Islam di Maluku, kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan Islam yang cukup menonjol peranannya, bahkan saling bersaing untuk memperebutkan hegemoni (pengaruh) politik dan ekonomi di tempat tersebut.
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka lantaran kerajaannya di Sumatera runtuh akhir diserang Majapahit. Pada ketika Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk orisinil dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan.Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga.
Raja dan pengikutnya ialah rombongan pendatang yang mempunyai tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi, lantaran itu, mereka berhasil mensugesti masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk orisinil tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai.
Selain menjadikan kota tersebut sebagai sentra perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk orisinil menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, ibarat tebu, pisang, dan rempah rempah. Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di daratan.Dalam perkembangannya, kemudian terjalin korelasi perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatera.
Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera ketika itu ialah beras.Malaka amat bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, lantaran persawahan dan perladangan tidak sanggup dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin lantaran perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang kini dikenal dengan nama Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini muncul atau berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada periode ke-15 M, diatas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497).
Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya pada masa pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan lantaran saudagar-saudagar Muslim yang sebelumya berdagang dengan Malaka memindahkan acara mereka ke Aceh, sehabis Malaka dikuasai Portugis pada tahun 1511 M.
Sebagai akhir penaklukan Malaka Utara melalaui selat Karimata dari Portugis itu, jalan dagang yang sebelumaya dari maritim Jawa ke Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatera, kemudian ke Aceh. Dengan demikian Aceh ramai dikunjungi saudagar dari aneka macam negeri.
Kerajaan Pajang
Kesultanan Pajang ialah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam di Demak. Kesultanan yang terletak di Kartasura kini itu merupakan kerajaan Islam yang pertama yang terletak di pedalaman pulau Jawa. Usia kesultanan ini tidak panjang, kekuasaaan dan kebesarannya kemudian diambil oleh kerajaan Mataram.
Sultan atau Raja yang pertama ialah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, lereng gunung Merapi. Oleh Raja Demak ketiga yaitu Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangklat sebagai Raja pajang sehabis sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya.
Kerajaan Cirebon
Kesultanan Cirebon ialah kerajaan Islam yang pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh salah satu anggota Walisongo, yaitu Sunan Gunung Jati.
Diawal periode ke-16, Cirebon merupkan daerah kecil dibawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Raja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan disana yang berjulukan Pangeran Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai korelasi darah dengan Raja Pajajaran.
Kerajaan Banjar
Kerajaan ini muncul ketika terjadi kejadian kontradiksi dalam keluarga istana, antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaann Daha, dengan pamannya yang berjulukan Pangeran Tumenggung. Ketika Raja Sukarama hampir tiba ajalnya, Ia berwasiat biar yang menggantikannya ialah cucunya Raden Samudera. Keempat putranya tentu tidak mendapatkan wasiat itu.
Pertentangan itu mengakibatkan keluarnya Pangeran Samudera dari kerajaan dan berkelana hingga ke kerajaan Demak. Ia meminta derma disana, dan risikonya kerajaan Demak mau membantu pangeran Samudera asalkan beliau mau menganut pedoman Islam dan risikonya berhasil dan kerajaan itu bermetamorfosis kerajaan Islam.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia: Perkembangan, Teori & Kerajaan
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Baca Artikel Lainnya:
- Rumah Adat Aceh
- Pengertian Kepribadian
- Pendudukan Jepang
- Sejarah Kerajaan Malaka, Masa Kejayaan, Raja dan Masa Keruntuhan
Sumber aciknadzirah.blogspot.com