Wednesday, January 17, 2018

√ Rumah Kakek Berhantu



“Sreeng.. Sreng..” Suara dari dapur membuatku berdiri dari tidur siang, tidak sadar saya eksklusif berjalan ke dapur dan ternyata ibu sedang menumis kangkung.
“Ita, jikalau makanannya sudah matang tolong kau antar ke rumah kakek” kata ibu sambil terus menumis kangkung, saya mengangguk sambil berkata “iya bu”. Sebenarnya di dalam hati saya takut ke rumah kakek, sebab rumahnya populer berhantu, tidak terawat, kusam, kotor, serta berantakan.
“Ita, makanannya sudah jadi, cepat kemari dan antarkan ke rumah kakek” kata ibu dari dapur. Aku segera menuju dapur untuk mengambil rantang berisi masakan untuk berbuka puasa kakek, kemudian saya eksklusif mengeluarkan sepedaku dan menaruh rantang di keranjang.
Setelah hingga di halaman rumah kakek, perasaan takut itu muncul. Rumah kakek terlihat tidak terawat serta sangat awut-awutan menyerupai tidak ditempati orang.
“Meong.. Meong..” Muncul sebuah bunyi yang mengagetkan aku, perasaan takutku semakin menjadi-jadi dan sehabis beberapa dikala muncul seekor kucing dari bawah kursi, ternyata kucing itu yakni si Pussy kucing tetangga kakekku.
“Tok Tok Tok… Kakek” Kataku sambil mengetuk pintu rumah kakek. Tidak ada tanggapan dari dalam, hanya ada bunyi Pussy yang terus mengeong di dekatku.
“Tok Tok Tok… Kakek” kataku sekali lagi sambil mengetuk pintu. Dan masih tidak ada jawaban, sama menyerupai tadi tetapi kali ini terdengar bunyi orang sedang menyapu dari dalam rumah.
“Kakek… Kakek..” kataku untuk ketiga kalinya, dan lagi lagi tidak ada jawaban, tetapi bunyi orang yang sedang menyapu it uterus menerus terdengar olehku.
“kukuruukuuuk… kukuuruuukuuk…” muncul bunyi burung yang semakin menciptakan saya merinding. Setelah kulihat, banyak burung-burung yang hinggap diatas rumah kakek, hal ini semakin membuatku takut sekali.
Beberapa dikala kemudian, muncul bunyi orang menangis dari dalam rumah. Aku eksklusif berlari menghampiri sepedaku dan mengayuhnya dengan sekuat tenaga supaya saya dapat cepat hingga rumah sebab saya sudah tidak berpengaruh menahan takut dikala di rumah kakek.
Loh, kau belum mengantar makanannya ke rumah kakek?” tanya ibu padaku. Aku masih takut, dan tanpa sadar saya eksklusif berlari menuju kamarku dan meninggalkan rantang di keranjang sepedaku.
“Ita, kau kenapa? Apa yang terjadi? Ceritakan pada ibu” kata ibu sambil terus mengetuk pintu kamarku. Aku keluar dan menceritakan kejadian di rumah kakek tadi sore. Ibu tidak percaya serta yakin jikalau rumah kakek itu terawat dan tidak berhantu menyerupai yang saya ceritakan.
Keesokan harinya, ibu pergi ke rumah kakek untuk memastikan semua ceritaku kemarin sore itu benar atau tidak. Setelah ibu pulang dari rumah kakek, ibu tidak menemukan hal-hal yang kualami kemarin. “Mungkin kau salah rumah ita, rumah kakek tidak berhantu ataupun tidak terawat” kata ibu padaku.
Aku masih tidak yakin jikalau saya salah rumah, waktu kecil saya sudah beberapa kali pergi ke rumah kakek dan rumah kakek yakni rumah yang kemarin saya datangi itu.
Saat sore, ibu kembali menciptakan masakan untuk kakek buka puasa. Dan lagi-lagi, saya disuruh ibu untuk mengantarkannya ke rumah kakek. Kali ini saya memberanikan diri untuk mengantarkan masakan ke rumah kakek lagi, selalu kuingat perkataan ibu tadi pagi yang menyatakan jikalau rumah kakek itu tidak berhantu. “Tok Tok Tok... Kakek..” kataku sambil mengetuk pintu rumah kakek, dikala itu belum ada jawaban. Aku mengamati rumah kakek, bersama-sama rumah kakek tidak menyeramkan.
“Kakek.. Kakek...” kataku sekali lagi sambil mendorong pintu rumah kakek, pintunya tidak terkunci dan saya eksklusif masuk ke dalam rumah. Aku berkeliling rumah untuk mencari kakek, dan ternyata kakek berada di dapur sedang berusaha menyalakan api pada kompor minyaknya.
“Kakek….” Ucapku sambil memeluk kakek, kakek kaget dikala tiba-tiba ada yang memeluknya. “Ita, ini kamu?” tanya kakek padaku, “iya kakek, ini Ita” jawabku pada kakek sambil memperlihatkan rantang berisi masakan titipan ibu.
“Kenapa tadi pagi tidak kesini bersama ibumu?” tanya kakek kepadaku, “Tidak kek, Ita takut ke rumah kakek” jawabku, kemudian semua kejadian kemarin sore yang kualami kuceritakan kepada kakek sampai-sampai kakek tertawa.
“Si Pussy kucing tetangga itu memang sering main ke rumah kakek, kemarin sore itu kakek memang sedang menyapu lantai sebab lantainya kotor sekali, terus burung-burung memang sering bertengger diatas rumah kakek, itu hal yang biasa” Penjelasan kakek kepadaku mengenai kejadian kemarin.
oh, jadi memang benar jikalau rumah kakek tidak berhantu” ujarku sambil tertawa, kakek ikut tertawa dikala melihatku tertawa. Mulai dikala itu, saya lebih sering pergi ke rumah kakek untuk bermain ataupun untuk menemaninya.


Sumber http://moonlightrocks.blogspot.com