Thursday, August 23, 2018

√ Kewajiban Anak Terhadap Orangtua


            Islam mengatur semua sendi-sendi kehidupan di dunia ini, semoga insan selamat di dunia dan di akherat. Suatu karunia yang tak terhingga bahwa Allah berkenan menurunkan aliran hidup bagi manusia, semoga mereka mendapatkan kebahagiaan sejati. Alangkah ruginya jikalau kita tidak mentaatinya. Berikut ini ialah uraian wacana bagaimana seorang anak seharusnya bersikap kepada kedua orangtuanya.


A. Ketika Orangtua Masih Hidup

1. Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala. 
Menaati kedua orangtua hukumnya wajib atas setiap muslim, sedang mendurhakai keduanya merupakan perbuatan yang diharamkan, kecuali jikalau mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah Ta’ala (berbuat syirik) atau bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan jikalau keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu wacana itu, maka janganlah kau mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….” (QS.Luqman: 15). Anda juga sanggup membaca hal yang sama dalam Surat Al Israa’ ayat 23-24 serta Ash Shaaffat ayat 102.
            Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melaksanakan kebaikan”. (HR. Al-Bukhari)
            Adapun referensi ketaatan anak kepada orangtuanya sanggup diwujudkan dalam bentuk:

            a. Apabila orang bau tanah meminta makan maka anak wajib menawarkan makan.
            b. Apabila orang bau tanah butuh dilayani maka anak waji melayani.
            c. Apabila orang bau tanah membutuhkan pakaian maka anak wajib membelikannya.
            d. Jika anak dipanggil maka wajib segera datang.
            e. Perintah apapun asal bukan maksiat maka wajib dilaksanakan.

2. Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orangtua
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “…dan hendaklah kau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya hingga berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau menyampaikan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kau membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik saya waktu kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24)  Anda akan mendapati ayat serupa dalam Al Baqarah ayat 83, An Nisaa’ ayat 36, Al An’aam ayat 151, Al ‘Ankabuut ayat 8, Lukman ayat 14, Al Ahqaaf ayat 15
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh merugisungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak sanggup memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Muslim) .
            Di antara bakti terhadap kedua orangtua ialah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang sanggup menyakiti mereka, walaupun berupa instruksi atau dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan bunyi melebihi bunyi mereka. Rendahkanlah diri di hadapan keduanya dengan cara mendahulukan segala urusan mereka.

            Wujud lain sebagai pernyataan anak berbakti dan merendahkan diri kepada orangtuanya adalah:
            a. Jangan memanggil orang bau tanah dengan namanya.
            b. Apabila berjalan dihentikan mendahului orang bau tanah (jika berjalan bersama).
            c. Anak wajib ridho terhadap sesuatu yang terjadi / yang ada pada dirinya .
            * Sesuatu yang menciptakan kita senang beritahukan kepada orang bau tanah semoga senang,
                tetapi jikalau sesuatu menciptakan kita duka jangan diberitahukan pada orang tua.
3. Berbicara lemah lembut di hadapan mereka

            Bergaul dengan orangtua dengan cara yang baik, antara lain ialah dengan berbicara yang lemah lembut kepada keduanya. Tawadlu (rendah hati) kepada keduanya merupakan suatu hal yang wajib  bagi anak.
4. Menyediakan makanan untuk mereka
Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jikalau hal tersebut merupakan hasil jerih payah sendiri. Lebih-lebih jikalau kondisi keduanya sudah renta.
Sudah seyogyanya, mereka disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.
5. Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.
Izin kepada orangtua diharapkan untuk jihad yang belum ditentukan (kewajibannya untuk dirinya-pent). Seorang pria tiba kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah apakah saya boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kau masih memiliki kedua orangtua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda, ‘Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak hadits yang semakna dengan hadits tersebut.
6. Memberikan nafkah kepada orangtua

            Beberapa ayat dalam Al Qur’an yang membahas wacana hal ini ialah Al Baqarah ayat 15 dan Ar Rum ayat 38. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada seorang pria saat ia berkata, “Ayahku ingin mengambil hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu dan hartamu ialah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh lantaran itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menjadikan keberadaan dirinya, memeliharanya saat kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.
7. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang dicintainya.
Hendaknya seseorang menciptakan kedua orang tuanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang mereka cintai. Yaitu dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain sebagainya.
8. Memenuhi sumpah/Nazar kedua orangtua
Jika kedua orang bau tanah bersumpah untuk suatu kasus tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya lantaran hal itu termasuk hak mereka.
9. Tidak Mencaci maki kedua orangtua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk dosa besar ialah seseorang mencaci maki orangtuanya.” Para teman bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki orangtuanya?’ Beliau menjawab, “ Ada. Dia mencaci maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki orangtuanya. Dia mencaci maki ibu orang lain kemudian orang itu membalas mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh seorang anak, dan dilakukan dengan bergurau padahal hal ini merupakan perbuatan dosa besar.
10. Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” dia menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu daripada ayah. Sebab, menaati ayah lebih didahulukan jikalau keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’ dalam hadits tersebut ialah bersikap lebih halus dan lembut kepada ibu daripada ayah. Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih besar dan hak ibu patut untuk dipenuhi.”
11. Mendahulukan berbakti kepada kedua orang bau tanah daripada berbuat baik kepada istri.
Di antara hadits yang memperlihatkan hal tersebut ialah dongeng tiga orang yang terjebak di dalam gua kemudian mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal baik mereka, di antara amal mereka, ‘ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua orang tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan’.
12. Mendoakan kedua orang tua
            Ayat Al Qur’an yang membahas wacana kewajiban anak mendoakan keduanya ialah Ibrahim ayat 41, Al Israa’ ayat 24 dan Nuh ayat 28.
13. Memelihara Orangtua
            Ayat Al Qur’an yang membahas wacana hal ini sanggup anda jumpai dalam Al Israa’ ayat 23 dan Al Ahqaaf ayat 15.
B. Ketika Orangtua Telah Meninggal
            Ada suatu obrolan di zaman Rasulullah. Seorang teman menemui Rasulullah dan menyatakan penyesalannya bahwa selama orangtuanya masih hidup ia tidak sempat berbuat baik kepada bapak-ibunya. Ia kini menyesal lantaran merasa sudah tertutup baginya untuk berbuat baik kepada bapak-ibunya. Mendengar keluhan itu Rasulullah menyatakan bahwa berbuat baik kepada kedua orangtua ada dua macam, yaitu saat mereka masih hidup dan saat mereka sudah meninggal dunia.
            Ada empat kasus yang sanggup dilakukan oleh seorang anak untuk berbuat baik atau berbakti kepada orang tuanya, yaitu: 1) mendoakan keduanya, 2) menjaga tali silaturahmi yang telah dijaga dan dirintis oleh kedua orang tua, 3) melanjutkan kebaikkan yang selama ini dilakukan oleh keduanya, dan 4) jikalau memungkinkan menziarahi makam keduanya. Uraian lebih rinci ialah ibarat uraian di bawah ini.

1. Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya, lantaran hal ini merupakan bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya. Menguburkan mayat orang muslim harus disegerakan, dihentikan ditunda-tunda. Mungkin kita sanggup menundanya untuk waktu yang tidak terlalu lama.
2. Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala) untuk mereka berdua, lantaran merekalah orang yang paling utama untuk didoakan semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa mereka dan mendapatkan amal baik mereka.
3. Menunaikan kesepakatan dan wasiat kedua orang bau tanah yang belum terpenuhi semasa hidup mereka yang sesuai dengan syariat, dan melanjutkan amal-amal baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.
4. Memuliakan teman atau teman bersahabat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya sehabis ayahnya meninggal”. (HR. Muslim)
5. Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya sehabis ia meninggal”. (HR. Ibnu Hibban).
6. Mendoakan kedua orangtua
            Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda bahwa gotong royong saat seorang hamba meninggal dunia maka putuslah segala amalnya kecuali: a) ilmu yang bermanfaat, b) amal jariyah, c) anak sholeh yang mendoakan keduanya.
            Pengertian anak dalam hadist ini bukan sekadar anak kandung, tetapi juga anak tiri, anak angkat, atau anak muslim. Kaprikornus bagi mereka yang tidak ada memiliki anak kandung tidak usah khawatir. Agar anak itu mendoakan orangtua  baik saat hidup maupun sudah meninggal, maka tentu saja orangtua harus menunaikan kewajibannya sebagai orangtua. Bukankah saat kita berdoa, kita diajarkan untuk mendoakan diri sendiri, orangtua dan kaum muslimin.
7. Membayarkan hutang-hutang keduanya
            Hutang ialah salah satu hal yang harus segera ditunaikan saat kita bisa membayarkan. Tidak boleh ditunda-tunda. Oleh lantaran itu, jikalau kita mengetahui orangtua kita meninggalkan hutang segera kita melunasinya jikalau kita mampu.

            Ada dua perbuatan yang negatif yang akan segera dibalas oleh Allah di dunia. Salah satu diantaranya ialah durhaka kepada kedua orangtua. Agar kita terhindar dari perbuatan itu maka ada baiknya kita memahami bentuk-bentuk durhaka kepada orangtua.

Diantara bentuk bentuk durhaka (uquq) adalah:
            a. Menimbulkan gangguan terhadap orang bau tanah baik berupa perkataan (ucapan)

                ataupun perbuatan yang menciptakan orang bau tanah duka atau sakit hati.
            b. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua
            c. Membentak atau menghardik orang tua
            d. Melaknak dan mencaci kedua orang tua
            e. Bakhil (pelit) tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang
                lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat
                membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh

                perhitungan.
            f. Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua,

                mengatakan bodoh, kolot, dll
            g. Menyuruh orang tua
            h. Menyebutkan kejelekan orang bau tanah di hadapan orang banyak atau mencemarkan

                nama baik orang tua
            i. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, contohnya alat musik, menghisap

                rokok, dll.
            j. Mendahulukan taat kepada istri daripada orang tua. Bahkan ada sebagian
                  orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya,

                  na’udzubillah.
            k. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa aib dengan
                  keberadaan orang bau tanah dan daerah tinggalnya saat status sosialnya
                  meningkat. Tidak diragukan lagi, perilaku semacam ini ialah perilaku yang amat
                  tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

            Sebab lantaran anak durhaka kepada orang bau tanah ialah :
            1. Karena kebodohan
            2. Jeleknya pendidikan orang bau tanah dalam mendidik anak
            3. Paradok, orang bau tanah menyuruh anak berbuat baik tapi orang bau tanah tidak berbuat
            4. Bapak dan ibunya dahulu pernah durhaka kepada orang bau tanah sehingga dibalas

                oleh anaknya
            5. Orang bau tanah tidak membantu anak dalam berbuat kebajikan
            6. Jeleknya adat istri


sumber
image
artikel :ya allah saya jatuh cinta
Oleh: Urip Santosowork
Sumber http://frequencia89.blogspot.com